Terapi seni terbukti mempermudah sebagian pasien kanker menghadapi penyakitnya, dengan membantu mereka menjalani pengobatan secara lebih tenang dan santai.
Alesia Allen yang berusia 10 tahun becakap-cakap santai dengan perawat di Pusat Kanker Lombardi di Rumah Sakit Georgetown. Ia tersenyum terus, bahkan ikut membantu perawat mengambil darahnya. Meskipun pasien kanker ini telah menuntaskan kemoterapinya, ia terus melakukan pemeriksaan rutin di Rumah Sakit Georgetown, yang ia kunjungi sejak tiba dari Rusia awal tahun ini. Alesia mengaku suka dengan tempat ini, di mana ia bisa melukis, sekaligus diambil darahnya.
Pengambilan darah bukan lagi menjadi masalah bagi Alesia sekarang. Tetapi, ayahnya, Larry Allen, mengatakan, Alesia takut pada waktu ia pertama kali datang di Georgetown, mengingat pengalamannya di rumah sakit di Rusia.
“Secara medis, oke, tetapi tidak demikian pada aspek-aspek lainnya. Ia diikat di tempat tidur, diberitahu bahwa kanker itu karena salahnya sendiri. Pada waktu kami pertama tiba di sini, enam bulan silam, terapi seni membuatnya tenang. Tracy membantu membuatnya berani,” paparnya.
Tracy Councill adalah seorang terapis seni. Ia mendirikan Tracy’s Kids di Rumah Sakit Georgetown 20 tahun silam. Sejak itu, program terapi seni untuk anak-anak diterapkan di tiga rumah sakit lain di wilayah Washington, dan di satu rumah sakit di Texas.
Ia menuturkan, “Terlibat dalam proses seni dapat membuat seseorang menjadi sangat berani dan santai di tempat yang sangat menakutkan.”
Klinik ini tidak terlihat menakutkan. Ruangannya dirancang sedemikian rupa, sehingga karya-karya senilah yang pertama dilihat pasien sewaktu mereka memasukinya. Ada lukisan, gambar-gambar dan berbagai proyek seni di sana, bahkan langit-langitnya pun dipenuhi gambar-gambar.
Sebagian besar karya seni terlihat cerah dan ceria, tetapi ada juga yang tidak demikian. Menurut Councill, gambar-gambar monster yang mereka terima dari pasien lebih merupakan ekspresi kemarahan. Sekarang ini tidak ada lagi yang menggambar monster.
Selagi menjalani transfusi darah karena anemia aplastik yang dideritanya, Akele Carpentier membuat diorama taman hiburan dari kardus dan tanah liat. Akele mengaku sukar melupakan bahwa ada portal obat terpasang di dadanya dan harus menjalani pengobatan dua kali seminggu, tetapi ia dapat mengatasinya dengan berfantasi.
Councill mengatakan, sewaktu anak berfantasi, ia menciptakan dunia tersendiri. Dan inilah cara anak-anak menggunakan imajinasi untuk membawa mereka keluar dari rumah sakit ke tempat lain.
Dr. Aziza Shad, kepala Program Onkologi Anak-anak di Rumah Sakit Georgetown, mengatakan, sukar membayangkan perawatan medis tanpa dukungan sesuatu, seperti terapi medis. Menurutnya, anak-anak yang secara mental bisa menerima diagnosis penyakit mereka dan memiliki dukungan emosional, akan tinggal lebih sebentar di rumah sakit.
Benar atau tidak, yang jelas terapi seni telah meningkatkan kualitas hidup pasien, dengan membantu mereka menghadapi penyakit dan pengobatan yang dijalani dengan lebih tenang dan santai.
Pengambilan darah bukan lagi menjadi masalah bagi Alesia sekarang. Tetapi, ayahnya, Larry Allen, mengatakan, Alesia takut pada waktu ia pertama kali datang di Georgetown, mengingat pengalamannya di rumah sakit di Rusia.
“Secara medis, oke, tetapi tidak demikian pada aspek-aspek lainnya. Ia diikat di tempat tidur, diberitahu bahwa kanker itu karena salahnya sendiri. Pada waktu kami pertama tiba di sini, enam bulan silam, terapi seni membuatnya tenang. Tracy membantu membuatnya berani,” paparnya.
Tracy Councill adalah seorang terapis seni. Ia mendirikan Tracy’s Kids di Rumah Sakit Georgetown 20 tahun silam. Sejak itu, program terapi seni untuk anak-anak diterapkan di tiga rumah sakit lain di wilayah Washington, dan di satu rumah sakit di Texas.
Ia menuturkan, “Terlibat dalam proses seni dapat membuat seseorang menjadi sangat berani dan santai di tempat yang sangat menakutkan.”
Klinik ini tidak terlihat menakutkan. Ruangannya dirancang sedemikian rupa, sehingga karya-karya senilah yang pertama dilihat pasien sewaktu mereka memasukinya. Ada lukisan, gambar-gambar dan berbagai proyek seni di sana, bahkan langit-langitnya pun dipenuhi gambar-gambar.
Sebagian besar karya seni terlihat cerah dan ceria, tetapi ada juga yang tidak demikian. Menurut Councill, gambar-gambar monster yang mereka terima dari pasien lebih merupakan ekspresi kemarahan. Sekarang ini tidak ada lagi yang menggambar monster.
Selagi menjalani transfusi darah karena anemia aplastik yang dideritanya, Akele Carpentier membuat diorama taman hiburan dari kardus dan tanah liat. Akele mengaku sukar melupakan bahwa ada portal obat terpasang di dadanya dan harus menjalani pengobatan dua kali seminggu, tetapi ia dapat mengatasinya dengan berfantasi.
Councill mengatakan, sewaktu anak berfantasi, ia menciptakan dunia tersendiri. Dan inilah cara anak-anak menggunakan imajinasi untuk membawa mereka keluar dari rumah sakit ke tempat lain.
Dr. Aziza Shad, kepala Program Onkologi Anak-anak di Rumah Sakit Georgetown, mengatakan, sukar membayangkan perawatan medis tanpa dukungan sesuatu, seperti terapi medis. Menurutnya, anak-anak yang secara mental bisa menerima diagnosis penyakit mereka dan memiliki dukungan emosional, akan tinggal lebih sebentar di rumah sakit.
Benar atau tidak, yang jelas terapi seni telah meningkatkan kualitas hidup pasien, dengan membantu mereka menghadapi penyakit dan pengobatan yang dijalani dengan lebih tenang dan santai.