Taliban secara jelas menyatakan bahwa mengupayakan kesepakatan damai dengan pemerintah yang kini berkuasa Afghanistan akan sama dengan penyerahan diri kepada “musuh” dan bertentangan dengan kepercayaan Islam.
Pengumuman pemberontak itu dan laporan tentang rencana Amerika mengirim tentara tambahan ke negara yang dilanda perang itu untuk membantu pasukan Afghanistan melawan Taliban, memperkuat kekhawatiran mengenai eskalasi permusuhan dan pertumpahan darah tahun ini.
Penolakan pembicaraan dengan Kabul oleh Taliban itu juga merupakan pukulan telak terhadap harapan tentang kesepakatan damai dukungan Amerika, yang banyak dibanggakan, dengan mantan panglima perang terkenal kelompok pemberontak, Gulbuddin Hekmatyar, dan mendorong para pemimpin Taliban untuk juga meninggalkan kekerasan dan bergabung dengan upaya-upaya rekonsiliasi politik.
“Sikap Emirat Islam (Taliban) adalah bahwa meletakkan senjata kepada musuh dan membantu mereka mencapai rencana jahat tidak hanya bertentangan dengan aspirasi nasional jutaan syuhada, tapi juga Syariah,” kata Zabihullah Mujahid, juru bicara utama Taliban.
Dia juga menolak apa yang dikatakannya “propaganda tanpa dasar” yang dilaporkan oleh anggota kelompok Hekmatyar, Hezb-i-Islami Gulbuddin (HIG), bahwa para pejabat Taliban di negara tersebut dan mereka yang berbasis di Qatar, yakni kantor politik Taliban, telah menjalin kontak dengan mereka dan bersedia bergabung dalam proses perdamaian yang dipimpin oleh pemerintah. [lt]