Singapura Kemungkinan Akan Alami Resesi Berat Akibat Wabah Corona

Ekonomi Singapura mengalami penyusutan terbesar sejak krisis finansial 2009. (Foto: ilustrasi)

Ekonomi Singapura mengalami penyusutan terbesar sejak krisis finansial 2009. Seiring makin merebaknya wabah virus corona di berbagai penjuru dunia, negara kota yang menjadi pusat finansial di Asia itu diperkirakan akan mengalami resesi berat tahun ini setelah pertumbuhan ekonominya menyusut 2,2 persen pada kuartal pertama 2020.

"COVID-19 seperti tsunami ekonomi yang menghantam pantai Singapura,” kata Selena Link, kepala riset dan strategi Bank OCBC di negara pusat transit ekspor itu.

Singapura adalah salah satu negara pertama yang melaporkan pertumbuhan ekonominya sejak wabah virus mulai merebak. Data statistik yang mengecewakan ini menambah daftar panjang tanda-tanda bahwa dunia sedang mengarah ke resesi berat dan menyengsarakan.

Pemerintah-pemerintah dan bank-bank sentral di berbagai penjuru dunia telah mulai memberlakukan langkah-langkah yang belum pernah diambil sebelumnya dalam menghadapi dampak wabah ini. Para pemimpin Senat AS baru-baru ini menyepakati paket stimulus ekonomi senilai 2 triliun dolar untuk membantu bisnis-binis yang terpukul hebat dan warga Amerika yang kehilangan pekerjaan dan, atau, penghasilan.

Menurut prakiraan Kementerian Perdagangan Singapura, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura turun 10,6 persen, seiring terpukulnya semua sektor ekonomi.

Negara kota ini biasanya termasuk dalam kelompok negara pertama yang terpukul selama krisis global karena ekonominya yang kecil dan terbuka. Pukulan ekonomi yang dialami Singapura biasanya kemudian akan menimbulkan dampak buruk pada negara-negara Asia lain yang berorientasi pada ekspor.

Kementerian Perdagangan memperkirakan PDB Singapura akan terus menurun sepanjang tahun ini, sementara pertumbuhan ekonominya akan menyusut antara 1,0 dan 4,0 persen. [ab/uh]