Tentara di Guinea-Bissau menyatakan menahan presiden sementara dan mantan perdana menteri negara itu, menjelang pemilihan presiden di negara Afrika Barat itu.
Jurubicara militer mengukuhkan penahanan mantan perdana menteri dan kandidat presiden unggulan Carlos Gomes Jr serta presiden sementara Raimundo Pereira setelah serangan terhadap rumah mereka hari Kamis. Letnan Kolonel Daha Bana na Walna kepada wartawan hari Jumat mengatakan keduanya dalam kondisi “sehat”.
Dewan Keamanan PBB mengutuk kudeta militer di Guinea-Bissau dan mengatakan pemerintahan sipil harus kembali berkuasa. Dewan itu mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan anggota dewan sangat mengutuk pengalihan kekuasaan secara paksa dari pemerintah sah Guinea-Bissau oleh beberapa unsur angkatan bersenjata negara tersebut.
Tentara di Guinea-Bissau melancarkan upaya kudeta Kamis malam, menjelang kampanye yang akan mengawali pemilihan presiden tahap kedua. Mereka menduduki jalan-jalan, stasiun-stasiun televisi dan radio serta kantor-kantor pemerintah di ibukota negara itu. Mereka juga memasuki rumah Pereira dan Gomes, kandidat presiden terdepan, yang dikenal tidak populer di kalangan militer.
Para pemimpin kudeta yang tidak disebut namanya, menyatakan diri sebagai Komando Militer, dalam satu pernyataan menyebutkan tidak ingin berkuasa. Mereka bertindak demikian karena diduga ada perjanjian rahasia yang akan memungkinkan pasukan Angola menyerang militer Guinea-Bissau.
Militer dikenal kerap mencampuri urusan politik negara bekas koloni Portugis itu. Tentara pemberontak membunuh Presiden Joao Bernardo Vieria tahun 2009. Blok negara-negara Afrika Barat, ECOWAS, dan utusan Uni Afrika setempat Sebastian Isata mengutuk tindakan tentara. Kedutaan Besar Amerika di Senegal, yang juga mencakup Guinea-Bissau, mendesak militer agar memulihkan pemerintahan sipil.
Dewan Keamanan PBB mengutuk kudeta militer di Guinea-Bissau dan mengatakan pemerintahan sipil harus kembali berkuasa. Dewan itu mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan anggota dewan sangat mengutuk pengalihan kekuasaan secara paksa dari pemerintah sah Guinea-Bissau oleh beberapa unsur angkatan bersenjata negara tersebut.
Tentara di Guinea-Bissau melancarkan upaya kudeta Kamis malam, menjelang kampanye yang akan mengawali pemilihan presiden tahap kedua. Mereka menduduki jalan-jalan, stasiun-stasiun televisi dan radio serta kantor-kantor pemerintah di ibukota negara itu. Mereka juga memasuki rumah Pereira dan Gomes, kandidat presiden terdepan, yang dikenal tidak populer di kalangan militer.
Para pemimpin kudeta yang tidak disebut namanya, menyatakan diri sebagai Komando Militer, dalam satu pernyataan menyebutkan tidak ingin berkuasa. Mereka bertindak demikian karena diduga ada perjanjian rahasia yang akan memungkinkan pasukan Angola menyerang militer Guinea-Bissau.
Militer dikenal kerap mencampuri urusan politik negara bekas koloni Portugis itu. Tentara pemberontak membunuh Presiden Joao Bernardo Vieria tahun 2009. Blok negara-negara Afrika Barat, ECOWAS, dan utusan Uni Afrika setempat Sebastian Isata mengutuk tindakan tentara. Kedutaan Besar Amerika di Senegal, yang juga mencakup Guinea-Bissau, mendesak militer agar memulihkan pemerintahan sipil.