Studi: Korban Tewas Perang Gaza Bisa Tembus 40% Lebih Banyak

Para pelayat bereaksi di samping makam sandera berusia 23 tahun Hamzah AlZayadni selama pemakamannya di kota Badui Rahat, Israel selatan, 10 Januari 2025. (Foto: AP)

Menurut pejabat kesehatan Palestina, lebih dari 46.000 orang tewas dalam perang Gaza, dari total populasi sekitar 2,3 juta jiwa sebelum perang.

Sebuah sebuah studi yang diterbitkan pada Kamis (9/1) menunjukkan bahwa penghitungan resmi Palestina mengenai jumlah korban tewas dalam perang Israel-Hamas kemungkinan lebih rendah sekitar 40 persen dalam sembilan bulan pertama perang, karena infrastruktur perawatan kesehatan di Jalur Gaza hancur.

Analisis statistik yang ditinjau rekan sejawat dan diterbitkan dalam jurnal The Lancet dilakukan oleh para akademisi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Universitas Yale, dan institusi lainnya.

Para peneliti menggunakan metode statistik yang dikenal sebagai analisis tangkap-tangkap kembali (capture-recapture analysis) untuk memperkirakan jumlah korban tewas akibat operasi udara dan darat Israel di Gaza antara Oktober 2023 dan akhir Juni 2024.

Mereka memperkirakan adanya 64.260 kematian akibat cedera traumatis selama periode ini, sekitar 41 persen lebih tinggi dari hitungan resmi Kementerian Kesehatan Palestina. Studi tersebut mengatakan 59,1 persen korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang-orang berusia di atas 65 tahun. Studi tersebut tidak memberikan perkiraan jumlah kombatan Palestina di antara korban tewas.

Warga Palestina berjalan di tengah kehancuran akibat serangan udara dan darat Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa, 7 Januari 2025. (Foto: AP)

Menurut pejabat kesehatan Palestina, lebih dari 46.000 orang tewas dalam perang Gaza, dari total populasi sekitar 2,3 juta jiwa sebelum perang.

Seorang pejabat senior Israel, yang mengomentari studi tersebut, mengatakan bahwa angkatan bersenjata Israel berusaha keras untuk menghindari jatuhnya korban sipil.

"Tidak ada tentara lain di dunia yang pernah mengambil tindakan yang begitu luas," kata pejabat tersebut.

"Ini mencakup memberikan peringatan sebelumnya kepada warga sipil untuk mengungsi, menyediakan zona aman, dan mengambil langkah-langkah apapun untuk mencegah terjadinya bahaya bagi warga sipil. Angka-angka yang tercantum dalam laporan ini tidak menggambarkan kondisi di lapangan."

BACA JUGA: Tim Penyelamat Gaza: 23 Tewas Dalam Serangan Israel

Perang dimulai pada 7 Oktober setelah pasukan bersenjata Hamas menyerbu perbatasan dengan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Studi Lancet menyatakan bahwa kapasitas Kementerian Kesehatan Palestina untuk menyimpan catatan kematian elektronik sebelumnya terbukti dapat diandalkan. Namun, kapasitas tersebut memburuk akibat kampanye militer Israel, termasuk penggerebekan di rumah sakit dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya serta gangguan pada komunikasi digital.

Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai kedok untuk operasinya. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok militan tersebut.

Metode Studi

Laporan berdasarkan kesaksian menunjukkan bahwa sejumlah besar korban tewas masih terkubur di reruntuhan bangunan yang hancur dan karena itu tidak dimasukkan dalam beberapa penghitungan.

Warga Palestina menaiki kereta yang ditarik keledai sementara warga lainnya berjalan melewati puing-puing rumah yang hancur akibat serangan Israel sebelumnya, di tengah konflik Israel-Hamas, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan. (Foto: Reuters)

Untuk memperhitungkan kesenjangan tersebut dengan lebih baik, studi Lancet menggunakan metode yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kematian di zona konflik lainnya, seperti di Kosovo dan Sudan.

Dengan menggunakan data dari setidaknya dua sumber independen, para peneliti mencari individu yang muncul di beberapa daftar korban tewas. Semakin sedikit tumpang tindih antara daftar tersebut, semakin banyak kematian yang tidak tercatat, dan informasi ini dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah kematian secara keseluruhan.

Untuk studi Gaza, para peneliti membandingkan jumlah kematian resmi Kementerian Kesehatan Palestina, yang pada bulan-bulan pertama perang sepenuhnya didasarkan pada jenazah yang tiba di rumah sakit. Namun, seiring berjalannya waktu, data juga mencakup metode lain, seperti survei daring yang didistribusikan oleh Kementerian Kesehatan kepada warga Palestina di dalam dan luar Jalur Gaza. Warga diminta untuk memberikan data tentang nomor identitas Palestina, nama, usia saat kematian, jenis kelamin, lokasi kematian, serta sumber pelaporan, termasuk berita kematian yang diunggah di media sosial.

Gadis-gadis Palestina berjalan di lokasi serangan Israel terhadap sebuah rumah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 5 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

"Penelitian kami mengungkap kenyataan pahit: skala sebenarnya kematian akibat cedera traumatis di Gaza lebih tinggi daripada yang dilaporkan," kata penulis utama Zeina Jamaluddine kepada Reuters.

Dr. Paul Spiegel, Direktur Pusat Kesehatan Kemanusiaan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, mengatakan kepada Reuters bahwa metode statistik yang digunakan dalam penelitian tersebut memberikan perkiraan yang lebih menyeluruh mengenai jumlah korban tewas dalam perang tersebut.

Namun, penelitian tersebut hanya berfokus pada kematian yang disebabkan oleh cedera traumatis, katanya.

BACA JUGA: Serangan Udara Israel Tewaskan Sedikitnya 54 Orang di Gaza

Kematian yang disebabkan oleh dampak tidak langsung dari konflik, seperti terganggunya layanan kesehatan dan buruknya kondisi air serta sanitasi, sering kali menyebabkan angka kematian berlebih yang tinggi, kata Spiegel. Ia juga ikut menulis sebuah studi tahun lalu yang memproyeksikan ribuan kematian akibat krisis kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh perang.

Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS) memperkirakan bahwa, selain jumlah korban tewas resmi, sekitar 11.000 warga Palestina lainnya hilang dan diduga telah tewas.

Secara total, kata PCBS, mengutip angka dari Kementerian Kesehatan Palestina, populasi Gaza menurun 6 persen sejak dimulainya perang, karena sekitar 100.000 warga Palestina juga telah meninggalkan daerah kantong tersebut. [ah/ft]