‘The Butler’ Tampilkan Sejarah AS Lewat Kacamata Kulit Hitam

Forest Whitaker (kiri) dan Oprah Winfrey pada acara pemutaran perdana film "The Butler" di Los Angeles (12/8). (AP/Invision/Matt Sayles)

Film ini mendokumentasikan gerakan hak-hak sipil melalui kisah kepala rumah tangga Gedung Putih yang melayani tujuh presiden, dari Eisenhower sampai Obama.
Sejarah Amerika Serikat dalam film-film seringkali dilihat lewat sudut pandang orang kulit putih: Perang saudara dengan protagonis kulit putih yang berusaha membuat perubahan.

Namun “The Butler” yang disutradarai Lee Daniels memberikan kesegaran karena penuh warna.

Dalam film ini, aktor Forest Whitaker bermain sebagai Cecil Gaines, pria dari keluarga buruh petani yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Setelah pindah ke Amerika Serikat bagian utara, ia kemudian menjadi kepala rumah tangga Gedung Putih untuk tujuh presiden berturut-turut, dari Eisenhower sampai Barack Obama.

Meski “The Butler” didasarkan pada kehidupan kepala rumah tangga Gedung Putih Eugene Allen, alur sejarah yang ditampilkan diceritakan lewat sebuah keluarga kulit hitam.

Film ini, yang akan diluncurkan di AS akhir pekan ini, juga menampilkan pembawa acara terkenal Oprah Winfrey yang bermain sebagai istri Gaines dan aktor David Oyelowo sebagai putra mereka. Inti film ini adalah hubungan ayah anak, dimana yang satu membuat perubahan secara diam dan pasif dan secara perlahan mengumpulkan kekuatan kumulatif, sementara yang lain memprotes secara tegas dan terang-terangan untuk mendorong aksi.

Winfrey, yang juga memproduksi film “Precious” bersama Daniels, didorong kembali berakting 15 tahun setelah “Beloved” oleh Daniels dan apa yang ia sebut cerita yang penting.

“Ini kisah generasi pria-pria yang memberikan diri mereka pada keluarga mereka dan kepada pekerjaan mereka untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

“Pria-pria seperti (Gaines) dulu dan sekarang merupakan pondasi dari komunitas Afrika Amerika. Saya ingin orang-orang tahu bahwa orang tersebut, pria kelas menengah yang pekerja keras dan berintegras memang ada.”

Film ini merupakan pengingat bagi penonton muda tentang pencapaian-pencapaian generasi Amerika kulit hitam yang lebih awal, namun juga, seperti yang dikatakan Oyelowo, “mengkontekstualisasi Amerika yang ada sekarang.” (AP/Jake Coyle)