The Greenhouse Theater disebut sebagai teater tanpa limbah yang pertama di Inggris. Teater ini menggelar pertunjukannya di London pada bulan-bulan musim panas. Ketika itu, malam hari lebih panjang daripada siang. Artinya, kebutuhan listrik hanya sedikit.
Bangunan kecil portabel ini, yang dibangun setiap kali teater itu berpindah tempat, menggunakan bahan baku kayu bekas.
Direktur artistik teater itu, Oli Savage, 26, mengatakan, penonton yang disasarnya, yang berusia antara 16 dan 35, cenderung sangat peduli lingkungan, tetapi mereka pesimistis mengenai tindakan apa yang dapat mereka lakukan. Savage ingin menunjukkan kepada mereka bahwa peduli lingkungan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih menyenangkan daripada yang mereka kira.
Kepada Reuters, ia mengatakan,''Semua yang kami gunakan pernah dimanfaatkan sebelumnya. Dan begitu kami selesai menggunakannya atau tidak lagi menggunakannya, kami bekerja sangat keras untuk memastikannya terus bermanfaat setelah ini.”
Ia juga melihat bahwa teater memiliki peran membantu orang-orang untuk tahu lebih dari sekadar fakta dan angka menakutkan mengenai ilmu iklim melalui berbagai cerita yang mungkin ada kaitannya dengan mereka.
Tujuan teater itu adalah untuk membantu “orang agar merasa terhubung dengan alam dan sesama manusia,” lanjutnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Pertunjukannya, "To The Ocean", menyampaikan kembali mitos Selkie secara modern. Ini adalah mitos mengenai orang-orang yang dapat berubah wujud antara manusia dan anjing laut, jelasnya.
Aktor Laura Kent adalah satu dari empat pemain dalam drama itu. Ia berperan sebagai Grace, seorang remaja berusia 16 tahun. Penonton mengikuti perjalanannya sewaktu ia pergi mencari ibunya dan kemungkinan asal muasalnya sebagai Selkie.
Begitu Kent menyadari keberadaan The Greenhouse Theatre yang peduli lingkungan, ia jadi benar-benar ingin terlibat di sana.
"Saya benar-benar terkejut mempelajari semua hal yang mereka lakukan. Dan ini benar-benar berbeda namun juga tidak terlalu berbeda. Ini yang menurut saya benar-benar membesarkan hati, karena saya pikir ini artinya semua orang dapat melakukannya,” jelasnya.
Sewaktu pertunjukan digelar, penonton duduk di bangku-bangku kayu. Para pemain kemudian menyampaikan kisah mereka dengan sedikit alat peraga dan tanpa mikrofon.
Hadirin pada malam pembukaan 20 Juni lalu terkesan oleh etos kelompok teater itu. Salah seorang dari mereka, Stephen Graney, 33, mengatakan, ‘’Saya pikir ini benar-benar gagasan yang inovatif dan menurut saya ini menambahkan keajaiban ruangnya.”
Ruang teater kecil itu diatur untuk menggelar 15 pertunjukan lainnya selama musim panas di London.
Di antara yang hadir, ada direktur artistik Gift Horse Theatre, Signe Lury. Ia menandatangani kontrak yang berkomitmen “untuk mengupayakan kapasitas tanpa limbah, menegakkan praktik ini baik dalam pekerjaan maupun perilaku di lokasi.”
Selama lima tahun sejak Gift Horse Theater didirikan sebagai teater sadar lingkungan, Lury mengatakan ia merasa para pemain dan penonton semakin siap menghadapi isu-isu iklim. Ia menambahkan, “Melakukan dan mendukung pekerjaan semacam ini kini seperti tak terelakkan lagi.”
Para pengamat industri lainnya mengatakan membangun keseluruhan teater itu dari bahan-bahan bekas memang luar biasa, tetapi ini adalah bagian dari tren yang membesar momentumnya saat lockdown karena pandemi COVID-19.
Teater yang ditutup memberi mereka waktu untuk berpikir. Di Inggris, lahirlah Theatre Green Book yang kemudian membuat panduan dalam pengurangan emisi, biasanya dengan berfokus pada bahan-bahan untuk membangun panggung sebagai sumber karbon yang harus dikendalikan teater.
Pendiri bersama Theatre Green Book, arsitek Patrick Dillon mengatakan panduan ini telah diterapkan oleh banyak teater di seluruh dunia dan diterjemahkan ke sebelas bahasa.
Riset penonton juga mendapati bahwa para penonton semakin berharap teater akan menjadi ujung tombak perubahan.
Konsultan Indigo dan pointOne tahun lalu mendapati 77 persen responden mengira organisasi budayalah yang bertanggung jawab untuk memengaruhi masyarakat mengenai masalah darurat iklim, dan 90 persen responden mengharapkan teater akan membangun panggung yang dibuat dari bahan-bahan yang digunakan lagi atau didaur ulang. [uh/ab]