Presiden Keluarkan 3 Instruksi Penuntasan Insiden Tolikara Papua

Presiden Jokowi mengeluarkan tiga instruksi untuk menyelesaikan insiden di Tolikara Papua Jumat (17/7) lalu (foto: VOA/Andylala).

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memastikan, dialog dengan melibatkan tokoh agama terus dilakukan untuk meredam kemungkinan adanya dampak lanjutan dari insiden Tolikara Papua.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan tiga instruksi untuk menyelesaikan insiden pelaksanaan Shalat Iedul Fitri di distrik Karubaga Kabupaten Tolikara Papua pada Jumat (17/7) lalu. Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki, di Istana Negara Jakarta Rabu (22/7) menjelaskan, ketiga instruksi yang dikeluarkan Presiden dalam rapat koordinasi insiden Tolikara itu diantaranya adalah penegakan hukum.

"Presiden menegaskan perlunya penegakan hukum terhadap peristiwa itu. Yang kedua, Presiden memerintahkan segera dilakukan pembangunan kembali fasilitas yang rusak. Seperti pembangunan kios, masjid dan lain sebagainya. Dan ketiga, Presiden akan melakukan dialog dengan tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat Papua, untuk sama-sama meredam menenangkan situasi di sana dan juga situasi nasional," ujar Teten.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, Presiden Jokowi memberikan bantuan dana sebesar Rp 1 miliar, untuk membangun kembali masjid dan kios yang dibakar massa dalam insiden itu.

"Presiden memberikan bantuan Rp 1 Milyar. Dan ini segera dibangun, saat ini tengah dibangun. Dibangun mushola atau masjid, ruko, kios. Dan kita menambah 15 kios (dari 70 kios ditambah 15 kios), sehingga total ada 85 kios. Yang tambahan 15 kios adalah untuk putra daerah. Lalu pembangunan mushola di tanah Koramil atas persetujuan Bapak Bupati," ungkap Gatot.

Gatot Nurmantyo menambahkan, pembangunan kembali masjid dan kios atau ruko ini ditargetkan selesai dalam waktu 1 bulan agar roda perekonomian dapat cepat kembali berputar.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, dialog terus dilakukan dengan melibatkan tokoh berbagai agama untuk meredam kemungkinan adanya dampak lanjutan dari insiden Tolikara Papua. Soal adanya aktor intelektual, Badrodin menyebut hal itu masih terus diselidiki.

"Itu masih kita lakukan penyelidikan. Karena kemungkinan-kemungkinan terhadap itu (aktor intelektual) bisa saja terjadi. Kalau kita lihat dari kronologis waktunya, kemungkinan itu ada. Kita lakukan antisipasi. Para Kapolda juga sudah mengumpulkan para ulama termasuk tokoh agama baik muslim maupun non muslim. Agar, mereka bisa mengendalikan jamaahnya dan menyikapi masalah ini dengan kepala dingin," kata Badrodin.

Insiden di distrik Karubaga Tolikara Papua terjadi pada Jumat (17/7) pagi, ketika puluhan hingga ratusan orang memprotes penyelenggaraan salat Idul Fitri di lapangan Markas Komando Rayon Militer 1702-11/Karubaga.

Mereka beralasan telah memberitahu agar pelaksanaan shalat Idul Fitri tidak dilaksanakan di daerah tersebut karena berbarengan dengan acara seminar dan kebaktian kebangunan rohani pemuda Gereja Injil Di Indonesia (GIDI).

Polisi yang mengamankan lokasi sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan massa, namun massa semakin tak terkendali dan terus bertambah. Massa kemudian melempari dan membakar puluhan kios, termasuk 1 satu mushola/masjid hingga habis terbakar. Seorang korban tewas dan belasan lainnya luka-luka terkena peluru aparat keamanan dalam peristiwa ini.