Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

Sekjen PBB: Dunia Semakin Jauh dari Target Membatasi Pemanasan Global

Siluet seorang perempuan terlihat di saat matahari terbenam di Kansas City, Missouri, ketika suhu panas melanda wilayah tersebut pada 20 Agustus 2023. (Foto: AP/Charlie Riedel)
Siluet seorang perempuan terlihat di saat matahari terbenam di Kansas City, Missouri, ketika suhu panas melanda wilayah tersebut pada 20 Agustus 2023. (Foto: AP/Charlie Riedel)

Sekretaris Jenderal PBB pada hari Rabu (5/6) mengatakan bahwa dunia sedang berada pada "momen genting" untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global, di saat planet bumi baru saja mengalami 12 bulan terpanas secara berturut-turut dalam sejarah.

“Kenyataannya, hampir sepuluh tahun sejak Perjanjian Paris diberlakukan, target untuk membatasi pemanasan global jangka panjang hingga 1,5 derajat Celcius masih menggantung di ujung tanduk," kata Antonio Guterres kepada para hadirin di Museum Sejarah Alam Amerika di New York, di mana sebuah pameran mengenai dinosaurus yang telah punah di museum tersebut menjadi pengingat lain akan kondisi planet yang memburuk.

“Organisasi Meteorologi Dunia melaporkan hari ini bahwa ada kemungkinan 80% suhu rata-rata tahunan global akan melebihi batas 1,5 derajat dalam setidaknya satu dari lima tahun ke depan,” katanya.

“Kita sedang bertaruh dengan planet kita,” ujarnya memperingatkan dalam sebuah pidato khusus tentang iklim yang ia sampaikan di bawah patung paus biru yang terkenal di museum tersebut. Pidato itu menandai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Sekjen PBB itu mengatakan bahwa 1% negara terkaya mengeluarkan polusi sebanyak dua pertiga dari seluruh umat manusia.

Ia juga mengatakan bahwa bumi menghasilkan sekitar 40 miliar ton karbon dioksida setiap tahunnya dan akan menghabiskan “anggaran karbon” yang tersisa sekitar 200 miliar ton sebelum tahun 2030. Guterres kemudia menyebutkan bahwa emisi global harus turun sebesar 9% setiap tahun antara saat ini dan 2030 untuk menjaga batas 1,5 derajat Celcius. Tahun lalu, emisi global naik 1%.

Biaya untuk krisis iklim akan terus bertambah tanpa adanya tindakan yang berarti.

“Meskipun besok emisi mencapai nol, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa kekacauan iklim masih akan menelan biaya setidaknya $38 triliun per tahun pada tahun 2050,” kata Guterres.

Bahan bakar fosil

Krisis iklim telah menjadi isu utama dalam masa jabatan Guterres sejak ia menjadi diplomat tertinggi di dunia tujuh setengah tahun yang lalu. Ia telah berulang kali menyerukan penghentian penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil lainnya dan beralih ke energi terbarukan yang lebih bersih seperti tenaga angin dan tenaga surya - yang telah menghasilkan hampir sepertiga kapasitas listrik dunia.

Dia meningkatkan peringatannya pada Rabu dengan mendesak bank-bank untuk berhenti membiayai proyek-proyek minyak, batu bara dan gas dan sebagai gantinya berinvestasi pada energi terbarukan. Ia meminta negara-negara untuk melarang iklan dari produsen bahan bakar fosil dan mengatakan bahwa platform berita dan teknologi harus berhenti menerima iklan mereka.

“Saya menyerukan kepada para pemimpin industri bahan bakar fosil untuk memahami bahwa jika Anda tidak berada di jalur cepat menuju transformasi energi bersih, Anda membawa bisnis Anda ke jalan buntu - dan menyeret kita semua,” ujar Sekjen PBB.

Guterres menambahkan bahwa industri minyak dan gas hanya menginvestasikan 2,5% dari total pengeluaran untuk energi bersih pada tahun lalu. Ia mendesak perusahaan-perusahaan hubungan masyarakat dan pelobi untuk berhenti mendukung industri “penghancuran planet” ini dan meninggalkan klien-klien tersebut.

