Tangguhkan Kampanye Kepresidenan, Nikki Haley: “Saya Tak Menyesal”

  • Associated Press

Kandidat presiden dari Partai Republik, mantan Duta Besar PBB Nikki Haley berbicara dalam konferensi pers, 6 Maret 2024, di Charleston, South Carolina (dok: AP/Chris Carlson)

Mantan duta besar AS untuk PBB Nikki Haley menangguhkan kampanye kepresidenannya setelah kalah telak dalam pemilihan pendahuluan, Super Tuesday. Donald Trump kini menjadi kandidat utama untuk nominasi Partai Republik 2024.

Kandidat calon presiden dari Partai Republik Nikki Haley menepati janji untuk membuat keputusan pasca Super Tuesday. Pada Rabu (6/3), dia mengumumkan untuk menangguhkan kampanyenya.

Dalam pidato pengumuman penangguhan itu, Haley berterima kasih atas dukungan dari berbagai penjuru negara. Namun, kata Halley, kini tiba waktunya untuk menangguhkan kampanyenya.

“Saya tidak menyesal. Meskipun tidak lagi menjadi kandidat, saya tidak akan berhenti menggunakan suara saya untuk hal-hal yang saya yakini," ujar Nikki Haley dalam sebuah konferensi pers.

Haley, mantan gubernur South Carolina, adalah penantang pertama Trump dari Partai Republik. Ia satu-satunya perempuan dalam pencalonan tersebut.

Mantan duta besar AS untuk PBB Nikki Haley menangguhkan kampanye kepresidenannya (REUTERS: Brian Snyder)

Haley mengucapkan selamat kepada Trump, tetapi tidak mendukungnya. Dia mengakui hampir dipastikan Trump akan menjadi wakil Partai Republik dalam pemilu 5 November melawan Presiden Joe Biden, yang juga meraih kemenangan tanpa lawan dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat pada hari Selasa.

Haley mengatakan dia mendoakan yang terbaik bagi Trump, tetapi dia mengatakan bahwa hal itu tergantung pada Trump “untuk mendapatkan suara dari orang-orang di partai Republik dan di luar partai yang tidak mendukungnya.”

Dia sering memenangkan seperempat hingga lebih dari 40% suara dalam pemilihan pendahuluan partai melawan Trump. Namun, hanya memenangkan dua persaingan sejak pemungutan suara dimulai pada Januari di Washington pada akhir pekan lalu, dan di negara bagian kecil Vermont di timur laut pada Selasa.

Trump, di situs media sosialnya, mengatakan “Nikki Haley kalah telak tadi malam, dengan cara memecahkan rekor, terlepas dari kenyataan bahwa Partai Demokrat, karena alasan yang tidak jelas, diizinkan untuk memberikan suara di Vermont, dan berbagai pemilihan pendahuluan Partai Republik lainnya.”

BACA JUGA: Biden dan Trump Saling Kecam Setelah 'Super Tuesday'

Biden, yang ingin merebut sebagian suara yang diperoleh Haley dalam pemilu nasional November mendatang, dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Donald Trump dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menginginkan pendukung Nikki Haley. Saya ingin memperjelas: Ada tempat bagi mereka dalam kampanye saya.”

“Saya tahu ada banyak hal yang tidak kita sepakati. Namun dalam isu-isu mendasar dalam melestarikan demokrasi Amerika, dalam membela supremasi hukum, dalam memperlakukan satu sama lain dengan sopan dan bermartabat serta hormat, dalam menjaga NATO dan melawan musuh-musuh Amerika, saya berharap dan yakin kita dapat memperoleh titik temu. ”

Haley mengatakan dia tidak menyesal mencalonkan diri sebagai presiden dan akan terus berbicara mengenai isu-isu publik, dan bergegas mengatakan bahwa merupakan “keharusan moral” bagi Kongres untuk menyetujui lebih banyak bantuan bagi Israel, Ukraina dan Taiwan.

