Thailand mengadakan pemilihan pertamanya dalam delapan tahun pada hari Minggu ini di bawah peraturan yang dibuat oleh junta agar militer tetap berkuasa, tetapi dengan daya tarik lawan politik lama dan suara baru milenial hasil pemilihan itu sangat sulit diprediksi.
Junta militer merebut kekuasaan pada tahun 2014, dengan alasan untuk menyelamatkan negara itu dari ancaman kudeta, pemerintahan sipil yang berumur pendek, dan demonstrasi terus menerus. Tetapi, negara kerajaan itu akan mengadakan pemungutan suara pada tanggal 24 Maret dalam keadaan masih terpecah belah.
Militer tidak berniat meninggalkan politik dan telah menulis konstitusi yang memberinya pijakan dalam kekuasaan tanpa batas waktu.
Yang kini menjadi penghalang ambisi militer adalah pendukung musuh bebuyutannya, mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang telah mendominasi politik Thailand sejak kemenangan pemilihan pertamanya pada tahun 2001.
Dia digulingkan melalui kudeta pada tahun 2006, tetapi partainya yang berafiliasi dengan Pheu Thai menuai kesetiaan yang dalam dari rakyat miskin dan penduduk pedesaan di utara dan timur laut negara itu. [lt]