“Banyak orang di industri bahan bakar fosil yang tanpa malu-malu melakukan greenwashing, bahkan ketika mereka berusaha untuk menunda aksi iklim - dengan lobi, ancaman hukum, dan kampanye iklan yang besar-besaran," katanya.

Menyamakan upaya

Sekretaris Jenderal PBB itu menegaskan kembali pendiriannya bahwa mereka yang paling sedikit berkontribusi terhadap krisis iklim adalah mereka yang paling menderita - terutama negara-negara miskin di Afrika dan negara-negara kepulauan kecil. Negara-negara ekonomi utama G20 menghasilkan 80% emisi dunia.

“Sangat memalukan bahwa mereka yang paling rentan dibiarkan terlantar, berjuang mati-matian untuk menghadapi krisis iklim yang tidak mereka ciptakan,” katanya. Guterres memperingatkan bahwa perbedaan antara 1,5 dan 2 derajat dapat berarti kelangsungan hidup atau kepunahan bagi beberapa negara kepulauan kecil dan masyarakat pesisir.

“1,5 derajat bukanlah sebuah target. Itu bukan tujuan. Ini adalah batas fisik,” katanya. Pemanasan global telah merusak lautan di planet ini, terumbu karang dan ekosistem laut, serta mencairnya es laut. Di seluruh dunia, banjir besar, kekeringan, gelombang panas, kebakaran hutan, dan bencana lain yang berhubungan dengan iklim menjadi semakin sering terjadi.

Sekretaris Jenderal PBB mengatakan bahwa harus ada lebih banyak pembiayaan dan dukungan teknis dari negara-negara kaya untuk mengurangi dampak iklim dan berinvestasi pada energi terbarukan bagi negara-negara berpenghasilan rendah.

Ia juga mengatakan bahwa sistem peringatan dini global harus tersedia pada tahun 2027, untuk melindungi semua orang di Bumi dari cuaca, air, dan iklim yang berbahaya.

Dia mendesak warga untuk terus membuat suara mereka didengar dan mengatakan bahwa inilah saatnya bagi para pemimpin untuk memutuskan di pihak siapa mereka berada.

“Sekarang adalah waktunya untuk menggerakkan; sekarang adalah waktunya untuk bertindak; sekarang adalah waktunya untuk menyampaikan,” ujarnya yang disambut tepuk tangan meriah. “Ini adalah momen kebenaran kita.” [my/jm]

See all News Updates of the Day

Gunung Berapi di Semenanjung Reykjanes Islandia Meletus Ketujuh Kalinya dalam Setahun

Lava dan asap menyembur dari gunung berapi dekat Grindavik di semenanjung Islandia Reykjanes, Gambar selebaran yang dirilis pada 21 November 2024. (Departemen Pertahanan Publik dari Polisi Negara Islandia/ AFP)
Lava dan asap menyembur dari gunung berapi dekat Grindavik di semenanjung Islandia Reykjanes, Gambar selebaran yang dirilis pada 21 November 2024. (Departemen Pertahanan Publik dari Polisi Negara Islandia/ AFP)

Gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia barat daya, meletus untuk ketujuh kalinya sejak Desember. Meskipun letusan itu tidak menimbulkan ancaman bagi perjalanan udara, pihak berwenang memperingatkan akan emisi gas di beberapa bagian semenanjung, termasuk kota terdekat Grindavík.

Gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia barat daya, meletus untuk ketujuh kalinya sejak Desember. Tanpa banyak peringatan, letusan dimulai pada Rabu malam pukul 11:14 dan menimbulkan retakan sepanjang sekitar tiga kilometer. Aktivitas itu diperkirakan jauh lebih kecil daripada letusan sebelumnya pada Agustus, kata kantor meteorologi Islandia yang memantau aktivitas seismik.

"Dalam gambaran besar, ini sedikit lebih kecil daripada letusan terakhir, dan letusan yang terjadi pada Mei," ujar profesor geofisika Magnús Tumi Guðmundsson kepada media penyiaran nasional RUV. Ia terbang di atas lokasi kejadian bersama badan Perlindungan Sipil untuk memantau kejadian tersebut.

Meskipun letusan itu tidak menimbulkan ancaman bagi perjalanan udara, pihak berwenang memperingatkan akan emisi gas di beberapa bagian semenanjung, termasuk kota terdekat Grindavík.