Namun bantuan yang terus berlanjut untuk perjuangan pemerintah Kyiv melawan invasi Rusia ke Ukraina selama dua tahun telah memecah belah anggota Kongres dari Partai Republik dan sebuah paket bantuan yang disukai oleh Biden, yang didukung semua anggota Kongres dari Partai Demokrat, dan sejumlah besar anggota Partai Republik macet.

Anggota Kongres dari Partai Demokrat dengan tegas mendukung terpilihnya kembali Biden dan sebagian besar anggota Partai Republik juga mempertimbangkan Trump.

Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell dari Ky., mendengarkan pertanyaan wartawan saat jumpa pers di Capitol Hill, 27 Februari 2024. (Foto: AP)

Salah seorang anggota senior Kongres, Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, yang sering berselisih dengan Trump selama masa kepresidenannya dari tahun 2017 hingga 2021, padaRabu mengatakan, “Sangat jelas bahwa mantan Presiden Trump telah mendapatkan dukungan yang diperlukan dari para pemilih Partai Republik untuk menjadi calon Presiden Amerika Serikat. Tidak mengejutkan bahwa sebagai calon, dia akan mendapat dukungan saya.”

Haley, 52 tahun, selama berbulan-bulan telah mengatakan kepada para pemilih bahwa sudah waktunya bagi AS untuk memilih pemimpin generasi baru. Dia berpendapat bahwa baik Trump pada usia 77 tahun maupun Biden, 81 tahun, tidak layak untuk memimpin negara ini dalam masa jabatan empat tahun yang baru mulai Januari mendatang.

Namun Trump, meskipun menghadapi empat dakwaan pidana yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencakup 91 dakwaan, tetap mendapat dukungan besar dari para pengikut Partai Republik. Dia dengan mudah mengalahkan Haley di 14 dari 15 negara bagian yang mengadakan pemilihan pencalonan presiden dari partai dalam pemungutan suara Super Tuesday.

BACA JUGA: Putin: Rusia Lebih Memilih Biden untuk Memenangkan Pilpres AS

Biden juga sama dominannya dalam persaingan Partai Demokrat, hanya kalah dalam kaukus partai di Samoa Amerika, wilayah AS. Setelah kemenangan Biden, pesaing lama dari Partai Demokrat yang menentangnya, Wakil Minnesota Dean Phillips, pada Rabu keluar dari pencalonan.

Baik Trump maupun Biden secara resmi belum memperoleh nominasi sebagai calon presiden dari Partai Republik dan Demokrat untuk pemilu November. Namun mereka berada pada jalur yang tepat untuk meraih nominasi tersebut dalam pemilihan pendahuluan partai di negara bagian lain dalam beberapa minggu ke depan. Keduanya kemudian akan secara resmi dicalonkan pada konvensi partai nasional musim panas ini.

Namun pemungutan suara pada Selasa secara tidak resmi menandai salah satu kampanye kepresidenan Amerika yang paling lama, delapan bulan menjelang Hari Pemilihan.

Pendukung Haley

Kantor berita Associated Press bertanya kepada para pendukung Haley mengenai siapa yang akan mereka pilih sebagai alternatif, terutama ketika AS tengah menghadapi kemungkinan ‘pertandingan ulang’ Pemilihan Presiden 2020, antara Trump dan Presiden Joe Biden.

Para pendukung menunggu kedatangan Nikki Haley di Forth Worth, Texas, 4 Maret 2024 (dok: AP/Tony Gutierrez)

Bonnie Schultz, seorang pendukung Nikki Haley yang terdaftar di Minnesota sebagai pemilih Partai Republik dan berencana memilih Haley pada pemungutan suara November nanti, mengatakan bahwa dia tidak dapat berkomitmen untuk mendukung Trump atau Biden.

“Saya tidak bisa melakukannya. Ini tidak sesuai dengan hati nurani saya,” kata Bonnie Schultz.

