Jalan-jalan di ibukota Sierra Leone sebagian besar sepi hari Jumat, sementara negara itu memulai karantina tiga hari untuk menemukan kasus-kasus Ebola yang tersembunyi dan menghentikan penyebaran penyakit mematikan itu.
Puluhan ribu petugas kesehatan akan mendatangi setiap rumah di negara Afrika Barat itu, memberi informasi bagaimana menghindari Ebola dan meminta pasien terduga Ebola untuk mendatangi pusat-pusat perawatan.
Presiden Ernest Bai Koroma menganjurkan seluruh warga Sierra Leone untuk diam di rumah hari Jumat, Sabtu dan Minggu, mengatakan dalam pidato televisi bahwa “waktu yang sulit seperti sekarang ini memerlukan usaha yang luar biasa.” Para pengkritik mengatakan upaya itu bisa jadi kacau dan tidak efektif.
Virus Ebola telah menewaskan lebih dari 2,600 orang di seluruh Afrika Barat tahun ini – termasuk lebih dari 560 orang di Sierra Leone.
Di negara tetangga, Guinea, penduduk desa di wilayah tenggara yang terpencil, membunuh delapan orang yang merupakan bagian dari delegasi yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai Ebola.
Pihak berwenang telah menangkap enam orang terkait serangan itu, yang terjadi Selasa di desa Wome.
Juru bicara pemerintah memberitahu VOA bahwa sebagian orang meyakini Ebola tidak ada, atau bahwa delegasi itu datang untuk membunuhi warga.
Dalam rapat darurat hari Kamis (19/8), Dewan Keamanan PBB mengatakan virus itu “ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional” dan secara aklamasi mengesahkan resolusi yang meminta para negara anggota meningkatkan sumberdaya mereka terkait krisis ini.
Sekretaris-Jendral PBB Ban Ki-moon juga mengumumkan pembentukan Misi PBB Untuk Tanggap Darurat Ebola di negara-negara yang terimbas wabah tersebut.