Tentara Suriah mengatakan direbutnya kembali Palmyra akan menjadi tempat meluncurkan perluasan operasi terhadap kelompok ISIS, sementara pimpinan urusan purbakala negara itu menyatakan tempat yang sudah bersejarah itu akan mengandung makna yang bahkan lebih besar sebagai tempat yang dapat bertahan dalam serangan militan tersebut.
Dengan dukungan serangan udara Rusia, pasukan pro-Suriah merebut kembali kekuasaan di Palmyra setelah pendudukan ISIS selama 10 bulan yang mencakup penghancuran beberapa monumen peninggalan sejarah sejak hampir 2.000 tahun yang lalu.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan serangan itu menewaskan 400 militan dan lebih 180 laskar pro-pemerintah. Presiden Bashar al-Assad menyambutnya sebagai “pencapaian penting, dan bukti baru keefesienan tentara Suriah dan sekutunya dalam memerangi terorisme.”
Media pemerintah mengatakan para pakar akan datang ke Palmyra dalam beberapa hari mendatang untuk memeriksa kerusakan yang dilakukan militant yang telah menghancurkan peninggalan sejarah yang mereka anggap berhala di tempat-tempat yang mereka rebut dalam dua tahun ini di Suriah dan Irak.
Pimpinan urusan purbakala Maamoun Abdulkarim berjanji akan membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh ISIS, termasuk Gerbang Kemenangan dan Bait Baalshamin. Tetapi ia mengatakan monumen lain dalam kota zaman Romawi dalam keadaan baik. [gp]