Taiwan: China Gelar Patroli 'Tempur' Usai Penjualan Senjata Amerika Serikat

Jet tempur militer J-11 milik China terbang di atas Selat Taiwan dekat Pingtan, daratan terdekat di daratan China dengan pulau Taiwan, di Provinsi Fujian, China tenggara pada 5 Agustus 2022. (AP)

Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa pada Minggu, sebanyak 19 pesawat China, termasuk jet tempur dan drone, terdeteksi di sekitar pulau tersebut.

China mengerahkan jet tempur dan drone dalam "patroli kesiapan tempur gabungan" di sekitar Taiwan pada Minggu (27/10), menurut Taipei. Pengerahan itu dilakukan beberapa jam setelah Beijing mengutuk penjualan senjata terbaru Washington ke Taipei.

Pada Jumat (25/10), Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan persetujuan paket penjualan senjata senilai $2 miliar untuk Taiwan, yang mencakup sistem rudal permukaan-ke-udara serta radar canggih. Kesepakatan ini masih memerlukan persetujuan dari Kongres.

Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa pada Minggu, sebanyak 19 pesawat China, termasuk jet tempur dan drone, terdeteksi di sekitar pulau tersebut. Kehadiran ini berlangsung hampir empat jam sebagai bagian dari "patroli kesiapan tempur gabungan" Beijing yang melibatkan kapal perang.

BACA JUGA: Amerika Serikat Setujui Penjualan Senjata $2 Miliar ke Taiwan

Ini adalah patroli ketiga yang dilaporkan Kementerian Pertahanan Taiwan pada bulan ini.

"Militer Taiwan memantau dengan cemat situasi bersama sistem intelijen, pengawasan, dan pengintaian gabungan, mengerahkan pesawat, kapal angkatan laut, dan sistem rudal berbasis pantai sebagai tanggapan yang tepat," kata kementerian tersebut.

Insiden tersebut terjadi sehari setelah Kementerian Luar Negeri Beijing menyatakan bahwa paket senjata terbaru dari Amerika Serikat "sangat melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, sangat merusak hubungan China-Amerika Serikat, serta membahayakan perdamaian dan stabilitas" di Selat Taiwan.

BACA JUGA: China Ancam Balas Penjualan Senjata Amerika Senilai $2 Miliar ke Taiwan

"China mengutuk keras dan menentang langkah tersebut, serta telah mengajukan protes resmi kepada Amerika Serikat," kata juru bicara kementerian dalam pernyataan Sabtu (26/10) malam.

Ditambahkannya bahwa Beijing akan "mengambil semua langkah yang diperlukan untuk dengan tegas mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial nasional".

Kementerian Pertahanan Taipei pada Sabtu menyampaikan "rasa terima kasih yang tulus" atas penjualan tersebut. Mereka menyatakan bahwa langkah ini akan "mendukung militer untuk terus memperkuat ketahanan pertahanannya dan bersama-sama menjaga perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan." [ah/gg]