Kematian jenius musik Prince hari Kamis (21/4) menambah daftar tragis tahun 2016 yang sudah mencakup David Bowie, Glenn Frey, Maurice White, Merle Haggard, Lemmy Kilmister dari Motorhead dan Natalie Cole.
Meski sebab kematian Prince masih belum jelas, yang lain agak mudah ditebak karena merupakan ekses dari rock 'n' roll: kanker, diabetes, penyakit pencernaan, pneumonia, parkinson.
Merle Haggard meninggal dalam usia 79, sementara White dari Earth, Wind and Fire menderita penurunan kondisi kesehatan sebelum tutup usia pada umur 74 tahun. Yang lainnya terlalu muda -- 69 untuk Bowie, 67 untuk Frey, 45 untuk Malik Taylor, pendiri A Tribe Called Quest yang dikenal sebagai Phife Dawg.
Dan 57 untuk Prince, tanpa ada tanda-tanda melambat sebelumnya.
Semua kematian ini rasanya seperti mendapat tinju di perut. Karir mereka cukup panjang untuk menciptakan warisan yang memuaskan, namun tidak cukup panjang untuk terus menambah prestasi. Kita belum selesai dengan mereka, begitu juga mereka.
Album terakhir Bowie dirilis bersamaan dengan kematiannya. Ia membawa musiknya ke Broadway. Masa pensiun tidak menarik baginya, namun ia juga tidak ingin terus menerus menelurkan lagu yang ia buat ketika masih muda dan gegabah.
The Eagles, band yang pernah ditinggalkan Frey, kembali bersama dan menjadi kekuatan kreatif lagi sebelum ia meninggal.
Haggard masih bekerja sampai tahun-tahun terakhirnya dan membawa musiknya kepada generasi muda di festival Bonnaroo di Tennessee.
Dan tidak ada yang bisa menghentikan Prince. Ia masih tidak kenal lelah dalam melakukan konser. Ia merilis empat album dalam 18 bulan terakhir, dan batu mengumumkan bahwa ia sedang menulis otobiografi. Ia sedang melakukan tur "Piano and a Microphone" di mana ia sering melantunkan lagu "Heroes" untuk menghormati Bowie.
Kematian para pahlawan musik ini menyentuh karena karya mereka ditujukan untuk hati. Mereka bukan selebriti. Mereka sahabat yang membuat kita nyaman ketika kita patah hati, yang memberikan keberanian, yang paham apa yang kita pikirkan. [hd]