Tak Ada Anggota Oposisi dalam Kabinet Baru Zimbabwe

Presiden baru Zimbabwe Emmerson Mnangagwa tidak mengakomodasi kelompok oposisi dalam penyusunan kabinet barunya hari Kamis (30/11).

Presiden Zimbabwe yang baru dilantik, Emmerson Mnangagwa telah mengangkat pejabat-pejabat militer senior ke posisi penting di kabinetnya. Hal tersebut diumumkan Kamis (30/11) larut malam melalui televisi pemerintah.

Para anggota oposisi tidak diikutkan dalam kabinet beranggotakan 22 orang itu, sehingga memupuskan harapan bahwa Mnangagwa akan berupaya menciptakan iklim politik yang lebih inklusif daripada yang dilakukan pendahulunya, Robert Mugabe.

Mugabe yang berusia 93 tahun, yang memerintah negara di Afrika Selatan itu selama 37 tahun, mengundurkan diri karena ditekan pekan lalu, setelah ia disingkirkan oleh militer dan kehilangan dukungan para legislator dari partainya yang berkuasa, ZANU-PF.

Sibusio Moyo, jenderal yang tampil di televisi pemerintah untuk mengumumkan pengambilalihan pemerintah oleh militer dan tahanan rumah terhadap Mugabe, kini menjabat sebagai menteri luar negeri.

Panglima Angkatan Udara Perence Shiri kini menjabat sebagai menteri Pertanahan dan Pertanian. Ia dikaitkan dengan pembunuhan massal semasa pemerintahan teror Mugabe terhadap suku Ndebele di Matabeleland di Zimbabwe Barat, di mana 20 ribu warga sipil tewas.

Chris Mutsvangwa, pemimpin asosiasi veteran perang yang anggota-anggotanya mencakup mereka yang bersama Mugabe memperjuangkan kemerdekaan negara itu, menjabat menteri informasi.

Banyak anggota kabinet lainnya adalah para pejabat lama dari masa pemerintahan Mugabe.

Pemimpin oposisi utama Morgan Tsvangirai menyampaikan kepada Associated Press bahwa tidak ada dialog dengan pemerintahan yang baru. Ia mengatakan Mnangagwa memiliki “jendela yang sangat kecil” untuk menunjukkan bahwa ia berbeda dari pendahulunya dan apakah ia akan memenuhi harapan nasional mengenai perubahan.

Mugabe adalah kepala negara tertua di dunia. Ia mulai berkuasa, pertama-tama sebagai perdana menteri dan kemudian presiden, pada tahun 1980, sewaktu Zimbabwe meraih kemerdekaannya dari Inggris dan mengakhiri pemerintaha minoritas kulit putih.

Meskipun ia pada awalnya mendatangkan keuntungan bagi mayoritas warga kulit hitam dan kaum miskin, pemerintah otoriter Mugabe menghancurkan ekonomi Zimbabwe, menyurutkan investasi asing dan mengatasi setiap tantangan politik dengan kekerasan, intimidasi dan apa yang disebut oposisi sebagai pemilu yang dicurangi. [uh]