Jutaan orang di seluruh dunia tidak mendapatkan peringatan dini ketika bencana akan terjadi, demikian menurut sebuah survei baru.
Survei Lloyd's Register Foundation World Risk Poll, yang dilakukan oleh organisasi jajak pendapat Gallup, mendapati bahwa pada 2023, 70 persen dari responden menerima peringatan dini sebelum terjadi bencana, sementara 30 persen tidak.
Pada 2021, jumlah mereka yang menerima peringatan dini hampir sama, yaitu 69 persen.
Namun, jumlah orang yang menghadapi bencana alam meningkat.
"Apa yang kami temukan dari jajak pendapat tahun ini adalah bahwa secara global, jumlah orang yang mengalami bencana dalam lima tahun terakhir meningkat secara signifikan," kata Benedict Vigers, penulis laporan tersebut, kepada VOA.
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem di China: 4 Tewas, Belasan Hilang"Lebih banyak orang yang mengalami peristiwa-peristiwa ini. Oleh karena itu, menjadi lebih penting untuk memahami bagaimana orang mengalami berbagai jenis bencana," tambahnya.
Seperti yang dicatat dalam laporan itu, "menerima peringatan bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati."
Para pembuat survei menghubungi ribuan orang berusia 15 tahun ke atas dari 142 negara pada tahun 2023 untuk memahami ketahanan global. Sementara survei dari China dilakukan melalui internet, hasil lainnya dilakukan melalui telepon atau survei langsung.
"Jajak pendapat World Risk pada dasarnya adalah survei terhadap 98% populasi orang dewasa di dunia," kata Vigers.
Menurut survei tersebut, demografi memainkan peran kunci dalam kemungkinan menerima peringatan dini. Tujuh puluh empat persen dari individu yang paling "tangguh secara finansial" menerima peringatan dini.
Angka tersebut turun menjadi 63 persen untuk mereka yang paling tidak tangguh secara finansial.
Lokasi geografis juga berperan karena beberapa bagian dunia memiliki sistem peringatan dini yang lebih kuat daripada yang lain. Di Asia Timur, 90 persen dari mereka yang disurvei telah menerima peringatan dini bencana.
Para peneliti juga menemukan persentase yang tinggi di Australia, Selandia Baru, dan Amerika Utara yang memproyeksikan angka yang tinggi. Afrika Utara mendapat nilai terendah yaitu 25%. Asia Tengah dan Afrika Tengah/Barat juga menunjukkan angka yang lebih rendah.
Survei ini juga merinci popularitas berbagai metode yang digunakan untuk menyampaikan peringatan dini.
BACA JUGA: Sekjen PBB: Dunia Semakin Jauh dari Target Membatasi Pemanasan GlobalLima puluh tiga persen orang menerima peringatan melalui media tradisional seperti radio, televisi, dan surat kabar pada tahun 2023, turun dari 56 persen pada survei terakhir yang dilakukan pada tahun 2021.
Sebaliknya, jumlah yang menerima peringatan dini dari internet dan media sosial meningkat dari 36 persen pada tahun 2021 menjadi 46 persen pada tahun 2023.
"Peringatan digital benar-benar meningkat lebih dari bentuk lainnya, dan juga meningkat tidak hanya di kalangan anak muda... tetapi meningkat pada tingkat yang sangat mirip di semua usia," kata Vigers kepada VOA.
Survei tersebut mendapati bahwa pesan teks SMS melalui ponsel dapat menurunkan orang yang tidak menerima peringatan di masa depan sebanyak 30%. Tujuh puluh tujuh persen orang yang mengalami bencana dalam 5 tahun terakhir, namun tidak mendapat peringatan, memiliki sebuah ponsel. [my/ns]