Pihak berwenang Afghanistan mengatakan telah menangkap kembali 600 anggota Taliban yang dibebaskan dari penjara sebagai bagian dari perjanjian membangun perdamaian antara Amerika dan kelompok pemberontak itu.
Penasihat keamanan nasional Afghanistan Hamdullah Mobin menyampaikan pengumuman itu hari Minggu (24/1), dan menuduh orang-orang yang dibebaskan itu telah kembali ke medan tempur untuk merencanakan serangan mematikan terhadap pasukan pemerintah dan warga sipil Afghanistan.
Berdasarkan perjanjian antara Amerika dan Taliban pada Februari 2020 lalu, pemerintah Afghanistan membebaskan lebih dari 5.000 pemberontak sebagai imbalan pembebasan 1.000 personil keamanan yang ditahan Taliban. Saling tukar tahanan itu membuka perundingan damai antara Taliban dan perwakilan pemerintah Afghanistan pimpinan Presiden Ashraf Ghani.
BACA JUGA: Pertempuran Baru Tewaskan Puluhan Korban di AfghanistanMohib mengatakan kepada wartawan di Kabul bahwa pembebasan tahanan itu tidak berkontribusi pada upaya perdamaian, dan menggarisbawahi kembali bahwa pemerintahnya tidak akan membebaskan lebih banyak lagi pemberontak Taliban.
“Kami telah menangkap kembali 600 individu yang sebelumnya dibebaskan karena mereka telah bertarung bersama Taliban meskipun berjanji bahwa mereka tidak akan kembali ke medan tempur,” tegas Mohib. Ditambahkannya bahwa informasi intelijen menunjukkan sejumlah tahanan Taliban yang telah dibebaskan itu juga ikut membuat bom mobil dan mengarahkan serangan berdarah terhadap pasukan keamanan dan warga Afghanistan.
Ia menuding Taliban gagal mewujudkan komitmennya untuk mengurangi aksi kekerasan dan berupaya mencapai gencatan senjata di seluruh negara itu. Sebaliknya, ujar Mohib, kelompok pemberontak itu meningkatkan aksi kekerasan dan menargetkan pembunuhan sejumlah pejabat, aktivis dan wartawan Afghanistan. “Kita melihat tidak satu pun syarat yang disepakati Taliban dalam perjanjian antara Amerika-Taliban itu yang dipenuhi. Kami ingin syarat-syarat ini diwujudkan,” ujarnya.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menolak tudingan bahwa para pemberontak yang dibebaskan telah kembali ke medan tempur atau bahwa 600 orang diantaranya telah kembali ditangkap. Namun Mujahid mengatakan pada VOA, Kabul diduga telah “membunuh atau menangkap kembali sekitar 40 orang yang sebelumnya dibebaskan” dalam penggeledahan rumah mereka atau di rumah-rumah sakit di mana mereka menjalani perawatan kesehatan setelah dibebaskan dari penjara.
Taliban juga telah berulangkali menuduh pasukan Afghanistan menyerbu rumah-rumah pemberontak yang telah dibebaskan, membunuh atau menangkap kembali mereka untuk merusak proses perdamaian yang digagas Amerika.
Perjanjian itu mensyaratkan semua sisa personil pasukan Amerika dan NATO untuk melakukan penarikan mundur dari Afghanistan selambat-lambatnya pada Mei 2021 “berdasarkan kondisi.”
Mantan Presiden Donald Trump membela perjanjian itu dengan mengatakan hal itu akan membantu mengakhiri apa yang kerap disebutnya sebagai “perang yang tidak berkesudahan.” [em/jm]