Thailand mengatakan, Minggu (3/11), bahwa negara-negara Asia Tenggara berkomitmen untuk menandatangani kesepakatan dagang baru pada Februari 2020. Kesepakatan itu untuk membentuk blok perdagangan terbesar di dunia bahkan setelah permintaan baru dari India menjadi tamparan bagi proses yang didukung China.
Dalam KTT Persemakmuran Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) di Bangkok pekan lalu, ada harapan untuk memfinalisasi negosiasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) untuk 16 negara, pada tahun ini.
Namun, seperti dilaporkan Reuters, pernyataan akhir dari ketua ASEAN yang dirilis Minggu (3/11) malam mengatakan kelompok 10 negara itu menyambut “komitmen untuk menandatangani kesepakatan RCEP pada 2020.”
“Hal ini akan berkontribusi secara signifikan terhapan sistem perdagangan internasional yang terbuka, inklusif, dan berdasar kepada aturan, serta perluasan rantai nilai.”
Dorongan baru untuk mencapai kesepakatan dipicu dari perang dagang AS-China, yang sudah menjungkalkan pertumbuhan ekonomi regional ke level terendah dalam lima tahun.
“Penyelesaian negosiasi RCEP yang lebih awal akan meletakkan dasar untuk integrasi Ekonomi Asia Timur,” kata Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya, setelah Perdana Menteri Li Keqiang bertemu dengan para pemimpin Asia Tenggara.
Namun, Perdana Menteri India Narendra Modi bahkan tidak menyebut pembicaraan RCEP pada pidato pembukaan pertemuan dengan para pemimpin Asia Tenggara. Malahan, dia berbicara tentang mengkaji kesepakatan dagang yang ada sekarang antara ASEAN dan India.
Dalam cuitan setelah bertemu dengan pejabat Thailand dan Indonesia, Modi juga bungkam tentang blok perdagangan di mana 16 negara akan menyumbang sepertiga produk domestik bruto global dan hampir setengah populasi global. [ft]