Silicon Valley Terperangkap di Tengah Meningkatnya Ketegangan AS-China

Kantor pusat Apple Inc. di Cupertino, California, bagian dari Silicon Valley, California, AS.

Perusahaan teknologi Amerika telah lama menganggap China sebagai mitra utama untuk membantu mebuat dan menjual perangkat serta layanan canggih. Namun ketegangan yang meningkat antara Washington dan Beijing, dan Silicon Valley bisa terperangkap di tengah-tengah ketegangan itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, Silicon Valley dan China telah memperkuat hubungan mereka dengan investasi, perdagangan, dan kemitraan.

Namun keterbukaan itu mungkin berubah.

Keluhan AS bahwa China terlibat dalam praktik perdagangan yang tidak adil telah menciptakan perpecahan yang terus meluas. Penahanan seorang eksekutif ponsel pintar China di Kanada atas tuduhan melanggar sanksi AS terhadap Iran telah membuat para para eksekutif teknologi merasa rentan.

Stanley Kwong, asisten profesor Universitas San Francisco mengatakan, “Semua orang-orang ini khawatir jika mereka melakukan perjalanan pulang pergi, mereka mungkin ditangkap karena IP (Protokol Internet). Hal yang mereka ketahui dan mereka bahas di China, dan Amerika.”

BACA JUGA: Lakukan Ekspansi, Silicon Valley Kini Jadi 'Silicon Nation'

Isu-isu tersebut telah merebak selama bertahun-tahun. Bahkan ketika perusahaan dan investor China mendirikan toko di Silicon Valley, para eksekutif teknologi Amerika telah mengeluhkan mengenai pencurian kekayaan intelektual dan medan persaingan yang tidak seimbang ketika melakukan bisnis di China, isu yang dikecam keras Presiden Trump.

Analis ekonomi, Sean Randolph mengatakan, "Hubungan itu benar-benar tidak timbal balik seperti yang seharusnya, melainkan menyerap teknologi dengan cara yang tidak dikehendaki dari perusahaan asing untuk mempercepat kepemimpinan teknologi China."

Uang China yang telah membantu mendorong perkembangan di Silicon Valley saat ini mungkin mulai menyusut. Salah satu penyebabnya adalah undang-undang AS yang baru meningkatkan pengawasan investasi asing dan akuisisi teknologi yang penting secara strategis.

"Kekhawatiran utama, saya kira lebih pada kurangnya investasi para investor China untuk mendukung pengembangan teknologi Silicon Valley," ujar Xiaohua Yang, profesor bisnis internasional Universitas San Francisco.

Anggota legislatif khawatir bahwa perusahaan teknologi AS, ketika mereka mengejar pasar China atau mencari investasi China, bisa kehilangan teknologi inti pada pemerintah China yang merupakan pesaing dan kadang-kadang musuh AS di panggung global.

Bagi pengusaha AS, perubahan iklim tersebut bisa berarti mereka akan menjadi lebih waspada.

“Jika ingin berbisnis di China. Jika membuat produk konsumen, mungkin tidak masalah tetapi jika, anggaplah membuat kecerdasan buatan/ AI. Ada baiknya mengetahui persis apa yang sedang dilakukan," tambah Stanley Kwong.

Jika ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat, keterbukaan Silicon Valley bisa menjadi salah satu korbannya.

“Kekhawatiran politik yang nyata, lebih fokus dan terkonsentrasi di Washington dan dalam kebijakan publik. Tapi mau tidak mau jika kita melihat ke 2019 dan setelah itu, akan mencampuri sampai pada tingkat tertentu di pasar terbuka semacam ini, filosofi platform yang terbuka,” imbuh Randolph.

Para ahli mengatakan Silicon Valley bisa diuntungkan jika China menjadi lebih adil dalam medan permainan. Tetapi sementara itu, ketidakpastian akan terus melanda. (my)