Tembus 150 Juta Download, Weird Genius Dipasang di Times Square, New York

Weird Genius (berdiri), Yellow Chaw dan Reikko (duduk) (courtesy: @weird.genius)

Weird Genius, kembali meluncurkan single terbaru Hush yang diluncurkan pada akhir bulan Juli lalu. Kelompok beraliran musik Electronic Dance Music (EDM) ini, berkolaborasi dengan musisi EDM papan atas dari Belanda, Yellow Chaw dan vokalis muda yang sedang naik daun Reikko. Dalam waktu lima hari sejak diluncurkan di laman YouTube, single Hush telah ditonton oleh lebih dari 1.770.000 penonton.

Sejak meluncurkan single DPS di platform digital pada tahun 2017, Weird Genius berhasil mencuri perhatian industri musik dunia. Warna musik single DPS yang mengeksplorasi instrumen tradisional gamelan Bali ke dalam irama musik synth-pop dance, ditonton lebih dari 21 juta di laman YouTube.

Sukses ini diikuti beberapa single berikutnya seperti Lunatic, WKWK Land dan Sweet Car (2018) yang mendapatkan jutaan streaming musik dengan 58 juta penonton YouTube. Weird Genius kemudian diundang tampil di berbagai musik festival di dalam dan luar negeri, bahkan mereka sempat tampil satu panggung dengan duo DJ papan atas Amerika, The Chainsmoker.

Kreativitas tiga musisi muda Reza Oktavian, Eka Gustiwana dan Gerard Liu semakin mendunia setalah single Lathi yang diluncurkan Maret lalu masuk peringkat pertama di platform Spotify Indonesia dan peringkat kedua di Spotify Top 50 global dengan 150 juta musik download dan bertahan selama lebih dari enam minggu. Sukses ini diikuti dengan peringkat satu di TikTok Global, platform Deezer, Shazam hingga iTunes Indonesia. Sementara video musik Lathi dengan bintang tamu Sara Fajira, hingga awal Agustus ini telah ditonton oleh lebih dari 82 juta penonton, di laman YouTube.

“Kita tidak pernah mempunyai patokan bikin lagu harus viral atau harus hits. Ngga, kita ngga begitu. We only try to be creative. Just be creative constantly,” kata Gerard Liu yang baru tahun lalu bergabung di grup ini.

“Sebenarnya ide awalnya adalah kita bikin lagu dari suara mobil Jeep yang di-starter. Waktu itu Eka, kalau ngga salah pergi ke Gunung Bromo, nah di sana ada mobil Jeep yang dipakai untuk ekspedisi. Suara-suara Jeep itu direkam sama Eka ditambah beat-beat electronic trap. Nah, tugas gue di Weird Genius sebagai DJ dan co-producer, jadi gue workshop sama Eka. Bikin musik dasar sekitar satu menit. Lalu kita kasih ke Reza (dipanggil Arab) yang bertugas sebagai songwriter. Setelah kita bertiga brainstorming, Reza langsung punya ide memasukkan lagu ini dengan sinden,” Gerard menjelaskan proses pembuatan lagu Lathi.

Aransemen melodi pentatonik Jawa, dinyanyikan dengan teknik vokal sinden dan dipadukan dengan ritme vibrasi suara yang lebar, membuat Lathi mempunyai karakter magis yang menarik bagi telinga pasar dunia, khususnya penikmat musik EDM di Eropa dan Amerika. “Kita lalu mencari, siapa penyanyi yang bisa menyanyi Bahasa Inggris tapi juga bisa menyanyi sinden Jawa. Kebetulan Eka sudah pernah kerjasama dengan Sara, jadi pilihan ke Sara. Terus Sara datang dari Surabaya ke Jakarta, waktu itu belum pandemi Covid, jadi masih aman,” Gerard dalam wawancara khusus dengan produser Naratama dari VOA New York.

Lathi menjadi viral untuk cover version di media sosial. Di YouTube, ratusan penyanyi dari berbagai negara melantunkan nada-nada pentatonik dengan Bahasa Jawa. “Kita ngga pernah berpikir bisa mancampurkan unsur musik tradisional dengan modern. Dan setelah proses dua minggu lalu rekaman, dan rilis video, dalam sebulan kita menembus 40 atau 50 juta di YouTube," ujar Gerald yang masih tidak menyangka kalau Lathi bisa sesukses ini.

Sukses Weird Genius menembus ratusan juta digital download, membawa nama mereka tercatat sebagai musisi Indonesia kedua setelah pianis jazz Joey Alexander, yang berhasil menampilkan single musik mereka di papan iklan elektronik (billboard) di Times Square, Manhattan, New York.

Weird Genius di papan iklan elektronik di Times Square, New York (courtesy: @weird.genius).

Pertengahan Juni lalu, Foto mereka viral di media sosial. Pemasangan papan iklan elektronik di kawasan Times Square yang merupakan pusat turis dunia ini dikenal sangat selektif dan mahal. Agensi periklanan harus mengeluarkan biaya sewa hingga jutaan dollar, hanya untuk mendapatkan penayangan dalam hitungan detik di papan iklan elektronik. Selain Joey dan Weird Genius, karya seniman kontemporer FX Harsono dan desainer fashion Maggie Hutauruk (2madison) juga pernah terpilih tampil di papan iklan elektronik Times Square.

“Waktu itu aku baru bangun tidur pagi-pagi, melihat handphone, kok ada beberapa media yang men-tag di Instagram. Pas di-check, wah ada muka kita bertiga gede begitu di Times Square. Gambarnya ngga cuma satu tapi ada dua menumpuk. Biasanya kita lihat billboard kalau mau manggung. It’s surprising,” kata Gerard yang tidak pernah membayangkan wajah mereka tampil di papan iklan elektronik di Times Square. “Setelah kita cari tahu, ternyata yang memasang adalah dari perusahaan label Astralwerks. Dan ini untuk merayakan 150 juta musik streaming untuk lagu Lathi,” lanjut Gerald.

Dalam masa pandemi, Weird Genius tetap terus berkarya. Selain meluncurkan single Hush, kelompok ini sempat tampil di konser festival virtual Ocean Meets Music dan konser virtual di laman vidio.com.

“Buat teman-teman semua, just keep making music, just keep trying, networking and branding yourself,” kata Gerald menutup wawancara. [nr]