Pemimpin oposisi Kamboja, Sam Rainsy, kembali ke negaranya hari Jumat (16/8) untuk memimpin partainya menentang hasil pemilu bulan lalu.
Ratusan orang menyambut Sam Rainsy hari Jumat ketika ia kembali ke negara yang warganya masih takut bahwa ketegangan pasca pemilu akan meletus dalam kekerasan.
Baik oposisi maupun Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa bersikeras mereka memenangkan mayoritas kursi di parlemen yang berjumlah 123 anggota dalam pemungutan suara tanggal 28 juli lalu.
Dalam beberapa hari ini partai yang berkuasa telah memerintahkan tentara dan kendaraan lapis baja ke ibukota, seolah-olah untuk menjaga ketertiban dalam hal terjadi protes oposisi.
Langkah itu bertepatan dengan gagalnya pembicaraan antara kedua pihak mengenai komposisi komite investigasi independen untuk menyelidiki tuduhan adanya kecurangan pemilu di mana-mana.
Di luar bandara, di tengah-tengah kerumunan media dan pendukung oposisi, Rainsy, pemimpin Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) menegaskan investigasi yang tidak memihak.
“Seluruh dunia tahu bahwa CNRP memenangkan pemilu dan seluruh dunia akan membantu CNRP untuk memaparkan kebenaran, kenyataannya CNRP memenangkan pemilu," ujar Rainsy.
Hasil pendahuluan dari KPU menunjukkan Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa mendapat 68 kursi, lawan 55 kursi untuk partai pimpinan Rainsy.
Partai oposisi menolak angka KPU itu dan mengklaim pihaknya memenangkan mayoritas langsung 63 kursi, walaupun belum memberikan bukti itu. Meskipun Partai Rakyat Kamboja awalnya mengatakan akan mendukung penyelidikan independen mengenai pemilu itu, belakangan partai yang berkuasa itu berlaku dingin dengan gagasan itu, sehingga mengecilkan prospek penyelidikan.
Namun Rainsy mengatakan ia yakin Perdana Menteri Hun Sen akan menyetujuinya. “Pasti dia akan menyetujui sebab tidak seorang pun hendak mengakui pemerintahan dari hasil pemilu palsu,” tandasnya.
Sam Rainsy menegaskan CNRP tidak takut, dan siap mengadakan demonstrasi damai jika penyelidikan mengenai tuduhan penyimpangan pemilu itu tidak dilakukan.
Amerika telah mengimbau kedua partai politik merundingkan perbedaan mereka secara damai, daripada melakukan ancaman atau keresahan.
Baik oposisi maupun Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa bersikeras mereka memenangkan mayoritas kursi di parlemen yang berjumlah 123 anggota dalam pemungutan suara tanggal 28 juli lalu.
Dalam beberapa hari ini partai yang berkuasa telah memerintahkan tentara dan kendaraan lapis baja ke ibukota, seolah-olah untuk menjaga ketertiban dalam hal terjadi protes oposisi.
Langkah itu bertepatan dengan gagalnya pembicaraan antara kedua pihak mengenai komposisi komite investigasi independen untuk menyelidiki tuduhan adanya kecurangan pemilu di mana-mana.
Di luar bandara, di tengah-tengah kerumunan media dan pendukung oposisi, Rainsy, pemimpin Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) menegaskan investigasi yang tidak memihak.
“Seluruh dunia tahu bahwa CNRP memenangkan pemilu dan seluruh dunia akan membantu CNRP untuk memaparkan kebenaran, kenyataannya CNRP memenangkan pemilu," ujar Rainsy.
Hasil pendahuluan dari KPU menunjukkan Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa mendapat 68 kursi, lawan 55 kursi untuk partai pimpinan Rainsy.
Partai oposisi menolak angka KPU itu dan mengklaim pihaknya memenangkan mayoritas langsung 63 kursi, walaupun belum memberikan bukti itu. Meskipun Partai Rakyat Kamboja awalnya mengatakan akan mendukung penyelidikan independen mengenai pemilu itu, belakangan partai yang berkuasa itu berlaku dingin dengan gagasan itu, sehingga mengecilkan prospek penyelidikan.
Namun Rainsy mengatakan ia yakin Perdana Menteri Hun Sen akan menyetujuinya. “Pasti dia akan menyetujui sebab tidak seorang pun hendak mengakui pemerintahan dari hasil pemilu palsu,” tandasnya.
Sam Rainsy menegaskan CNRP tidak takut, dan siap mengadakan demonstrasi damai jika penyelidikan mengenai tuduhan penyimpangan pemilu itu tidak dilakukan.
Amerika telah mengimbau kedua partai politik merundingkan perbedaan mereka secara damai, daripada melakukan ancaman atau keresahan.