Suara Penduduk Asli Amerika Dapat Pengaruhi Hasil Pilpres AS

Anggota suku aslia Lummi, Patsy Wilson (kiri), dibantu oleh seroang asisten saat menggunakan hak pilihnya di sebuah TPS di dekat Bellingham, Washington, pada 3 November 2020. (Foto: AP/Elaine Thompson)

Dalam minggu-minggu terakhir sebelum pemilihan presiden AS 2024 berlangsung, penyelenggara pemilu untuk penduduk asli Amerika melancarkan upaya untuk meningkatkan jumlah kehadiran pemilih. Mereka menyadari dampak suara penduduk asli, terutama di sejumlah negara bagian seperti Arizona dan Wisconsin.

Kelompok-kelompok advokasi seperti Native American Rights Fund terus mengatasi hambatan seperti daerah terpencil, prasarana yang buruk dan akses internet yang terbatas, serta pembatasan pemungutan suara pada pendaftaran langsung dan pemungutan suara lebih awal.

Sejumlah tantangan baru di Arizona

Penduduk asli Amerika secara luas diperkirakan mendukung Partai Demokrat. Arizona, rumah bagi 22 suku asli, memainkan peran penting dalam kemenangan tipis Presiden Joe Biden pada pemilu tahun 2020 di negara bagian itu.

Namun, kesalahan pendaftaran pemilih baru-baru ini di negara bagian tersebut dapat berdampak pada 218.000 pemilih, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya. Masalah itu berasal dari kesalahan database surat izin mengemudi, yang menandai bahwa beberapa individu telah membuktikan bahwa mereka memiliki kewarganegaraan AS mereka, padahal tidak demikian.

BACA JUGA: FBI Tangkap Pria Afghanistan yang Diduga Rencanakan Serangan pada Hari Pemilu di AS 

Jaynie Parrish, direktur eksekutif Arizona Native Vote, mengatakan, dampak kekeliruan tersebut terhadap pemilih penduduk asli masih belum jelas. Ia menekankan, warga asli Amerika menghadapi tantangan yang terus berlanjut ketika memberikan suara, termasuk persyaratan di Arizona untuk menunjukkan bukti alamat di sejumlah tempat pemungutan suara.

“Kami mengandalkan kotak pos,” kata Parrish, seraya menjelaskan bahwa pemilih awal dapat menggunakan surat izin mengemudi atau tanda pengenal suku.

Memilih berdasarkan isu, bukan partai

Profesor Gabriel R. Sanchez dari University ofNew Mexico menjelaskan bahwa preferensi pemilih penduduk asli Amerika belum diteliti dengan baik.

Jajak pendapat menunjukkan mayoritas pemilih pribumi condong ke Partai Demokrat, tetapi tidak sekuat kelompok minoritas lainnya seperti pemilih kulit hitam dan keturunan Amerika Latin. Pada pemilu tahun 2020, 60% penduduk asli Amerika mendukung Joe Biden, namun jumlah itu menurun sedikit pada tahun 2022.

“Para pemilih pribumi mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak terlalu partisan,” kata Sanchez. “Pada setiap siklus pemilu mereka menilai partai mana yang lebih baik dalam menangani masalah kesukuan.”

BACA JUGA: Pejabat AS: Peretas Iran Target Kampanye Politik

Sebagai contoh, dalam rubrik editorial di harian Navajo Times pada Senin (7/10), Francine Bradley-Arthur, seorang pengurus Navajo dan salah satu pendiri Freedom House di St. Michaels, Arizona, menjelaskan mengapa banyak orang Navajo yang mendukung Donald Trump.

“Dalam budaya Navajo, kehidupan adalah sakral, termasuk kehidupan di dalam rahim,” tulisnya. “Pemerintahan Trump menjunjung tinggi nilai- nilai prokehidupan yang sangat sejalan dengan tradisi kami.”

Ia ingat bahwa sebagai jaksa agung California, Kamala Harris menentang “sedikitnya 15 permohonan pengalihan tanah suku ke dalam perwalian,” hal yang melemahkan kemampuan suku-suku untuk memperoleh kembali tanah yang hilang. [ps/uh]