Sekitar 50 rumah, bersama tamu di resor Blue Lagoon yang terkenal, dievakuasi setelah badan Perlindungan Sipil mengeluarkan peringatan, menurut RUV.

Letusan gunung berapi berulang di dekat Grindavík, yang terletak sekitar 50 kilometer barat daya ibu kota, Reykjavik, dan berpenduduk 3.800 orang, telah merusak infrastruktur dan properti dan memaksa banyak penduduk pindah untuk menjamin keselamatan mereka.

"Grindavík tidak dalam bahaya seperti yang terlihat dan tidak mungkin retakan ini akan memanjang, meskipun tidak ada yang dapat dikesampingkan," kata Magnús Tumi.

Islandia, yang berada di kawasan vulkanik di Atlantik Utara, rata-rata mengalami satu letusan setiap empat hingga lima tahun. Yang paling mengganggu dalam beberapa waktu terakhir adalah letusan gunung berapi Eyjafjallajokull pada 2010, yang memuntahkan awan abu ke atmosfer dan mengganggu perjalanan udara lintas Atlantik selama berbulan-bulan. [ka/ab]

Badai Dahsyat Ancam California Utara dan Pasifik Barat Laut

Sebuah rumah di Gilroy, California, terkepung banjir usai badai, 9 Januari 2023. (Foto: Josh Edelson/AFP)
Sebuah rumah di Gilroy, California, terkepung banjir usai badai, 9 Januari 2023. (Foto: Josh Edelson/AFP)

Wilayah yang diproyeksikan mengalami curah hujan yang sangat deras akan membentang dari selatan Portland, Oregon, hingga utara wilayah San Francisco.

California Utara dan Pasifik Barat Laut bersiap menghadapi badai dahsyat yang diperkirakan akan datang bersamaan dengan hujan lebat dan angin kencang. Badai ini diproyeksikan akan memicu banjir bandang dan pemadaman listrik.

Pusat Ramalan Cuaca memperingatkan risiko curah hujan berlebihan yang dimulai Selasa (19/11) dan berlangsung hingga Jumat (22/11) kelembapan panjang yang membentang jauh di atas Samudera Pasifik.

Pakar meteorologi di Pusat Ramalan Cuaca Nasional, Richard Bann, mengatakan sistem badai yang meningkat dengan sangat cepat ini dikategorikan sebagai “siklon bom.”

Wilayah yang diproyeksikan mengalami curah hujan yang sangat deras akan membentang dari selatan Portland, Oregon, hingga utara wilayah San Francisco, jelas Bann.

“Waspadai juga risiko banjir bandang di dataran rendah dan badai musim dingin di dataran tinggi. Ini akan menjadi peristiwa yang berdampak,” tambahnya.

Di California utara, pengawasan banjir dan angin kencang mulai berlaku pada hari Selasa, di mana curah hujan diperkirakan mencapai 8 inci (20 sentimeter) di sebagian Wilayah Teluk San Francisco, Pantai Utara, dan Lembah Sacramento.

Peringatan pengawasan badai musim dingin juga telah dikeluarkan untuk Sierra Nevada utara di mana salju setinggi 28 sentimeter mungkin akan terjadi selama dua hari. Hembusan angin di daerah pegunungan bisa mencapai kecepatan 120 kilometer per jam. [em/jm]

G20 Didesak Ambil Tindakan untuk Tekan Pemanasan Global

Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva menghadiri sesi ketiga Pertemuan Pemimpin G20 di Rio de Janeiro, Selasa 19 November 2024.
Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva menghadiri sesi ketiga Pertemuan Pemimpin G20 di Rio de Janeiro, Selasa 19 November 2024.

Presiden Brazil membuka hari kedua pertemuan 20 negara ekonomi terbesar dunia pada Selasa (19/11), dengan mendesakkan tindakan lebih untuk memperlambat pemanasan global. Dia mengatakan, negara-negara maju harus mempercepat inisiatif mereka untuk mengurangi emisi yang merusak.

Brazil menjadi tuan rumah pertemuan G20 tahun ini, yang puncaknya diselenggarakan pada 19-20 November.

