Suu Kyi: Reformasi di Myanmar Mandek

Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi dalam sebuah konferensi pers di kantor pusat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) (5/11). (AP/Khin Maung Win)

Suu Kyi mengatakan pertemuannya dengan Presiden Thein Sein dan para jenderal senior minggu lalu hanyalah awal dari proses untuk maju.

Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan proses reformasi di negaranya telah mandek berbulan-bulan dan mengingatkan Amerika dan pihak-pihak lain agar tidak terlalu optimistis.

Dalam jumpa pers di Yangon Rabu (5/11), Suu Kyi mengatakan pertemuannya dengan Presiden Thein Sein dan para jenderal senior minggu lalu hanyalah awal dari proses untuk maju.

Pernyataan peraih hadiah Nobel Perdamaian itu diungkapkan seminggu sebelum KTT ASEAN di Myanmar, yang akan dihadiri banyak pemimpin dunia termasuk Presiden Amerika Barack Obama.

Sejak transisi menjadi pemerintah sipil pada 2011, rezim Thein Sein telah cukup sukses membuat kemajuan demokratis. Diantaranya adalah pembebasan ratusan tahanan politik hingga mengizinkan Suu Kyi dan partai oposisinya masuk parlemen lewat pemilu terbuka.

Namun reformasi Myanmar masih terjegal karena 25 persen kursi parlemen secara otomatis masih diberikan kepada militer, yang juga bisa membubarkan pemerintah kapanpun juga.

Suu Kyi sendiri tidak bisa mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 2015 karena konstitusi hasil rancangan militer melarang calon yang memiliki pasangan atau anak warga negara asing. Suu Kyi mempunyai dua putra dengan kewarganegaraan Inggris.