Tegaskan Komitmen pada ASEAN, AS Gagas Sejumlah Inisiatif Baru

Presiden AS Barack Obama bersama para pemimpin 10 negara ASEAN pada hari kedua KTT AS-ASEAN di Rancho Mirage, California, Selasa (16/2).

Presiden Obama menegaskan komitmen Amerika untuk bekerjasama dengan ASEAN menghadapi tantangan-tantangan bersama pada masa depan dan untuk itu menggagas beberapa inisiatif baru.

KTT AS-ASEAN di Sunnylands, California berakhir Selasa sore (16/2). Dalam konferensi pers seusai pertemuan itu, Presiden Barack Obama menekankan kembali komitmen Amerika atas ASEAN dan rakyatnya, termasuk beberapa prinsip utama agar ASEAN tetap menjadi pusat perdamaian, kemakmuran dan kemajuan di Asia Pasifik.

“Salah satu pesan utama saya dalam dua hari terakhir ini adalah komitmen Amerika pada ASEAN dan rakyatnya. Komitmen itu tetap kuat dan abadi. Dengan kemitraan strategis, kita merancang kerangka kerja sebagai pedoman ikatan kerjasama kita dalam puluhan tahun mendatang. Di Sunnylands ini kita menyepakati beberapa prinsip utama, teramsuk prinsip bahwa ASEAN akan tetap menjadi pusat perdamaian, kemakmuran dan kemajuan di Asia Pasifik. Ketika ASEAN bicara dengan suara yang jernih dan padu, hal itu akan mendorong keamanan, kesempatan dan martabat manusia, tidak saja bagi lebih dari 600 juta orang di ASEAN, tetapi juga orang di seluruh Asia Pasifik dan di seluruh dunia,” ungkap Obama.

KTT AS-ASEAN juga hadirkan pakar dan pengusaha

Pertemuan selama dua hari ini tidak saja mendengar pandangan dari pemimpin Amerika dan sepuluh pemimpin negara ASEAN, tetapi juga beberapa pakar dan pengusaha. Sejumlah rumusan untuk menarik investasi dan perdagangan ke kawasan itu pun dicapai.

Obama mengatakan, “Kita mengadakan diskusi yang luar biasa dengan sejumlah pemimpin bisnis terkenal yang menegaskan kembali rumusan untuk menarik investasi dan perdagangan: aturan hukum, transparansi, perlindungan atas kepemilikan intelektual, bea cukai yang efesien, infrastruktur yang modern, perdagangan dunia maya atau e-commerce, arus informasi yang bebas, dukungan pada usaha kecil dan menengah, dan mungkin yang terpenting adalah investasi pada manusia, investasi pada sekolah untuk mendidik dan melatih generasi berikutnya.”

Presiden AS Barack Obama berpose bersama para pemimpin ASEAN di Rancho Mirage, California, Selasa (16/2).

AS gagas “US-ASEAN Connects”

Dari sejumlah inisiatif baru yang digagas dalam KTT AS-ASEAN ini adalah US-ASEAN Connects, program belajar bahasa Inggris dan upaya membuat negara-negara ASEAN memahami arti penting perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik TPP.

“Saya juga mengumumkan sebuah inisiatif baru : US-ASEAN Connects, suatu jaringan hubungan antar kawasan supaya bisa mengkoordinasikan secara lebih baik hubungan ekonomi dengan para pebisnis, investor dan wirausaha satu sama lain. Kami juga ingin membantu para innovator di kawasan untuk belajar bahasa Inggris, bahasa internasional untuk berbisnis. Dan saya kembali menegaskan tentang Kemitraan Trans-Pasifik yang telah diikuti oleh empat negara ASEAN, yang bisa mendorong integrase ekonomi di seluruh ASEAN dan menciptakan aturan perdagangan yang kuat di seluruh Asia Pasifik. Kami menyaksikan upaya baru untuk membantu agar semua negara ASEAN memahami elemen-elemen penting TPP dan reformasi yang terjadi, sehingga bisa mendorong mereka untuk bergabung dalam TPP,” tambah Obama.

Obama: semua negara harus patuhi hukum dan norma internasional

Di bidang keamanan, Presiden Obama menegaskan pentingnya mematuhi hukum dan norma internasional, serta mengakui hak semua negara – besar maupun kecil.

Joko Widodo: “Hard & soft power” penting dalam mengatasi ekstrimis

Sementara itu Presiden Indonesia Joko Widodo yang menjadi pembicara pertama dalam diskusi tentang kontra-terorisme, menekankan kembali perlunya kombinasi penggunaan “hard and soft power” untuk mengatasi ekstremisme. Joko Widodo mengatakan belajar dari serangan bom di Jakarta 14 Januari lalu, yang menunjukkan bahwa ancaman teror bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, maka Indonesia kini tengah mengkaji ulang UU Terorisme. “Penguatan legislasi ini tentunya dilakukan dengan tetap mempertimbangkan penghormatan terhadap hak asasi manusia,” ujar Joko Widodo. Tetapi ditambahkannya bahwa pendekatan “soft power” juga diperlukan, antara lain lewat pendekatan agama dan kebudayaan, yang melibatkan masyarakat serta organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Diversifikasi pendekatan deradikalisasi dan kontra-radikalisasi juga perlu dilakukan lewat program rehabilitas narapidana teroris dan program reintegrasi atau penerimaan kembali para mantan narapidana teroris itu dalam masyarakat.

Presiden Jokowi (kanan) menekankan pentingnya "hard and soft power” dalam mengatasi ekstrimis pada KTT AS-ASEAN, Selasa 16/2 (foto: Biro Pers - Setpres RI).

Joko Widodo: ada 329 WNI jadi pejuang teroris asing di Suriah

Dalam pidato di Sunnylands, California Selasa pagi itu, Presiden Joko Widodo mengakui keberadaan apa yang disebutnya sebagai “foreign terrorist fighters” FTF atau “pejuang teroris asing” yang berasal dari banyak negara. Jumlah warga negara Indonesia yang menjadi pejuang teroris asing di Suriah kini mencapai 329 orang. Meskipun jumlah ini relatif kecil dibanding jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang, tetapi pemerintah Indonesia bertekad menanggapinya persoalan ini secara serius.

Indonesia akan manfaatkan media sosial hadapi ekstrimis dan teroris

Indonesia bahkan menggagas untuk memanfaatkan media sosial dalam menghadapi ekstrimis dan teroris, wahana yang juga dimanfaatkan teroris. “Kita harus bekerjasama dengan media sosial dalam menyebarkan perdamaian dan toleransi sebagai counter narasi,” tegas Joko Widodo. Gagasan ini akan disampaikan kembali ketika berkunjung ke Silicon Valley hari Rabu (17/2). Dalam forum tersebut Indonesia akan menyampaikan beberapa inisiatif dalam pidato berjudul “Indonesia Digital Initiative: Empowering Leaders of Peace.” [em/al]