Seruan dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva itu disampaikan sehari setelah perwakilan dari negara-negara G20 mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesakkan sebuah pakta untuk memberantas kelaparan, lebih banyak bantuanke Gaza, dan mengakhiri perang di Ukraina serta sejumlah tujuan lain, di tengah ketidakpastian global yang membayangi berkuasanya kembali presiden terpilih AS, Donald Trump.

Presiden Brazil, yang menjadi tuan rumah pertemuan dua hari itu, membuka sesi pada Selasa dengan fokus pada tantangan-tantangan lingkungan. Dia mengatakan bahwa negara-negara maju harus mempertimbangkan memajukan target emisi mereka, yang sebelumnya pada 2050 menjadi 2040 atau 2045.

“Negara-negara G20 bertanggung jawab atas 80 persen dampak emisi gas rumah kaca. Meskipun kita tidak melangkah dalam kecepatan yang sama, kita semua bisa mengambil satu langkah ke depan bersama,” kata Lula.

Sebagai tambahan dari sumbangan sebesar $325 juta untuk dana teknologi bersih Bank Dunia, Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan serangkaian inisiatif yang berkaitan dengan iklim dan

pembangunan. Namun banyak dari inisiatif itu yang membutuhkan dukungan dari Trump, yang menentang proyek-proyek semacam itu dan menyebut krisis iklim sebagai sebuah “berita bohong”.

Biden juga mendesak masing-masing negara anggota G20 berkomitmen sebesar $2 miliar untuk membiayai Dana Pandemi yang didirikan pada 2022. Biden telah berjanji bahwa AS akan menyediakan dana hingga $667 juta hingga 2026, tetapi itu akan membutuhkan persetujuan Kongres.

Sementara dari Baku, Azeebaijan, para pegiat lingkungan menanggapi pernyataan kelompok 20 negara ekonomi utama, saat negosiasi COP29 memasuki tahap akhir.

Ani Dasgupta, Presiden dan CEO, World Resources Institute mengatakan,

“KTT Pemimpin G20 telah menegaskan kembali bahwa aksi iklim yang adil dan setara harus tetap menjadi pusat agenda global. Para negosiator di Baku harus membangun itu berdasar KTT Pemimpin G20, dan bersatu di belakang tujuan pendanaan iklim baru yang kuat.”

Dasgupta juga mengatakan, terpilihnya kembali Donald Trump baru-baru ini di Amerika Serikat diperkirakan akan membayangi KTT G20. Namun dia mendesak, para pemimpin G20 tetap teguh pada dedikasi mereka, untuk bekerja sama dalam beberapa isu paling mendesak di dunia, termasuk reformasi keuangan, kemiskinan, kelaparan, dan energi bersih.

“Meskipun mengirimkan sinyal positif tentang transisi energi dan kebutuhan untuk meningkatkan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi, sangat disayangkan bahwa G20 gagal menegaskan kembali komitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil, yang disetujui semua negara di COP28 di Dubai,” ujar dia.

Dasgupta menambahkan, pada intinya, pendanaan adalah persoalan keadilan. Para pemimpin mengakui, bahwa ketidaksetaraan di dalam dan di antara negara-negara, merupakan akar dari sebagian besar tantangan global dan harus ditangani.

Dia menambahkan, para negara-negara G20 menyadari perlunya meningkatkan pendanaan iklim dengan cepat dan mencapai tujuan baru di Baku, dan mereka menekankan bahwa kolaborasi internasional adalah kunci untuk melakukannya.

“Para pemimpin menyerukan agar bank pembangunan multilateral menjadi lebih besar, lebih baik, dan lebih efektif. Langkah maju penting lainnya adalah dukungan untuk pajak kekayaan, yang dapat meningkatkan sumber daya secara signifikan untuk membantu negara-negara berkembang mengekang emisi dan mengurangi dampak perubahan iklim,” paparnya lagi.

WRI menyambut gembira, G20 mendukung platform negara, yang bertujuan mengatasi penyaluran pembiayaan iklim yang terfragmentasi dan mengalokasikan sumber daya dengan lebih baik untuk proyek-proyek berdampak tinggi.

