Kerabat-kerabat yang berduka karena kehilangan yang mengejutkan, Jumat (7/10), meletakkan karangan-karangan bunga di sebuah pusat penitipan anak di kawasan pedesaan timur laut di Thailand, di mana seorang polisi yang dipecat membantai puluhan orang, termasuk anak-anak berusia 2 tahun yang sedang tidur siang.
Tragedi mengejutkan itu tidak hanya mengguncang rakyat negara tersebut, tapi juga dunia. Sedikitnya 24 dari 36 orang yang tewas dalam aksi penembakan yang paling banyak menelan korban jiwa di Thailand itu adalah anak-anak.
“Saya menangis sampai tidak ada lagi air mata yang keluar,” kata Seksan Sriraj, 28. Ia kehilangan istrinya yang sedang hamil dan akan melahirkan bulan ini, dalam serangan di Uthai Sawan itu. “Istri dan anak saya telah pergi ke tempat yang damai. Saya hidup dan harus hidup. Jika saya tidak bisa melanjutkan, istri dan anak saya akan mengkhawatirkan saya, dan mereka tidak akan dilahirkan kembali di kehidupan berikutnya,” katanya.
BACA JUGA: 37 Orang Tewas Akibat Penembakan di Pusat Penitipan Anak di Thailand, Sebagian Besar BalitaPerwakilan kerajaan dan pemerintah berseragam putih terlihat meletakkan karangan bunga di meja upacara di depan pintu utama pusat penitipan anak itu pada Jumat pagi. Mereka diikuti oleh keluarga-keluarga yang menangis, yang saling bergenggaman tangan, sebelum meletakkan bunga-bunga putih di lantai kayu. Bendera Thailand yang berkibar setengah tiang terlihat di lokasi itu.
Penduduk desa terlihat berbaris di jalan-jalan ketika iring-iringan ambulans membawa mayat-mayat itu kembali ke pusat penitipan anak sehingga kerabat yang menunggu dapat mengambilnya.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida pada hari yang sama mengunjungi rumah sakit, di mana tujuh dari 10 orang yang terluka dirawat. Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengunjungi pusat penitipan anak dan rumah sakit itu.
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Panya Kamrap, 34, mantan sersan polisi yang dipecat awal tahun ini karena tuduhan narkoba. Ia dijadwalkan hadir di pengadilan pada hari Jumat. Seorang karyawan pusat penitipan anak itu mengatakan kepada sebuah stasiun TV Thailand bahwa putra Panya memang biasa dititipkan di sana tetapi tidak pernah berada lagi di sana selama sekitar satu bulan terakhir.
Sejumlah saksi mata mengatakan penyerang menembak seorang pria dan anak di depan pusat penitipan itu sebelum memasukinya. Para guru mengunci pintu kaca depan, tetapi pria bersenjata itu menembak dan menendangnya. Anak-anak, terutama berusia 2 dan 3 tahun, sedang tidur siang ketika itu, dan foto-foto yang diambil oleh petugas pertolongan menunjukkan tubuh-tubuh mungil mereka masih terbaring di atas selimut. Dalam beberapa foto, terlihat luka gores di wajah korban dan tembakan di kepala.
Panya bunuh diri setelah membunuh istri dan anaknya di rumah. Serangan itu terjadi di Provinsi Nongbua Lamphu, salah satu daerah termiskin di negara itu. [ab/uh]