Pada 1945, Amerika menginvasi kepulauan Okinawa di Jepang, memicu salah satu pertempuran darat paling berdarah di Pasifik. Seorang laki-laki yang selama puluhan tahun ini mencari sisa-sisa jasad korban pertempuran itu khawatir Okinawa akan kembali rentan sementara ketegangan meningkat antara China dan Amerika yang menempatkan sekitar 30.000 tentara di kepulauan tersebut.
Gua-gua dalam hutan di Okinawa menyembunyikan sisa-sisa jasad ribuan warga sipil dan tentara yang tewas dalam pertempuran besar terakhir Perang Dunia II. Selama puluhan tahun, tulang-tulang itu tidak terusik, sementara Jepang berusaha melupakan masa lalu perangnya.
Ini mempermalukan negara, kata Gushiken Takamatsu, penduduk asli Okinawa. Ia membentuk organisasi Gamafuya atau penggali gua, yang terdiri dari sekelompok kecil sukarelawan berdedikasi untuk menemukan sisa-sisa korban perang dan menyatukan mereka kembali dengan keturunan mereka yang masih hidup.
“Itu tengkorak. Apakah ia tentara atau warga sipil? Menurut saya, mereka korban bom api. Semuanya terbakar,” tuturnya.
Gushiken Takamatsu menuturkan ketika masih muda, ia melihat tengkorak-tengkorak memakai helm baja sewaktu bermain di gunung. Itu menakutkannya. Namun, seiring bertambahnya usia dan kedewasaan, ia bertanya-tanya mengapa korban perang ini tertinggal di sana?
Melalui pencarian selama 40 tahun, Takamatsu telah menemukan sisa-sisa lebih dari 700 jasad. Pemerintah Jepang tidak memberi bantuan keuangan. Pada 2011, pemerintah menawarkan tes DNA selektif. Namun basis datanya kecil dan banyak kerabat korban itu kemungkinan besar juga sudah meninggal.
“Seharusnya pemerintah yang melakukan ini. Namun meski kami meminta, mereka menolak. Saya ingin menunjukkan bahwa jika kita mencari sisa-sisa jasad dengan cara ini, kita bisa menemukan. Pekerjaan ini belum selesai,” imbuh Takamatsu.
Amerika dan Jepang kini menjadi sekutu dekat. Di Okinawa terdapat hampir 30 ribu tentara Amerika.
Pangkalan baru Amerika sedang dibangun di pantai timur pulau utama. Sebagian tanah yang digunakan dalam pembangunan itu digali dari Okinawa selatan – tempat pasukan Amerika mendarat pada 1945. Pihak berwenang setempat bersikeras, tanah disaring sebelum digali. Takamatsu mengatakan kemungkinan besar tanah itu mengandung sisa-sisa jasad tentara Jepang dan Amerika.
Takamatsu mengatakan, “Ini adalah penghinaan terhadap orang mati. Saya memohon agar mereka berhenti melakukan itu.”
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara ketegangan regional meningkat, dengan China terkait Taiwan – dan dengan Korea Utara – timbul kekhawatiran bahwa kepulauan yang sangat termiliterisasi ini kembali terjebak perang Pasifik.
“Jika terjadi perang, tempat ini akan diserang. Itu yang paling merisaukan saya,” cetusnya.
Menelusuri gua-gua, Takamatsu tidak hanya mencoba menutup luka masa lalu Okinawa tetapi juga memrotes perang secara umum sementara bahaya konflik semakin mendekat ke kepulauan tersebut. [ka/jm]