Dua orang perempuan pelaku bom bunuh diri menargetkan sebuah pesta pernikahan, pemakaman dan rumah sakit dalam serangan-serangan terkoordinasi di Nigeria utara yang menewaskan sedikitnya 18 orang, demikian ungkap pihak berwenang setempat pada hari Minggu (30/6).
Barkindo Saidu, Dirjen Badan Manajemen Darurat Negara Bagian Borno mengatakan kepada wartawan, pelaku bom bunuh diri pertama meledakkan sebuah alat peledak dalam sebuah perayaan pernikahan di kota timur laut Gwoza sekitar pukul tiga sore waktu setempat.
"Beberapa menit kemudian, ledakan lain terjadi di dekat Rumah Sakit Umum," kata Saidu, dan kemudian terjadi serangan ketiga di sebuah upacara pemakaman oleh seorang pengebom perempuan yang menyamar sebagai pelayat. Beberapa anak dan perempuan hamil termasuk di antara korban tewas.
Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun Gwoza terletak di negara bagian Borno, yang sangat terdampak pemberontakan yang dilancarkan pada tahun 2009 oleh Boko Haram, sebuah kelompok ekstremis Islam.
BACA JUGA: 18 Tewas Akibat Ledakan Bom di Nigeria; Otoritas Duga Bom Bunuh DiriKekerasan yang telah meluas hingga melintasi perbatasan di sekitar Danau Chad ini telah menewaskan lebih dari 35.000 orang, membuat lebih dari 2,6 juta orang mengungsi, dan menciptakan krisis kemanusiaan yang masif.
Boko Haram, yang memiliki satu cabang yang bersekutu dengan kelompok ISIS, ingin mendirikan negara Islam di Nigeria, negara minyak raksasa di Afrika Barat yang berpenduduk 170 juta orang. Nigeria terbagi hampir merata antara wilayah selatan yang sebagian besar beragama Kristen, dan wilayah utara yang sebagian besar beragama Islam.
Di masa lalu, Boko Haram telah menggunakan perempuan dan anak perempuan dalam bom bunuh diri, yang menimbulkan kecurigaan bahwa beberapa dari ribuan orang yang telah mereka culik selama bertahun-tahun. Bangkitnya kembali aksi bom bunuh diri di Borno menimbulkan kekhawatiran yang signifikan tentang situasi keamanan di wilayah tersebut.
Pihak berwenang memberlakukan jam malam di kota tersebut, dan masyarakat tetap dalam keadaan waspada menyusul laporan adanya tersangka pelaku pengeboman lainnya di Pulka, sebuah kota yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Gwoza.
Gwoza terletak beberapa kilometer dari Chibok, di selatan Borno, tempat 276 siswi diculik pada tahun 2014. Hampir 100 dari gadis-gadis itu masih berada dalam tahanan dan tidak diketahui nasibnya. Sejak saat itu, setidaknya 1.500 siswi telah diculik di seluruh negeri karena kelompok-kelompok bersenjata semakin menganggap penculikan sebagai cara yang menguntungkan untuk mendanai kegiatan kriminal mereka dan menguasai desa-desa. [em/jm]