Lin Hung-chih, wakil sekretaris jenderal Komisi Kebijakan Pusat Partai Nasionalis yang berkuasa, mengatakan bahwa program nuklir Taiwan aman.
Menjelang peringatan tiga tahun bencana nuklir Fukushima, Jepang hari Selasa besok (11/3) demonstrasi besar-besaran kembali berlangsung di Taiwan, menuntut pengakhiran produksi energi melalui teknologi nuklir.
Sekitar 130 ribu demonstran turun ke jalan-jalan di berbagai penjuru Taiwan, akhir pekan lalu. Mereka menuntut penutupan tiga instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Taiwan yang sudah tua. Namun seruan mereka untuk mengutamakan keamanan publik menjelang peringatan tiga tahun bencana nuklir Fukushima di Jepang disambut dengan tanggapan pemerintah yang mengisyaratkan bahwa tenaga nuklir akan tetap dipertahankan.
Lin Hung-chih, wakil sekretaris jenderal Komisi Kebijakan Pusat Partai Nasionalis yang berkuasa, mengatakan, program nuklir Taiwan aman. Ia mengatakan, bila dibandingkan secara internasional, PLTN kesatu, kedua dan ketiga Taiwan berada di antara posisi teratas. Meski sudah beroperasi sangat lama, PLTN-PLTN itu tidak bermasalah. Bahkan demi keamanan PLTN ke-4 yang masih dalam tahap pembangunan, pengawasan akan lebih diperketat.
Jurubicara kabinet Taiwan Sun Lih-chyun mengatakan, Taiwan memiliki industri yang besar dan energi nuklir dibutuhkan saat ini untuk mendukungnya. Ia mengatakan, PLTN ke-4 yang saat ini belum selesai dibangun dapat segera dioperasikan setelah keamanannya dipastikan. Pembangunan PLTN itu dimulai pada 1999 dan telah menelan dana 9,3 miliar dolar. Namun, pembangunannya kemudian terhenti sebagian karena dipicu tentangan rakyat.
Demonstrasi-demonstrasi anti-nuklir besar-besaran di Taiwan telah dimulai sejak terjadinya bencana nuklir di Jepang yang diakibatkan gempa bumi pada 11 Maret 2011. Para pejabat ketika itu bereaksi dengan mengatakan mereka berharap kelak akan menghentikan usaha memproduksi energi nuklir dan rakyat akan memutuskan apakah meneruskan pembangunan PLTN ke-4.
Meski demikian, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda pemerintah menurunkan produksi energi nuklir, dan harapan akan terselenggaranya referandum mengenai tenaga nuklir meredup karena rintangan hukum. PLTN-PLTN Taiwan telah beroperasi sejak 1970-an dan menyumbang sekitar 12 persen produksi energi negara pulau itu.
Sekitar 130 ribu demonstran turun ke jalan-jalan di berbagai penjuru Taiwan, akhir pekan lalu. Mereka menuntut penutupan tiga instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Taiwan yang sudah tua. Namun seruan mereka untuk mengutamakan keamanan publik menjelang peringatan tiga tahun bencana nuklir Fukushima di Jepang disambut dengan tanggapan pemerintah yang mengisyaratkan bahwa tenaga nuklir akan tetap dipertahankan.
Lin Hung-chih, wakil sekretaris jenderal Komisi Kebijakan Pusat Partai Nasionalis yang berkuasa, mengatakan, program nuklir Taiwan aman. Ia mengatakan, bila dibandingkan secara internasional, PLTN kesatu, kedua dan ketiga Taiwan berada di antara posisi teratas. Meski sudah beroperasi sangat lama, PLTN-PLTN itu tidak bermasalah. Bahkan demi keamanan PLTN ke-4 yang masih dalam tahap pembangunan, pengawasan akan lebih diperketat.
Jurubicara kabinet Taiwan Sun Lih-chyun mengatakan, Taiwan memiliki industri yang besar dan energi nuklir dibutuhkan saat ini untuk mendukungnya. Ia mengatakan, PLTN ke-4 yang saat ini belum selesai dibangun dapat segera dioperasikan setelah keamanannya dipastikan. Pembangunan PLTN itu dimulai pada 1999 dan telah menelan dana 9,3 miliar dolar. Namun, pembangunannya kemudian terhenti sebagian karena dipicu tentangan rakyat.
Demonstrasi-demonstrasi anti-nuklir besar-besaran di Taiwan telah dimulai sejak terjadinya bencana nuklir di Jepang yang diakibatkan gempa bumi pada 11 Maret 2011. Para pejabat ketika itu bereaksi dengan mengatakan mereka berharap kelak akan menghentikan usaha memproduksi energi nuklir dan rakyat akan memutuskan apakah meneruskan pembangunan PLTN ke-4.
Meski demikian, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda pemerintah menurunkan produksi energi nuklir, dan harapan akan terselenggaranya referandum mengenai tenaga nuklir meredup karena rintangan hukum. PLTN-PLTN Taiwan telah beroperasi sejak 1970-an dan menyumbang sekitar 12 persen produksi energi negara pulau itu.