Suhu Panas Luar Biasa Landa Berbagai Tempat di Dunia

Seorang pria mengamati kebakaran hutan yang berkobar mendekati rumahnya di Lake Elsinore, California, Kamis (9/8). Kebakaran hutan ini telah menjadi kebakaran terbesar dalam sejarah California.

Banyak bagian dunia mengalami suhu panas luar biasa musim panas ini, ketika suhu tercatat di atas 40 derajat Celsius di tempat-tempat yang biasanya hanya mengalami suhu sampai 35 derajat.

Kebakaran hutan paling besar sedang terjadi di negara bagian California. Sebelumnya kebakaran juga menghanguskan banyak hutan pantai di Yunani. Sejumlah Kota di Asia juga terkena suhu sangat panas, dan studi menunjukkan suhu panas ini akan lebih sering terjadi.

Pejabat di California mengatakan, kebakaran hutan yang dimulai seminggu lalu telah menjadi kebakaran terbesar dalam sejarah negara bagian itu.

Para periset di Universitas California mengatakan kondisi iklim yang memungkinkan kebakaran besar seperti itu sudah tampak sebelumnya dan akan berlangsung lebih lama. Para pejabat memperingatkan penduduk supaya bersiap-siap menghadapi perubahan iklim ini.

Kata Ken Pimlott, kepala pemadam kebakaran California, “Dalam keadaan biasa, saat ini sebetulnya adalah puncak musim kebakaran, tapi kondisi yang kita lihat sekarang ini barulah suatu permulaan.”

Kebakaran hutan juga berkecamuk di Eropa. Kebakaran di Yunani belum lama ini adalah yang terbesar dalam sejarah di negara itu dan menewaskan lebih dari 90 orang.

Bahkan hutan-hutan yang terletak di negara-negara dekat Kutub Utara seperti Swedia dan Latvia juga telah dilanda kebakaran.

Banyak kota di Eropa dan Asia sedang berjuang menghadapi gelombang hawa panas dan suhu yang tercatat paling tinggi.

Suhu panas itu berdampak pada bidang pertanian, karena para petani harus memanen ladang mereka lebih dini dari sebelumnya. Musim kering yang berkepanjangan juga mengurangi jumlah dan kualitas buah-buahan serta sayuran.

Panas yang tinggi mengakibatkan kematian banyak ikan di sungai Rhine di Swiss. Tentara Swiss terpaksa mengirim pasokan air darurat ke kawasan peternakan.

Kata Denis Froidevaux, seorang pejabat lokal, bantuan tentara itu diberikan dengan cuma-cuma, karena “kami kini sedang berada dalam keadaan bencana.”

Kata sebuah studi baru, target pengurangan pemanasan global yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris tahun 2015 kemungkinan tidak akan cukup untuk menghentikan peningkatan suhu belakangan ini.

Studi yang dilakukan oleh Universitas Nasional di Australia, dan di Universitas Copenhagen mengatakan, kalaupun negara peserta perjanjian iklim itu berhasil mempertahankan target yang ditentukan, pencairan lapisan es di Kutub Utara dan Selatan, dan gas methan yang keluar dari dasar laut kemungkinan akan meningkatkan suhu bumi antara empat sampai lima derajat Celsius, sehingga beberapa bagian bumi mungkin akan tidak bisa dihuni. [ii]