Pemimpin oposisi Burma Aung San Suu Kyi mengatakan ada “keinginan besar” di negaranya agar sanksi-sanksi Amerika dicabut.
Dalam pidato hari Selasa di Washington, Aung San Suu Kyi mengatakan hubungan Amerika dengan Burma seharusnya didasarkan pada akuntabilitas.
Presiden Amerika Barack Obama tengah mempertimbangkan memperlonggar sebagian sanksi keras yang diberlakukan terhadap Burma karena catatan HAM pemerintah yang terdahulu.
Aung San Suu Kyi tiba di Amerika hari Senin untuk kunjungan selama 17 hari yang menandai kunjungan pertamanya ke Amerika sejak ia dibebaskan dari tahanan rumah tahun 2010. Selama pidatonya hari Selasa ia juga mengatakan negaranya sangat membutuhkan bantuan kesehatan dan pendidikan.
Sebelumnya ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton yang mengatakan ada kegembiraan dan antusiasme yang besar terhadap lawatan pemenang hadiah Nobel Perdamaian itu.
Lawatannya juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Burma Thein Sein, minggu depan yang akan berpidato pada Sidang Majelis PBB.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Voice of America (VOA), pemimpin demokrasi Burma Aung San Suu Kyi juga mengatakan jejak masa depan negaranya yang demokratis tidak akan bisa dibalikkan sampai angkatan bersenjata menyampaikan dukungan penuh bagi proses itu.
Pemenang penghargaan Nobel berusia 66 tahun itu menyampaikan komentarnya dalam wawancara dengan VOA hari Selasa di Washington. Ia mengatakan paling prihatin dengan tambahan dalam konstitusi Burma yang dirancang tahun 2008 oleh mantan junta militer Burma yang memungkinkan angkatan bersenjata mengambil alih pemerintah jika dipandang perlu.
Tapi ia juga memuji Presiden Thein Sein, seorang mantan Jenderal karena melancarkan reformasi demokrasi setelah menjabat sebagai presiden tahun lalu. Sejak itu pemerintah telah membebaskan ratusan tahanan politik.
Hari Senin Burma mengumumkan akan membebaskan lagi 500 lebih tahanan yang dipenjarakan selama lima dekade oleh penguasa militer. Sejumlah pemerintah Barat menanggapi langkah itu dengan mencabut sanksi ekonomi keras untuk membawa perubahan ke arah yang demokratis.
Presiden Amerika Barack Obama tengah mempertimbangkan memperlonggar sebagian sanksi keras yang diberlakukan terhadap Burma karena catatan HAM pemerintah yang terdahulu.
Aung San Suu Kyi tiba di Amerika hari Senin untuk kunjungan selama 17 hari yang menandai kunjungan pertamanya ke Amerika sejak ia dibebaskan dari tahanan rumah tahun 2010. Selama pidatonya hari Selasa ia juga mengatakan negaranya sangat membutuhkan bantuan kesehatan dan pendidikan.
Sebelumnya ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton yang mengatakan ada kegembiraan dan antusiasme yang besar terhadap lawatan pemenang hadiah Nobel Perdamaian itu.
Lawatannya juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Burma Thein Sein, minggu depan yang akan berpidato pada Sidang Majelis PBB.
Pemenang penghargaan Nobel berusia 66 tahun itu menyampaikan komentarnya dalam wawancara dengan VOA hari Selasa di Washington. Ia mengatakan paling prihatin dengan tambahan dalam konstitusi Burma yang dirancang tahun 2008 oleh mantan junta militer Burma yang memungkinkan angkatan bersenjata mengambil alih pemerintah jika dipandang perlu.
Tapi ia juga memuji Presiden Thein Sein, seorang mantan Jenderal karena melancarkan reformasi demokrasi setelah menjabat sebagai presiden tahun lalu. Sejak itu pemerintah telah membebaskan ratusan tahanan politik.
Hari Senin Burma mengumumkan akan membebaskan lagi 500 lebih tahanan yang dipenjarakan selama lima dekade oleh penguasa militer. Sejumlah pemerintah Barat menanggapi langkah itu dengan mencabut sanksi ekonomi keras untuk membawa perubahan ke arah yang demokratis.