Presiden Sudan Omar al-Bashir berjanji pemerintahannya tidak akan mendukung pemberontak di negara tetangganya, Sudan Selatan.
Pemimpin Sudan, Omar al-Bashir mengatakan hal itu hari Senin (6/1) dalam lawatan singkat di Juba, ibukota Sudan Selatan, di mana ia bertemu Presiden Sudan Selatan Salva Kiir.
Bashir mengucapkan terima kasih kepada Kiir atas “sambutan hangat” dan mengatakan Sudan tidak akan pernah mendukung pemberontak melawan negara tetangga manapun. Ia mengatakan itu “hanya akan menyebabkan ketidakstabilan dan terbuangnya sumber daya dan kerusakan hubungan antar negara.”
Di masa lalu, kedua negara Sudan itu saling menuduh mendukung pemberontak di wilayah lainnya.
Sementara itu, perundingan perdamaian antara delegasi Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar tampaknya akan segera dimulai di Ethiopia.
Para pejabat yang terlibat dalam perundingan itu mengatakan bahwa setelah negosiasi berhari-hari, kedua pihak telah menyepakati format perundingan dan siap membahas isu-isu seperti gencatan senjata dan nasib para pejabat pro-pemberontak yang ditahan pemerintah.
China mendesak segera diakhirinya konflik di Sudan Selatan, di mana kekerasan politik dan etnis selama tiga minggu telah mengakibatkan 1.000 lebih orang tewas dan sekitar 200.000 lainnya mengungsi.
Bashir mengucapkan terima kasih kepada Kiir atas “sambutan hangat” dan mengatakan Sudan tidak akan pernah mendukung pemberontak melawan negara tetangga manapun. Ia mengatakan itu “hanya akan menyebabkan ketidakstabilan dan terbuangnya sumber daya dan kerusakan hubungan antar negara.”
Di masa lalu, kedua negara Sudan itu saling menuduh mendukung pemberontak di wilayah lainnya.
Sementara itu, perundingan perdamaian antara delegasi Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar tampaknya akan segera dimulai di Ethiopia.
Para pejabat yang terlibat dalam perundingan itu mengatakan bahwa setelah negosiasi berhari-hari, kedua pihak telah menyepakati format perundingan dan siap membahas isu-isu seperti gencatan senjata dan nasib para pejabat pro-pemberontak yang ditahan pemerintah.
China mendesak segera diakhirinya konflik di Sudan Selatan, di mana kekerasan politik dan etnis selama tiga minggu telah mengakibatkan 1.000 lebih orang tewas dan sekitar 200.000 lainnya mengungsi.