Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Susi Pudjiastuti Kamis (11/5) malam dianugerahi Peter Benchley Ocean Awards atas visi dan kebijakan pembangunan ekonomi dan konservasi laut di Indonesia. Eva Mazrieva menemuinya langsung di sela-sela diskusi yang dilangsungkan menjelang pemberian anugerah bergengsi itu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia selama ini diketahui kerap mengeluarkan kebijakan tegas yang tak jarang oleh sebagian kalangan dinilai kontroversial. Antara lain kebijakan penenggelaman kapal asing yang menangkap ikan di wilayah Indonesia, kebijakan yang melarang penangkapan lobster/kepiting dan rajungan, kebijakan yang melarang penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik, dan beberapa kebijakan lain. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setelah berjalan selama tiga tahun terakhir ini, kebijakan-kebijakan itu mulai membuahkan hasil.
Cadangan ikan yang kini bisa ditangkap misalnya, meningkat pesat dari 6,5 juta ton pada tahun 2014 kini menjadi 9,9 juta ton; ini belum termasuk jenis-jenis ikan yang selama 10-15 tahun terakhir menghilang, yang kini sudah mulai banyak lagi.
Susi Pudjiastuti Pegang Peran Kunci Kebijakan Maritim Indonesia
Semua hal ini tidak terlepas dari peran kunci yang dimainkan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Susi Pudjiastuti, yang Kamis malam (11/5) dianugerahi Peter Benchley Ocean Awards di Smithsonian, Washington DC. Ditemui di sela-sela diskusi yang dilangsungkan menjelang penyerahan anugerah itu, Susi Pudjiastuti mengatakan pada VOA bahwa anugerah ini semakin meyakinkan bahwa yang dilakukan Indonesia selama ini sudah benar.
“Yaaaa...meyakinkan saya bahwa apa yang kita lakukan sudah benar.Apalagi secara parameter ekonomi khan juga sangat luar biasa. Jadi kita melihat bahwa perang melawan illegal fishing ini adalah perang yang menguntungkan. Tidak ada perang yang menguntungkan selain perang melawan illegal fishing,” kata Susi.
Peter Benchley Ocean Awards, Penghargaan Maritim Tertinggi Dunia
Peter Benchley Ocean Awards adalah penghargaan maritim tertinggi di dunia yang bersifat unik, karena tidak saja mengakui prestasi yang dicapai pembuat kebijakan publik tetapi juga warga masyarakat dalam menyelamatkan laut. Tak heran jika penerima hadiah ini sebelumnya cukup bervariasi mulai dari presiden dan menteri, hingga aktivis, penjelajah, penyelam, jurnalis foto hingga sutradara film dan media.
“Tentu saja sensasi tentang saya yang ada di media adalah oh dia menenggelamkan lagi kapal-kapal nelayan asing, atau oh dia mengeluarkan kebijakan baru. Tetapi kebijakan itu dibuat bukan tanpa pemikiran mendalam dan target. Buktinya hasil yang dicapai memang luar biasa. Tahukah Anda bahwa di balik biaya menenggelamkan sekitar 360 kapal asing yang mencapai enam juta dolar itu, kami bisa meningkatkan tangkapan ikan dan pendapatan nelayan-nelayan kami? Bahkan ikan-ikan yang selama ini menghilang, sekarang ada lagi. Juga dampak kebijakan-kebijakan lain,” tambah Susi.
Susi: “Kadang-Kadang Tekanan Politik Mengharuskan Untuk Berkompromi, Tapi Saya Harap Ini Tidak Akan Pernah Terjadi”
Demikian ujar Susi Pudjiastuti dalam diskusi bersama tiga penerima penghargaan Peter Benchley Ocean Awards lainnya. Tetapi lebih jauh dengan terbuka ia mengakui bahwa ia beruntung memiliki seorang presiden yang mendukung langkah yang diambilnya. Meski tak jarang tekanan politik yang muncul sangat besar.
“Seperti yang saya sampaikan tadi, kadang mungkin harus ada compromising tapi itu yang tidak boleh dilakukan. Hanya kadang2 tekanan politik mengharuskan orang untuk berkompromi. Tapi saya berharap ini tidak akan pernah terjadi. Pak Jokowi sangat mengerti bahwa policy ini sangat baik,” imbuhnya.
Penerima Awards Lain Puji Kinerja Susi Pudjiastuti
Dr. Ussif Rashid Sumaila dari Universitas British Columbia menyebut Susi Pudjiastuti sebagai salah seorang tokoh berpengaruh di dunia dalam bidang maritim, yang berani mengangkat dan menyelesaikan isu-isu utama kelautan.
“Saya kira ia adalah salah seorang pemimpin terbaik dalam bidang kelautan dan perikanan di dunia, dalam hal mencapai hasil. Ia benar-benar langsung menyelesaikan isu-isu utama seperti penangkapan ikan secara illegal. Tetapi tidak itu saja, ia juga punya perspektif berskala dunia. Ini baik karena jika kita bicara kelautan, sebenarnya hanya ada satu laut. Laut kita! Laut ini saling berhubungan. Jadi jika Indonesia menyelesaikan masalah di wilayahnya, sebenarnya itu tidak saja membantu Indonesia, tetapi juga dunia. Susi memiliki perspektif regional dan global,” kata Ussif.
Hal senada disampaikan pembuat film terkenal Greg MacGillivray, yang bersama Susi Pudjiastuti juga akan menerima Peter Benchley Ocean Awards.
“Ini penghargaan yang luar biasa bagi kami, dan pastinya juga bagi Susi yang menghadapi begitu banyak tantangan. Yang pasti ini akan menjadi pendorong bagi saya sebagai penyelam dan pembuat film, dimana jiwa raga saya untuk kelautan. Meraih penghargaan ini seakan menjadi semacam pengakuan atas apa yang selama ini kami upayakan lewat “One World One Ocean” dan sekaligus pengakuan atas karya seni yang kami hasilkan dan sangat cintai,” ujar Greg.
Sepuluh Tokoh/Organisasi Terima Peter Benchley Ocean Awards
Susi Pudjiastuti meraih Peter Benchley Ocean Awards kategori kepemimpinan, Dr. Ben Halpern dan Dr. Ussif Rashid Sumaila untuk kategori sains, Joshua S. Reichert dan Pew Charitable Trusts’ Ocean Group untuk kategori kinerja kelautan berkelanjutan, Senator Richard Blumenthal dan Senator Brian Schatz untuk kategori kebijakan publik, One World One Ocean untuk kategori media, Rhode Island Ocean Special Area Management Planning Team dan Mid-Atlantic & Northeast Regional Planning Bodies untuk kategori solusi, Carter dan Olivia Ries untuk kategori remaja, dan Robin Alden untuk kategori pahlawan kelautan. [em/jm]
Your browser doesn’t support HTML5