China, Selasa (12/7), menuduh Taiwan melakukan "manipulasi politik" setelah Wakil Presiden William Lai menghadiri pemakaman mantan PM Jepang Shinzo Abe, kunjungan resmi tertinggi Taiwan ke Jepang dalam beberapa dasawarsa.
Beijing memandang pulau demokratis Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya, dan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan China biasanya menahan diri untuk tidak melakukan kontak resmi dengan Taiwan.
"Setelah mantan PM Jepang Abe Shinzo secara tak terduga meninggal, pihak berwenang Taiwan memanfaatkannya sebagai peluang untuk melakukan manipulasi politik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, kepada wartawan pada konferensi pers harian.
"Taiwan adalah bagian dari China, jadi tidak ada yang disebut Wakil Presiden (Taiwan)," katanya.
Pemerintah China telah mengirim "perwakilannya" untuk menemui para pejabat Jepang di kedutaan besarnya di Beijing dan juga di Tokyo, tambah Wang.
Para pejabat Taiwan menolak mengomentari kunjungan wakil presidennya ke Tokyo, kemungkinan untuk menghindari permusuhan lebih lanjut dengan Beijing.
Namun media-media Taiwan melaporkan bahwa Lai melakukan perjalanan tersebut atas perintah Presiden Tsai Ing-wen, yang oleh seorang anggota parlemen dari partai yang berkuasa disebut sebagai "terobosan diplomatik".
Sementara Jepang tidak secara resmi mengakui Taiwan, hubungan antara keduanya telah menghangat dalam beberapa tahun terakhir, dengan Tokyo menyumbangkan vaksin COVID ke pulau itu dan menjadi lebih blak-blakan tentang pengaruh China yang berkembang di wilayah tersebut.
Para pejabat Jepang juga berusaha untuk mengecilkan arti kunjungan tersebut, dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan Selasa bahwa Lai telah menghadiri pemakaman sebagai individu, dan bukan sebagai perwakilan resmi Taiwan.
"Tidak ada perubahan pada kebijakan dasar negara kami untuk menjaga hubungan kami dengan Taiwan sebagai hubungan kerja nonpemerintah," kata Hayashi kepada wartawan.
Abe dijuluki "perdana menteri Jepang yang paling ramah Taiwan" oleh media-media Taiwan. Ia terus menyuarakan dukungannya untuk pulau itu dalam menghadapi tekanan militer dan ekonomi China setelah mengundurkan diri pada tahun 2020. [ab/uh]