Komitmen baru G20 untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan dan adil serta mengurangi keterbuangan dan pemborosan pangan menunjukkan bahwa negara-negara memprioritaskan isu-isu ini sebagai bagian integral dari aksi iklim, mengingat keterkaitan sistem pangan yang luas dengan iklim. [ns/ab]

Minim Kemajuan, Rasa Frustrasi Muncul dalam KTT Iklim COP29

Aktivis iklim menggelar aksi protes selama berlangsungnya COP29 di Baku, Azerbaijan. 19 November 2024.
Aktivis iklim menggelar aksi protes selama berlangsungnya COP29 di Baku, Azerbaijan. 19 November 2024.

Seiring KTT iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, memasuki hari-hari terakhir, terdapat peningkatan rasa frustrasi karena minimnya kemajuan dalam mencapai kesepakatan pendanaan iklim, yang dianggap penting untuk mengurangi emisi dan membatasi pemanasan global.

Mukhtar Babayev, presiden COP29 Azerbaijan, mendesak para delegasi untuk lebih memperhatikan kegentingannya.

"Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa mereka khawatir tentang status negosiasi," kata Babayev kepada para delegasi hari Senin (18/11). "Sudah saatnya mereka bergerak lebih cepat. Minggu ini kita akan menyambut para menteri dari seluruh dunia saat negosiasi mencapai tahap akhir.”

"Para politisi memiliki kekuatan untuk mencapai kesepakatan yang adil dan ambisius. Mereka harus memenuhi tanggung jawab ini. Mereka harus terlibat segera dan secara konstruktif," tambahnya.

Pendanaan Iklim

Uang menjadi pusat negosiasi COP29—atau dalam istilah COP, pendanaan iklim. Siapa yang akan membayar negara-negara miskin untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan beralih dari bahan bakar fosil—dan berapa biayanya?

Para perempuan memegang plakat saat menghadiri protes pro-Ukraina, pada konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP29, di Baku, Azerbaijan 19 November 2024. (Murad Sezer/REUTERS)
Para perempuan memegang plakat saat menghadiri protes pro-Ukraina, pada konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP29, di Baku, Azerbaijan 19 November 2024. (Murad Sezer/REUTERS)

Diharapkan pertemuan COP29 akan menetapkan target pendanaan baru yang ambisius. Sebagian besar perkiraan menempatkan biaya pendanaan iklim lebih dari $1 triliun setiap tahun. Dilaporkan bahwa banyak negara kaya enggan menyetujui jumlah tersebut.

Target yang ada saat ini sebesar $100 miliar per tahun, yang disepakati pada 2009, baru tercapai pada 2022.

Gagal Tepati Janji

Perwakilan Bolivia di COP29, Diego Balanza—yang memimpin blok negosiasi negara berkembang—menuduh negara-negara kaya gagal menepati janjinya selama satu dekade.

"Negara kami menderita dampak perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh emisi historis negara maju. Bagi kami sebagai negara berkembang, kehidupan rakyat kami, kelangsungan hidup mereka, dan mata pencaharian mereka, dipertaruhkan," kata Balanza kepada delegasi di Baku.

Direktur kebijakan luar negeri Bolivia dan ketua Like-Minded Group, Diego Balanza, di KTT Iklim PBB COP29 di Baku, Azerbaijan, Selasa, 19 November 2024. (Peter Dejong/AP)
Direktur kebijakan luar negeri Bolivia dan ketua Like-Minded Group, Diego Balanza, di KTT Iklim PBB COP29 di Baku, Azerbaijan, Selasa, 19 November 2024. (Peter Dejong/AP)

Ia menambahkan bahwa sebagian besar pendanaan iklim sejauh ini diberikan melalui pinjaman, bukan hibah, yang "memiliki implikasi buruk bagi stabilitas makroekonomi negara berkembang."

Lambatnya Proses

Banyak pengamat mengkritik lambatnya negosiasi di Baku. Mohamed Adow, direktur grup kampanye Power Shift Africa, menuduh tuan rumah Azerbaijan tidak bisa memimpin.

"Ini adalah salah satu COP terburuk—setidaknya, salah satu minggu pertama COP terburuk—yang saya hadiri dalam 15 tahun terakhir," kata Adow kepada VOA. "Ada kemajuan yang sangat terbatas pada pendanaan iklim dan bahkan pada aturan seputar pasar karbon dan bagaimana dunia akan mengurangi emisi."

Teatrikal

Simon Stiell, sekretaris eksekutif Perubahan Iklim PBB, pada hari Senin mendesak pihak-pihak untuk "menghentikan teatrikal."

