Penelitian oleh Credit Suisse menunjukkan bahwa perusahaan dengan posisi-posisi kunci di level atas diduduki perempuan ternyata jauh lebih maju.
Sebuah penelitian yang dilakukan suatu bank investasi besar menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia yang memiliki paling tidak beberapa perempuan dalam posisi kunci di level atas, memiliki kinerja jauh lebih baik pada beberapa tahun terakhir, dibanding perusahaan lain dengan dewan direksi yang semuanya terdiri dari pria.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki anggota perempuan dalam dewan direksi mempunyai harga saham rata-rata 26 persen lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak memiliki direktur perempuan. Para ahli di Credit Suisse menarik kesimpulan tersebut setelah meneliti 2.000 perusahaan di seluruh dunia pada enam tahun terakhir.
Dewan direksi sebuah perusahaan biasanya terdiri dari eksekutif bisnis berpengalaman, sebagian besar dari luar perusahaan, yang tugasnya memastikan strategi bisnis perusahaan masuk akal dan pemimpin perusahaan melakukan tugasnya dengan baik.
Kimberly Gladman tidak terlibat dalam penelitian Credit Suisse, namun ia melacak ribuan perusahaan pada GMI Ratings, lembaga pemeringkat perusahaan global. Ia mengatakan bahwa penambahan anggota perempuan dalam dewan direksi yang secara tradisional terdiri dari pria memancing lebih banyak diskusi, sehingga menghasilkan keputusan-keputusan yang lebih baik.
“Kelompok yang beragam lebih baik saat melakukan pengambilan keputusan yang kompleks,” ujar Gladman. “Tidak hanya karena ada anggota perempuan, namun karena ada keragaman terkait identitas personal.”
Gladman menambahkan bahwa keragaman juga mendorong anggota dewan direksi untuk lebih siap dan bekerja dengan standar yang lebih tinggi karena mereka tidak ingin tampak bodoh di hadapan “orang asing.”
Penelitian Credit Suisse menunjukkan bahwa perbedaan kinerja antara dewan direksi yang lebih beragam dengan yang beranggotakan pria semua sangat besar ketika ekonomi ada di level terendah.
“Di tengah resesi, dan perusahaan ada dalam kesulitan, kualitas manajemen, perusahaan dan dewan direksi yang baik akan muncul dan mengatasi semua kendala dengan baik.”
Gladman mengatakan bahwa penelitian yang ia lakukan memperlihatkan bahwa secara global, persentase perempuan dalam keanggotaan dewan direksi hanya 10 persen. Perusahaan di negara-negara Nordik memiliki persentase tertinggi direktur perempuan, sementara negara-negara Asia cenderung memiliki persentase terendah.
Salah seorang perempuan yang duduk di beberapa dewan direksi perusahaan adalah Joan Amble, yang mengasah kemampuan bisnisnya dalam karir yang panjang di American Express. Ia sekarang membantu mengarahkan Booz Allen Hamilton, SiriusXM Radio dan perusahaan-perusahaan lainnya. Dalam pengalamannya, anggota dewan yang perempuan memiliki rasa ingin tahu lebih besar dibanding rekan prianya.
“Biasanya [anggota perempuan] memiliki pertanyaan yang lebih detil dalam beberapa kasus, dan barangkali lebih banyak dialog, jadi saya kira kami memiliki pendekatan yang berbeda,” ujar Amble.
Amble menambahkan bahwa perempuan masih memiliki perjalanan panjang untuk mengatasi prasangka di bidang bisnis.
“Sebagai bangsa, kita akan tahu bahwa kita telah melangkah maju saat apa yang kita bahas adalah keragaman pemikiran dan ide, bukannya mengaitkannya dengan gender atau yang lainnya,” ujarnya. “Namun saya kira kita harus berjalan dulu sebelum mulai berlari.”
Amble mencoba membuat saat itu datang lebih cepat dengan memimpin yayasan yang membantu perempuan-perempuan berbakat menambah keterampilan dan kontak yang dibutuhkan untuk menduduki posisi-posisi atas di sektor bisnis.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki anggota perempuan dalam dewan direksi mempunyai harga saham rata-rata 26 persen lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak memiliki direktur perempuan. Para ahli di Credit Suisse menarik kesimpulan tersebut setelah meneliti 2.000 perusahaan di seluruh dunia pada enam tahun terakhir.
Dewan direksi sebuah perusahaan biasanya terdiri dari eksekutif bisnis berpengalaman, sebagian besar dari luar perusahaan, yang tugasnya memastikan strategi bisnis perusahaan masuk akal dan pemimpin perusahaan melakukan tugasnya dengan baik.
Kimberly Gladman tidak terlibat dalam penelitian Credit Suisse, namun ia melacak ribuan perusahaan pada GMI Ratings, lembaga pemeringkat perusahaan global. Ia mengatakan bahwa penambahan anggota perempuan dalam dewan direksi yang secara tradisional terdiri dari pria memancing lebih banyak diskusi, sehingga menghasilkan keputusan-keputusan yang lebih baik.
“Kelompok yang beragam lebih baik saat melakukan pengambilan keputusan yang kompleks,” ujar Gladman. “Tidak hanya karena ada anggota perempuan, namun karena ada keragaman terkait identitas personal.”
Gladman menambahkan bahwa keragaman juga mendorong anggota dewan direksi untuk lebih siap dan bekerja dengan standar yang lebih tinggi karena mereka tidak ingin tampak bodoh di hadapan “orang asing.”
Penelitian Credit Suisse menunjukkan bahwa perbedaan kinerja antara dewan direksi yang lebih beragam dengan yang beranggotakan pria semua sangat besar ketika ekonomi ada di level terendah.
“Di tengah resesi, dan perusahaan ada dalam kesulitan, kualitas manajemen, perusahaan dan dewan direksi yang baik akan muncul dan mengatasi semua kendala dengan baik.”
Gladman mengatakan bahwa penelitian yang ia lakukan memperlihatkan bahwa secara global, persentase perempuan dalam keanggotaan dewan direksi hanya 10 persen. Perusahaan di negara-negara Nordik memiliki persentase tertinggi direktur perempuan, sementara negara-negara Asia cenderung memiliki persentase terendah.
Salah seorang perempuan yang duduk di beberapa dewan direksi perusahaan adalah Joan Amble, yang mengasah kemampuan bisnisnya dalam karir yang panjang di American Express. Ia sekarang membantu mengarahkan Booz Allen Hamilton, SiriusXM Radio dan perusahaan-perusahaan lainnya. Dalam pengalamannya, anggota dewan yang perempuan memiliki rasa ingin tahu lebih besar dibanding rekan prianya.
“Biasanya [anggota perempuan] memiliki pertanyaan yang lebih detil dalam beberapa kasus, dan barangkali lebih banyak dialog, jadi saya kira kami memiliki pendekatan yang berbeda,” ujar Amble.
Amble menambahkan bahwa perempuan masih memiliki perjalanan panjang untuk mengatasi prasangka di bidang bisnis.
“Sebagai bangsa, kita akan tahu bahwa kita telah melangkah maju saat apa yang kita bahas adalah keragaman pemikiran dan ide, bukannya mengaitkannya dengan gender atau yang lainnya,” ujarnya. “Namun saya kira kita harus berjalan dulu sebelum mulai berlari.”
Amble mencoba membuat saat itu datang lebih cepat dengan memimpin yayasan yang membantu perempuan-perempuan berbakat menambah keterampilan dan kontak yang dibutuhkan untuk menduduki posisi-posisi atas di sektor bisnis.