Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Kamis (1/4), menuduh Rusia telah memperkuat pasukannya di perbatasan Ukraina, sementara AS memperingatkan Rusia agar tidak melakukan “intimidasi” terhadap Ukraina.
Kyiv telah terlibat dalam konflik dengan kelompok separatis yang didukung Rusia sejak 2014. Pekan ini, pejabat Ukraina melaporkan gerakan pasukan Rusia di Semenanjung Krimea yang dianeksasi serta di perbatasan, dekat wilayah yang dikuasai oleh kelompok separatis yang didukung Rusia.
Pada Kamis sejumlah menteri dari pemerintahan Zelensky membahas situasi keamanan dengan sekutu Barat termasuk Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin.
“Menunjukkan kekuatan dalam bentuk latihan militer dan kemungkinan provokasi di sepanjang perbatasan merupakan cara-cara tradisional Rusia,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan.
Zelensky menuduh Rusia hendak menciptakan “sebuah atmosfer yang menakutkan”, sementara Ukraina berharap untuk melanjutkan gencatan senjata yang dicapai tahun lalu.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pihaknya “benar-benar prihatin dengan eskalasi baru-baru berupa tindakan agresif dan provokatif Rusia di bagian timur Ukraina.”
“Yang kami tentang adalah tindakan agresif yang bermaksud mengintimidasi, mengancam, mitra kami Ukraina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.
Beberapa pengamat mengatakan peningkatan kekuatan pasukan Rusia merupakan ujian bagi pemerintahan Presiden Joe Biden, yang menimbulkan kegaduhan di Rusia bulan lalu setelah menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagai seorang pembunuh.
Minggu ini, Rusia dan Ukraina saling tuduh sebagai penyebab peningkatan kekerasan antara pasukan pemerintah dan separatis yang didukung Kremlin di bagian timur Ukraina, yang telah memperlemah gencatan senjata.
Zelensky mengatakan 20 tentara Ukraina tewas dan 57 lainnya cedera sejak awal tahun ini. [jm/em]