Aktivis iklim menggelar aksi protes saat berlangsungnya COP29 di Baku, Azerbaijan, 18 November 2024.
Aktivis iklim menggelar aksi protes saat berlangsungnya COP29 di Baku, Azerbaijan, 18 November 2024.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan COP29 berhasil. Semua pihak perlu bergerak lebih cepat menuju titik temu... Saya sudah sangat tegas: pendanaan iklim bukan amal. Ini 100 persen untuk kepentingan setiap negara melindungi ekonomi dan rakyat mereka dari dampak iklim yang merajalela. Semuanya harus menyelesaikan isu yang kurang penting di awal minggu, sehingga ada cukup waktu untuk keputusan politik utama," kata Stiell.

Pengurangan Emisi

Kesepakatan COP29 yang ambisius tentang pendanaan iklim dimaksudkan untuk membuka tahap negosiasi penting berikutnya. Menjelang COP30 tahun depan di Brasil, semua negara harus menyampaikan rencana aksi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, atau disebut sebagai 'kontribusi yang ditentukan secara nasional', dengan tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas level pra-industri, target kunci dari Perjanjian Paris 2016 tentang perubahan iklim.

Dalam trajektori saat ini, para ilmuwan memperkirakan dunia menuju pemanasan 2,7°C yang berpotensi katastrofik pada akhir abad ini; diprediksi akan menyebabkan cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut yang meluas.

Bayang-Bayang Trump

Adow, direktur Power Shift Africa, khawatir negosiasi COP29 dibayangi oleh kemenangan pemilihan presiden AS baru-baru ini oleh Donald Trump.

Wakil Menteri Energi Ukraina Svitlana Grynchuk memberikan pidato di acara peringatan 1.000 hari perang di Ukraina selama KTT Iklim PBB COP29, Selasa, 19 November 2024, di Baku, Azerbaijan. (Joshua A. Bickel/AP)
Wakil Menteri Energi Ukraina Svitlana Grynchuk memberikan pidato di acara peringatan 1.000 hari perang di Ukraina selama KTT Iklim PBB COP29, Selasa, 19 November 2024, di Baku, Azerbaijan. (Joshua A. Bickel/AP)

Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim selama masa jabatan pertamanya. Penggantinya, Joe Biden, kembali masuk ke perjanjian itu pada hari pertama menjabat.

"Saya pikir yang membayang-bayangi pembicaraan ini adalah hal yang diketahui tapi tidak pasti, seputar terpilihnya Donald Trump, dan apa yang akan dilakukan pemerintahan Trump. Jadi, negara-negara kaya sebenarnya bersembunyi di belakang Trump—dan tidak ingin menanggapi seruan yang kami terima dari negara berkembang tentang $1,3 triliun yang mereka butuhkan untuk pendanaan iklim," kata Adow kepada VOA.

Pembicaraan COP29 dijadwalkan berakhir pada hari Jumat (22/11). Batas waktu bisa diperpanjang jika kesepakatan sudah di depan mata. [th/ab]

Biden Tinggalkan ‘Warisan’ Iklim di Jantung Amazon

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani proklamasi yang menetapkan tanggal 17 November sebagai Hari Konservasi Internasional selama tur di Museu da Amazonia saat ia mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB / AFP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani proklamasi yang menetapkan tanggal 17 November sebagai Hari Konservasi Internasional selama tur di Museu da Amazonia saat ia mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB / AFP)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden memulai perjalanan bersejarahnya ke Brazil hari Minggu (17/11). Ia menjadi presiden Amerika pertama yang sedang menjabat yang mengunjungi hutan hujan Amazon untuk menandai upayanya memerangi perubahan iklim. Ia juga menghadiri KTT 20 ekonomi terbesar, G20, di Rio de Janeiro, Senin (18/11), di mana iklim, pengurangan kemiskinan dan berbagai isu global lainnya dibahas. Berikut laporan kepala biro VOA di Gedung Putih Patsy Widakuswara yang mengikuti perjalanan presiden Biden.

VOA - Deforestasi, erosi pantai dan kerusakan akibat kebakaran terhadap kawasan hutan hujan terbesar di dunia merupakan beberapa pemandangan yang disaksikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden hari Minggu lalu.