Melissa Prevo, pemilih Partai Republik di negara bagian Michigan yang memilih Haley dalam pemilihan pendahuluan, merasa ragu tentang siapa yang akan ia dukung dalam pemilihan umum.

“Saya tidak tahu (siapa yang akan saya pilih). Saya mungkin tidak akan tahu sampai saya masuk ke bilik suara. Saya tidak ingin memilih Trump. Ini membuat saya mual dan saya juga mungkin akan hanya akan menulis (sembarang nama). Atau membiarkan (surat suaranya) kosong," ungkapnya.

BACA JUGA: Biden, Trump Menuju Pertarungan Ulang setelah Kemenangan di ‘Super Tuesday’

Meski berkampanye sebagai tokoh konservatif, Haley cenderung tampil lebih baik di kalangan pemilih yang lebih moderat dan independen.

Brenda Littleton, pemilih independen dari South Carolina yang mendukung Haley pada pemilihan pendahuluan, mengatakan dia akan "kecewa" jika Haley tidak lagi ikut dalam pencalonan. Namun, ia yakin siapa yang akan ia dukung selanjutnya.

"Saya akan memilih Trump. Saya tidak ingin Biden berkuasa empat tahun lagi,” ujar Littleton.

Empat dari 10 pendukung Haley dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik di South Carolina adalah orang-orang yang menyebut diri moderat, dibandingkan 15% dari pendukung Trump, menurut Associated Press VoteCast atau AP VoteCast, jajak pendapat yang dilakukan oleh organisasi NORC di University of Chicago terhadap lebih dari 2.400 pemilih yang ambil bagian dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik di South Carolina.

Nikki Haley saat berkampanye dk Portland, Maine, 3 Maret 2024 (dok: REUTERS/Joel Page)

Pada lain sisi, 8 dari 10 pendukung Trump diidentifikasi sebagai konservatif, dibandingkan dengan sekitar separuh dari pendukung Haley.

Valerie Burnett, pendukung Nikki Haley dan pemilih independen lainnya dari South Carolina mengatakan dia "tidak dapat memaksakan dirinya untuk memilih Trump, karena berbagai alasan."

“Menurut saya, jika ini menyangkut Biden vs Trump, saya harus memilih Biden. Dia pilihan yang lebih baik dari dua pilihan yang buruk. Ini pilihan yang tidak mudah bagi saya. Kadang-kadang saya berpikir, mungkin saya tidak perlu repot-repot memilih," kata Burnett.

Menurut jajak pendapat AP VoteCast, dari tiga pemilu pertama Partai Republik, 2 dari 10 pemilih di Iowa, sepertiga pemilih di New Hampshire, dan seperempat pemilih di South Carolina akan sangat kecewa dengan kembali dicalonkannya Trump, sehingga mereka akan menolak memilihnya pada November mendatang.

Your browser doesn’t support HTML5

Tangguhkan Kampanye Kepresidenan, Nikki Haley: “Saya Tak Menyesal”

Namun, dengan terus berkampanye, Haley mendapat dukungan yang cukup dari masyarakat pinggiran kota dan para pemilih berpendidikan perguruan tinggi, untuk menyoroti kelemahan Trump di antara kelompok itu.

“Menurut saya, pemilih Haley akan memberikan suara mereka dalam ajang pemilu. Siapa yang memenangkan (suara dari) para pemilih tersebut akan sangat berarti," kata Robert Schwatz, pendukung Haley, dan pemilih Independen dari negara bagian Maryland.

Haley telah menegaskan bahwa dia tidak ingin menjadi wakil presiden Trump atau mencalonkan diri sebagai pihak ketiga yang diatur oleh organisasi politik No Labels. Dia akan meninggalkan pencalonan dengan citra nasional yang tinggi, yang dapat membantunya dalam pencalonan presiden pada masa depan.

Dalam beberapa hari terakhir, dia belum menyatakan siapa yang akan didukungnya dari Partai Republik. Ini merupakan persyaratan bagi siapa pun yang berpartisipasi dalam debat partai. [di/ka] [my/jm]