Penemuannya saat itu sungguh spektakuler: Sisa-sisa fosil di sebuah gua Indonesia mengungkapkan bahwa kerabat dekat manusia modern hanya setinggi 90 sentimeter. Makhluk itu segera dinamai "hobbit", seperti tokoh di buku J.R.R. Tolkien yang kemudian difilmkan.
Dengan bukti bahwa mereka hidup hanya 12.000 tahun yang lalu, para hobbit ini kelihatannya merupakan kerabat terakhir dalam cabang pohon evolusi manusia yang kemudian punah.
Sekarang, 10 tahun setelah menjadi berita utama, mereka kehilangan keunikan tersebut. Investigasi-investigasi terbaru mengindikasikan bahwa mereka punah jauh lebih awal, sekitar 50.000 tahun yang lalu, sebelum Neanderthal punah, misalnya.
Data tersebut memunculkan spekulasi mengenai apakah hobbit musnah karena kedatangan manusia modern di pulau mereka. Namun hal itu tidak banyak mengubah signifikansi ilmiah mereka, ujar Matt Tocheri dari Lakehead University di Thunder Bay, Ontario, Kanada.
Ia dan koleganya menulis makalah baru dengan tiga peneliti yang pertama kali melaporkan penemuan tersebut tahun 2004. Makalah tersebut dirilis Rabu (30/3) oleh jurnal Nature.
Hobbit-hobbit itu secara formal dikenal sebagai Homo floresiensis, berdasarkan tempat tinggal mereka di Pulau Flores. Dengan otak kecil seukuran otak simpanse, hobbit memiliki tengkorak yang menyerupai Homo erectus, yang tinggal di Afrika dan Asia. Namun mereka juga memiliki lengan panjang dan kaki pendek yang mengacu pada makhluk evolusioner yang jauh lebih tua, yang dikenal dari tulang belulang bernama Lucy.
Tidak jelas di mana tempat mereka dalam pohon keluarga manusia. Mereka mungkin merupakan keturunan dari nenek moyang yang lebih tinggi, yang kemudian menyusut akibat isolasi di pulau tersebut.
Beberapa ilmuwan mengatakan mereka adalah manusia modern yang terkena penyakit, bukannya spesies terpisah. Namun para ahli menyebut itu adalah pandangan minoritas dan beberapa mengatakan tanggal-tanggal baru membuat hal itu lebih tidak mungkin.
Hobbit terbukti membuat peralatan batu yang ditemukan bersama sisa tulang belulang di gua Liang Bua. Analisis baru ini mengatakan mereka berusia 100.000 sampai 60.000 tahun, sementara artefaknya berkisar antara 190.000 tahun sampai 50.000 tahun.
Para peneliti merevisi estimasi usia awal setelah penggalian-penggalian baru mengungkapkan lebih banyak data geologis gua tersebut. Sedimen-sedimen dikumpulkan untuk menghitung usia artefak dan tulang.
"Saya rasa ini makalah yang hebat," ujar Bernard Wood dari George Washington University, yang tidak memiliki peran dalam riset tersebut.
"Mereka telah melakukan semua hal yang mungkin Anda tanyakan."
Jadi apakah kedatangan manusia modern mengakhiri hidup hobbit, seperti yang dialami oleh Neanderthal di Eropa dan Asia sekitar 40.000 tahun yang lalu?
Tidak ada bukti bahwa manusia modern menduduki Flores sampai jauh setelah hobbit punah. Namun mereka diketahui tinggal tidak jauh, yaitu di Australia, sekitar 50.000 tahun yang lalu, tepat saat hobbit menghilang.
"Ini jelas sugestif," ujar antropolog Karen Baab dari Midwestern University di Glendale, Arizona, yang mempelajari hobbit namun tidak berpartipasi dalam penelitian baru ini.
Richard Roberts dari University of Wollongong di Australia, yang turut menulis makalah ini, mengatakan dalam email bahwa "jelas ada kemungkinan yang bisa dipertimbangkan, namun bukti solid diperlukan untuk mendemonstrasikannya. Satu hal yang bisa kita yakini, ini jelas akan menjadi fokus besar untuk penelitian lebih lanjut." [hd]