Teknologi Ramah Lingkungan Pasok Air Minum Aman untuk Ribuan Pengungsi Rohingya

Formin Akter, seorang gadis pengungsi Rohingya, mengenakan kosmetik sebelum berangkat ke Chitttagong untuk bersekolah di Asian University for Women di Cox’s Bazar, Bangladesh, 24 Agustus 2018 (foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain)

Ribuan pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh, sekarang mendapat pasokan air minum yang aman berkat kombinasi teknologi ramah lingkungan dan sinar matahari.

Ada lebih dari 900 ribu pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar. Sebagian besar tiba memasuki Bangladesh sejak Agustus 2017, saat kekerasan dan tindak persekusi oleh militer Myanmar menyebabkan eksodus massal dari para pengungsi Rohingya.

Para pengungsi ini tinggal di tengah lingkungan yang kumuh yang tersebar di 36 lokasi berbeda di Cox’s Bazar. Sebagian besar lokasi mengalami kelangkaan air. Namun sinar matahari hampir selalu bersinar. Dalam kurun waktu lebih dari enam bulan, badan urusan pengungsi PBB dan para mitranya telah mengoperasikan sistem produksi air minum yang aman bertenaga surya.

Laporan UNHCR menyatakan lima sistem pertama saat ini telah beroperasi dalam kapasitas penuh. Lembaga itu menyatakan sistem penyediaan air yang aman beroperasi sepenuhnya dengan tenaga listrik yang dihasilkan lewat panel surya. Juru bicara UNHCR, Andrej Mahecic, menyatakan jaringan baru ini menyediakan air minum yang aman untuk lebih dari 40 ribu orang pengungsi.

“Pemanfaatan tenaga surya telah memungkinkan kalangan organisasi kemanusiaan untuk mengurangi biaya konsumsi energi dan emisi,” ujar Mahecic.

“Jadi, ada dampak lingkungan yang jelas terkait pemanfaatan teknologi ini. Penambahan klorin dalam air juga mampu menyelamatkan nyawa untuk lokasi pengungsi dengan skala sebesar ini. Uji coba belum lama ini mengungkapkan sebagian besar kontaminasi pada air minum terjadi saat proses pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan di tingkat rumah tangga,” papar Mahecic.

Mahecic mencatat air minum yang ditambahkan klorin aman untuk diminum selain juga mampu menghilangkan risiko penyebaran penyakit.

UNHCR bersama para lembaga mitranya berharap untuk mengoperasikan lagi sembilan jaringan penyedia air minum bertenaga surya di seluruh kamp pengungsi dalam tahun mendatang. Proyek ini, yang didanai oleh lembaga itu, akan memakan biaya sebesar $10 juta. Penambahan fasilitas ini akan memberi manfaat bagi tambahan 55 ribu pengungsi Rohingya.

UNHCR menyatakan tujuan utamanya adalah untuk memasok 20 liter air yang aman untuk diminum bagi setiap individu pengungsi per harinya. Lembaga itu menyatakan pipanisasi dari fasilitas pemasok air bertenaga surya hingga keran-keran kolektif akan dipasang di lokasi-lokasi strategis di seluruh lokasi pengungsian di Kutupalog-Balukhali. [ww/ft]