Terorisme, Radikalisme Isu Penting dalam Konferensi Asia Afrika

  • Fathiyah Wardah

Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Abdurrahman Mohammad Fachir. (Foto: Dok)

Indonesia akan menawarkan sejumlah kerjasama dalam penanganan terorisme diantaranya soal pertukaran informasi dan juga penanaman sikap-sikap moderat.

Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Abdurrahman Mohammad Fachir di Jakarta Convention Center, Senin (20/4) mengatakan, masalah terorisme dan radikalisme memang menjadi permasalahan yang sangat penting dibicarakan pada Konferensi Asia Afrika (KAA) karena persoalan ini semakin menguat dan mengorbankan banyak negara.

Ia menambahkan bahwa sejumlah negara-negara yang hadir dalam pertemuan KAA akan berbagai pengalaman dalam menangani persoalan terorisme, terutama Indonesia.

Menurut Fachir, Indonesia akan menawarkan sejumlah kerjasama dalam penanganan terorisme diantaranya soal pertukaran informasi dan juga penanaman sikap-sikap moderat.

“Jadi kalau sudah menyangkut terorisme juga berkaitan dengan radikalisme dan ekstremis, kita melihat ada berbagai peluang karena mereka mempunya concern yang sama. Jadi pendekatannya kita memiliki concern yang sama sekarang ini dan bagaimana bersama-sama mengatasinya,” ujarnya

Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim Al Jafaar mengatakan untuk menghadapi tantangan yang besar terkait soal terorisme, semua negara berusaha menciptakan kerjasama di bidang penanggulangan terorisme

Anggota tim ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto mengatakan, pembahasan persoalan terorisme dan radikalisme memang sangat penting dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika karena di kedua kawasan tersebut banyak negara yang mengalami masalah terorisme seperti militan Negara Islam (ISIS).

Wawan mengatakan pembahasan soal terorisme ini jangan hanya dibahas atau dibicarakan tetapi juga harus direalisasikan dengan bentuk nota kesepahaman agar mengikat. Kerjasama untuk pengamanan, kata Wawan, juga harus perlu ditingkatkan antar negara-negara itu.

“Kecurigaan dari sisi dokumen, ciri-ciri dan juga ketika ditanya di imigrasi kurang menyakinkan dari tujuan, nah ini dilaporkan ke otoritas yang ada di Indonesia untuk dicegah, misalnya seperti itu. Dan ini perlu kerjasama internasional karena memang ini sudah lintas batas negara. Negara-negara yang menjadi lintas batas orang-orang yang menuju Irak dan Syiria itu langsung bisa lakukan verifikasi dan langsung memberikan informasi kepada negara-negara yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti. Saya kira bisa dicegah sebelum mereka memasuki wilayah-wilayah itu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Wawan mengatakan, Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar karena Indonesia menjadi rujukan dunia yang berkaitan dengan radikalisme agama sebagai negara dengan jumlah mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia.

Di luar penindakan terhadap teroris, dunia juga melihat soal penanganan deradikalisasi, re-edukasi dan re-sosialisasi terhadap mereka yang radikal, ujarnya.

“Paling tidak mempertimbangkan pola-pola yang Indonesia telah lakukan. Kita selama ini telah bisa melakukan penanganan secara baik walaupun juga belum bisa teratasi secara tuntas,” ujarnya.

Peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia-Afrika di Jakarta dihadiri perwakilan dari 77 negara dan 30 kepala negara dijadwalkan hadir dalam acara tersebut.