2023, Tahun Gejolak AS-China

  • Elizabeth Lee

Presiden AS Joe Biden (kanan) dan Presiden China Xi Jinping (kiri) bersalaman saat bertemu di pertemuan G20 di Bali, 14 November 2022. (Foto: Alex Brandon/AP Photo)

Meskipun ketegangan geopolitik antara Beijing dan Washington tahun ini cukup tinggi, para pelajar dan migran China masih terus berdatangan ke Amerika, dan bahkan lebih banyak lagi yang melintasi perbatasan dibandingkan sebelumnya.

Dari bahan makanan hingga restoran, para imigran dari China dapat menemukan lebih banyak kenyamanan sebagaimana di tanah air mereka, di Amerika Serikat (AS). Tahun ini AS merayakan 80 tahun pencabutan Undang-Undang (UU )Pengecualian China, suatu aturan hukum yang melarang buruh China bermigrasi ke AS.

“Kita menghormati mereka yang berjuang keras mencabut undang-undang itu," kata Perwakilan Dagang AS, Katherine Tai.

Universitas-universitas di AS kini menjadi tujuan utama para pelajar China, dan gelombang migrasi baru terjadi di perbatasan selatan AS. Para migran China terbang ke Ekuador, kemudian berjalan kaki, naik perahu dan bus melintasi Amerika Selatan dan Tengah menuju perbatasan Amerika Serikat-Meksiko.

BACA JUGA: Lonjakan Drastis Migrasi Warga China di Perbatasan AS-Meksiko

Xun Zhang selamat dari perjalanan berbahaya bersama keluarganya itu dan awal tahun ini ia berbicara dengan VOA. Dia menggunakan nama samaran karena takut akan pembalasan dari pemerintah China.

“Semua warga China tahu bahwa pemerintah terlalu berkuasa dan terlalu mengontrol," kata Hun.

Ada kenaikan tajam jumlah orang yang melintasi perbatasan itu, dari lebih 2.000 orang pada tahun fiskal 2022, menjadi lebih dari 24.000 orang pada tahun fiskal 2023 ini.

“Orang-orang di China sangat frustrasi. Mereka kurang mendapat kesempatan. Mereka melihat perekonomian China yang stagnan. Ada pula rasa frustrasi yang sangat besar atas kontrol pemerintah China, dan begitu banyaknya pembatasan dalam hidup mereka," kata Madeline Hsu,pakar imigrasi dan kajian Asia-Amerika di Universitas Maryland.

Seorang perempuan migran dari China menyimpan barang-barangnya di kantong pastik untuk diserahkan ke petugas Patroli Perbatasan AS setelah mereka menyeberangi Sungai Rio Grande dari Meksiko, di Fronton, Texas, 3 April 2023. (Foto: Staff/Reuters)

Banyak migran China tiba di AS, negara di mana warga Asia menjadi kelompok etnis atau ras yang paling cepat berkembang, untuk mendapatkan suaka politik. Ada lebih dari lima juta warga asal China yang tinggal di AS. Ironisnya sebagian di antara mereka melaporkan terjadinya tindakan bermotif kebencian terhadap mereka.

"Jenis kebencian yang paling banyak terjadi adalah pelecehan, yaitu sekitar 88 persen dari semua yang dilaporkan kepada kami. Yang paling sering adalah pelecehan verbal," kata Manjusha Kulkarni adalah salah satu pendiri organisasi “Stop Asian American Pacific Islander (AAPI Hate).”

BACA JUGA: Migran China Berbaur dengan Migran Amerika Latin ke AS

Ada pembatasan baru yang kontroversial di Florida tahun ini, yang melarang warga dari China dan negara-negara musuh AS lainnya untuk membeli properti dan melarang universitas-universitas di dalam negara bagian itu untuk menerima uang atau kemitraan dengan China dan negara-negara lain yang telah diberi label sebagai "negara asing yang memicu keprihatinan.”

Dengan ketegangan AS-China yang menjadi isu di dalam negeri, dalam sebagian kasus, imigran China tidak lagi dipandang sebagai jembatan antara kedua negara. Kembali Madeline Hsu.

"Imigran Tionghoa Amerika menghadapi banyak tekanan, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga ada banyak tekanan di China karena dianggap tidak cukup patriotik atau nasionalis terhadap China, sehingga mereka semakin berada dalam posisi yang sulit," papar Madeline.

Namun tidak semua orang Tionghoa mengalami masa-masa sulit.

Your browser doesn’t support HTML5

2023, Tahun Gejolak AS-China

Mahasiswa internasional dari China, Shawn Zhan, mengatakan orang Amerika menyambutnya dengan baik.

"Semua teman saya di kampus benar-benar merupakan lingkungan yang inklusif. Banyak mahasiswa yang berasal dari Asia," kata Shawn.

Mahasiswa seperti Zhan dan para imigran lainnya, mengatakan mereka ingin mencari pekerjaan dan tinggal di AS dengan harapan memiliki masa depan yang lebih baik. [em/ab]