Ia adalah presiden Amerika pertama yang sedang menjabat yang mengunjungi Amazon.

Di Manaus, ibu kota negara bagian Amazonas, Biden mengumumkan bahwa di bawah pemerintahannya, Amerika Serikat melampaui target menyediakan $11 miliar per tahun dalam pendanaan iklim internasional pada tahun 2024. Itu adalah komponen penting dalam perang melawan perubahan iklim yang dilobi oleh negara-negara Global South, istilah yang mengacu pada negara dengan ekonomi dan pembangunan industri yang belum berkembang baik.

Biden mengatakan, “Perjuangan untuk melindungi planet kita secara harfiah merupakan perjuangan bagi umat manusia, bagi generasi-generasi mendatang. Ini mungkin merupakan satu-satunya ancaman eksistensial bagi seluruh negara kita dan seluruh umat manusia.”

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengunjungi Museu da Amazonia bersama putrinya, Ashley Biden (kanan) dan cucunya Natalie Biden (kedua dari kanan), saat mereka mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB/AFP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengunjungi Museu da Amazonia bersama putrinya, Ashley Biden (kanan) dan cucunya Natalie Biden (kedua dari kanan), saat mereka mengunjungi Hutan Hujan Amazon di Manaus, Brazil, 17 November 2024. (SAUL LOEB/AFP)

Biden bertemu dengan para pemimpin masyarakat adat dan mengumumkan investasi Amerika Serikat di beberapa prakarsa iklim, termasuk $50 juta untuk Dana Amazon.

Dari Manaus, Biden bertolak menuju KTT 20 ekonomi terbesar, G20, di Rio de Janeiro, di mana sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada VOA bahwa mereka khawatir upaya perubahan iklim Amerika Serikat akan dikurangi secara drastis di bawah pemerintahan Donald Trump.

Pada masa jabatannya yang pertama, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Iklim Paris, forum multilateral utama dunia untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Biden mengatakan ia memberi Trump dan negara peninggalan berupa “fondasi yang kuat untuk dibangun, jika mereka memilih untuk melakukannya.”

Biden menyampaikan warisan iklimnya dalam istilah ekonomi – perlombaan antara negara-negara dalam “memanfaatkan revolusi energi bersih.”

“Benar, sebagian orang mungkin ingin menolak atau menunda revolusi energi bersih yang sedang berlangsung di Amerika, tetapi tak seorang pun – tak seorang pun yang dapat membalikkannya,” jelasnya.

Trump kabarnya berencana akan mengurangi keringanan pajak yang berlaku sekarang ini untuk pembelian kendaraan listrik, yang merupakan bagian dari legislasi penting yang diajukan Biden terkait energi bersih dan perubahan iklim.

Marine One, yang membawa Presiden Amerika Serikat Joe Biden, terbang di atas Sungai Amazon selama tur udara selama kunjungannya ke Manaus, Brazil, 17 November 2024, sebelum menuju Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT G20. (SAUL LOEB / AFP)
Marine One, yang membawa Presiden Amerika Serikat Joe Biden, terbang di atas Sungai Amazon selama tur udara selama kunjungannya ke Manaus, Brazil, 17 November 2024, sebelum menuju Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT G20. (SAUL LOEB / AFP)

Trump telah berulang kali menyebut perubahan iklim sebagai “cerita bohong.” Namun, Celso Amorim, penasihat utama presiden Brazil, mengatakan ia tidak akan menghakimi pemerintahan Trump.

“Saya menilai tindakan. Jadi, kita akan lihat nantinya bagaimana tindakan itu berkembang, dan kemudian kami akan berbicara. Untuk sekarang ini, Biden telah menjadi mitra yang baik bagi Brazil, bagi Presiden [Luis Inacio] Lula [da Silva],” sebutnya.

Saat KTT G20 dimulai di Rio pada hari Senin, Biden dijadwalkan untuk berfokus pada hak-hak pekerja dan pertumbuhan ekonomi bersih, dan menghadiri peluncuran Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan.

Ini juga merupakan prakarsa yang oleh banyak diplomat di sana dikhawatirkan tidak akan mendapat dukungan Amerika Serikat di bawah Trump, yang memangkas dana bantuan asing saat ia menjabat. [uh/ab]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG