Taiwan bersaing dengan China dalam diplomasi kesehatan dunia. Secara geografis, posisi Taiwan sangat rentan akibat kedekatan pada pusat wabah virus corona itu berasal. Pengalaman Taiwan menghadapi SARs tahun 2003 menjadikan pemerintah dan masyarakat Taiwan siap melawan pandemi COVID-19 secara global. China yang telah menyumbangkan pasokan medis ke sejumlah negara dilaporkan tidak akan membiarkan Taiwan menjadi bagian dalam Badan Kesehatan Dunia (WHO). Taiwan juga ikut serta menyumbang pada awal April 2020.
Kepada VOA beberapa waktu lalu, Paramitaningrum PhD, seorang pengamat urusan Taiwan dari Universitas Bina Nusantara memaparkan kesiapan Taiwan menghadapi pandemi COVID-19 didasarkan pada pengalaman negara yang pernah mengalami SARs tahun 2003.
“Taiwan punya sistem yang sangat baik, ketika menghadapi virus SARs yang serius dampaknya saat itu. Mereka belajar dari situ, dan itu yang membuat mereka bisa mempersiapkan diri,” kata Paramita.
Ketika menghadapi COVID-19, Taiwan mengetahui secara geografis sangat dekat dengan pusat virus itu berasal dan bertekad tidak mau menderita akibat hal tersebut, jelas dosen yang pernah tinggal dan belajar di Tamkang University, Taiwan.
Paramita mengemukakan pemerintah Taiwan mempergunakan segala kemampuan IT dan teknologi yang dimiliki untuk mendeteksi warga yang pernah bepergian dari China atau ke tempat-tempat yang kemudian diduga terkena virus. “Secara teratur pemerintah memonitor kesehatan sekaligus membuat database kesehatan warga,” jelas Paramita kepada VOA.
Ia juga mengemukakan sarana kesehatan yang paling sederhana di Taiwan, dalam hal ini asuransi kesehatan seperti BPJS di Indonesia memantau setiap warga sehingga dapat mengantisipasi ketika wabah virus corona baru.
BACA JUGA: China Bela WHO Setelah Trump Ancam akan Pangkas Pendanaan“Kalau warganya ada yang merasa gejala, isolasi dan lain sebagainya, langsung diminta untuk periksa. Untuk warga yang baru bepergian diminta untuk melaporkan historinya, perginya kemana kemudian ketemu siapa, dengan menggunakan teknologi QR code. Jadi pemerintah juga bisa tahu kondisi kesehatannya,” tambahnya.
Pengamat Hubungan Internasional itu lebih jauh mengemukakan pemerintah Taiwan secara kelembagaan membangun pusat epidemi dimana Wakil Presiden Taiwan adalah seorang profesor bidang epidemi yang sangat peduli dalam mempersiapkan segala sesuatunya agar negara dan seluruh warganya terhindar dari wabah yang mematikan seperti pandemi COVID-19 saat ini.
Sikap Masyarakat Taiwan Terhadap Aturan Pemerintah
Dari sejumlah percakapan dengan beberapa teman yang tinggal di Taiwan, Paramita menegaskan bahwa warga Taiwan menyadari kebijakan yang ditetapkan pemerintah itu benar.
“Mereka tahu wabah tersebut disebabkan virus yang bisa terbang kemana saja. Jadi, kalau dikatakan kita harus melakukan social distancing, ya itu mereka patuhi. Tinggal di rumah selama sekian hari, Pakai masker, bahkan kebiasaan pakai masker itu tanpa ada wabah pun mereka lakukan” Paramita menguraikan lebih lanjut.
Masyarakat Taiwan disiplin memakai masker termasuk saat musim pancaroba dimana banyak yang pilek atau batuk sehingga transportasi umum seperti MRT di Taipei berulang-ulang diumumkan, bagi yang merasa tidak enak badan atau tidak sehat untuk mengenakan masker pelindung wajah. Paramita menjelaskan warga Taiwan yang bekerja sebagai petugas terdepan, customer service, kasir, pelayan juga menggunakan masker dalam keadaan normal, walaupun tidak ada wabah virus seperti sekarang ini. Mereka menyadari kalau sakit atau tidak bisa kerja maka tidak bisa produktif bekerja, Paramita menambahkan.
Saat ditanya mengenai peran ibu dan kaum perempuan dalam wabah virus tersebut, pengamat urusan Taiwan itu menilai mereka peduli dan sangat prihatin terhadap bahaya COVID-19 karena peran ibu sangat sentral di negara pulau itu. Kaum ibu berperan penting untuk memastikan semua anggota keluarga sehat, papar Paramita lebih lanjut. “Semua informasi juga tersaji dan mudah diakses melalui internet. Di sana internet sudah menjadi kebutuhan vital.”
BACA JUGA: AS Dukung Taiwan Sebagai Pengamat di Majelis Kesehatan DuniaDiplomasi Kesehatan Taiwan
Sementara itu, pemerintah Taiwan mulai mengirim bantuan peralatan medis awal April 2020 ke negara-negara yang terdampak COVID-19, untuk menyaingi apa yang dilakukan pemerintah China.
Menteri Luar Negeri Taiwan, Rabu (1/4) menyampaikan negara pulau itu menyumbangkan 10 juta masker pelindung wajah untuk para petugas kesehatan di Eropa, Amerika Serikat, dan 15 negara yang berhubungan secara diplomatik dengan negara pulau tersebut. Menlu Taiwan itu menambahkan keinginan negaranya untuk berbagi keberhasilan yang diperoleh saat ini terkait pandemi virus itu.
Joanne Ou, juru bicara kementrian luar negeri Taiwan memaparkan, “Negara kami menyumbang 10 juta masker pelindung wajah untuk membantu para petugas kesehatan di sejumlah negara dengan wabah virus yang parah menunjukkan semangat kebersamaan sekaligus mendesak penguatan kerjasama internasional.” [mg/ii]