Tiga target Tujuan Pembangunan Milenium sulit dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan penyebaran virus HIV/AIDS, serta akses air bersih dan sanitasi dasar.
JAKARTA —
Asisten Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk tujuan pembangunan milenium (MDG), Diah Saminarsih, kepada VOA, Jumat (15/2), mengatakan ada tiga target tujuan pembangunan millennium yang sangat sulit dicapai pada tahun 2015, yaitu menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan penyebaran virus HIV/AIDS serta mengakses air bersih dan sanitasi dasar.
Hal tersebut, kata Diah, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya pembangunan yang belum merata sehingga infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda.
Terkadang, lanjut Diah, satu daerah hanya memiliki satu puskesmas dan itu jaraknya sangat jauh serta dengan kondisi jalan yang tidak baik. Selain itu pendidikan masyarakat untuk bisa hidup sehat juga masih sangat kurang, ujarnya.
Ia juga menjelaskan angka kematian ibu melahirkan selalu tinggi setiap tahunnya. Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah terutama daerah terpencil di Indonesia, lanjut Diah, juga merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Kebanyakan dari mereka yang hidup di daerah terpencil masih percaya dukun beranak, ujarnya.
Diah juga menyayangkan tidak lagi berjalannya program Keluarga Berencana (KB) saat ini.
“Pengendalian penduduk itu menjadi salah satu penyebab utama kenapa angka kematian ibu terus bertambah karena dengan tidak adanya KB ini sekarang, itu menyebabkan akses terhadap kontrasepsi juga menurun. Itu membuat faktor resiko ibu kematian ibu saat melahirkan meningkat. Makin sering dia hamil dan melahirkan, faktor resiko dia bertambah terus,” ujarnya.
Untuk mencapai tujuan MDG mengenai kesehatan ibu, Indonesia harus menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015, dari angka saat ini yaitu 228 per 100.000 kelahiran.
Pencapaian target MDGs terkait HIV AIDS kata Diah juga sulit dicapai oleh Indonesia pada tahun 2015 karena dalam lima tahun terakhir jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia terus bertambah.
Saat ini ada sedikitnya 6.300 kasus AIDS dan 20.000 kasus HIV sejak 1987, menurut data Kementerian Kesehatan. Angka-angka ini menurut para ahli merupakan puncak gunung es karena jumlah sebenarnya diyakini lebih besar dari itu.
Meskipun pemerintah, kata Diah, menyakini ketiga taget MDGS itu tidak akan tecapai pada 2015, tetapi pihaknya terus berupaya dan bekerjasama dengan sejumlah kementerian agar penurunan bisa dicapai meski melebihi tahun 2015.
“Kalau dari kantor kita saja, kita memilih intervensi kesehatan primer jadi kita memperkuat level puskesmas baik dari sisi sumber daya maupun alat kesehatan dasar yang harus ada di Puskesmas, kita berusaha untuk itu,” ujarnya.
“Kita merekrut dan mengirim tim profesional kesehatan dari dokter, bidan, perawat dengan pemerhati kesehatan untuk memperkuat sistem kesehatan primer. Jadi dari level masyarakat edukasi mengenai kesehatan masyarakat dikuatkan dulu. Sedangkan Kementerian Kesehatan juga banyak, dia ada perbaikan nutrisi, Jamkesmas, Jampersal. Sedangkan Cipta Karya kementerian Pekerjaan Umum, dia juga buat untuk air.”
Sehubungan dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Dian Kartika Sari mengusulkan agar pemerintah memberikan beasiswa sekolah bidan untuk perempuan di desa.
“Biasanya bidan yang ditempatkan di daerah itu ada banyak masalah, mereka harus menyesuaikan diri, mereka tidak kerasan lalu pulang. Tetapi kalau anak-anak di daerah itu setelah tamat SMA kemudian mereka mendapatkan beasiswa untuk menjadi bidan, sehingga setiap desa ada bidan, saya kira juga itu akan menolong mengurangi angka kematian ibu melahirkan,” ujarnya.
Hal tersebut, kata Diah, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya pembangunan yang belum merata sehingga infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda.
Terkadang, lanjut Diah, satu daerah hanya memiliki satu puskesmas dan itu jaraknya sangat jauh serta dengan kondisi jalan yang tidak baik. Selain itu pendidikan masyarakat untuk bisa hidup sehat juga masih sangat kurang, ujarnya.
Ia juga menjelaskan angka kematian ibu melahirkan selalu tinggi setiap tahunnya. Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah terutama daerah terpencil di Indonesia, lanjut Diah, juga merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Kebanyakan dari mereka yang hidup di daerah terpencil masih percaya dukun beranak, ujarnya.
Diah juga menyayangkan tidak lagi berjalannya program Keluarga Berencana (KB) saat ini.
“Pengendalian penduduk itu menjadi salah satu penyebab utama kenapa angka kematian ibu terus bertambah karena dengan tidak adanya KB ini sekarang, itu menyebabkan akses terhadap kontrasepsi juga menurun. Itu membuat faktor resiko ibu kematian ibu saat melahirkan meningkat. Makin sering dia hamil dan melahirkan, faktor resiko dia bertambah terus,” ujarnya.
Untuk mencapai tujuan MDG mengenai kesehatan ibu, Indonesia harus menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015, dari angka saat ini yaitu 228 per 100.000 kelahiran.
Pencapaian target MDGs terkait HIV AIDS kata Diah juga sulit dicapai oleh Indonesia pada tahun 2015 karena dalam lima tahun terakhir jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia terus bertambah.
Saat ini ada sedikitnya 6.300 kasus AIDS dan 20.000 kasus HIV sejak 1987, menurut data Kementerian Kesehatan. Angka-angka ini menurut para ahli merupakan puncak gunung es karena jumlah sebenarnya diyakini lebih besar dari itu.
Meskipun pemerintah, kata Diah, menyakini ketiga taget MDGS itu tidak akan tecapai pada 2015, tetapi pihaknya terus berupaya dan bekerjasama dengan sejumlah kementerian agar penurunan bisa dicapai meski melebihi tahun 2015.
“Kalau dari kantor kita saja, kita memilih intervensi kesehatan primer jadi kita memperkuat level puskesmas baik dari sisi sumber daya maupun alat kesehatan dasar yang harus ada di Puskesmas, kita berusaha untuk itu,” ujarnya.
“Kita merekrut dan mengirim tim profesional kesehatan dari dokter, bidan, perawat dengan pemerhati kesehatan untuk memperkuat sistem kesehatan primer. Jadi dari level masyarakat edukasi mengenai kesehatan masyarakat dikuatkan dulu. Sedangkan Kementerian Kesehatan juga banyak, dia ada perbaikan nutrisi, Jamkesmas, Jampersal. Sedangkan Cipta Karya kementerian Pekerjaan Umum, dia juga buat untuk air.”
Sehubungan dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Dian Kartika Sari mengusulkan agar pemerintah memberikan beasiswa sekolah bidan untuk perempuan di desa.
“Biasanya bidan yang ditempatkan di daerah itu ada banyak masalah, mereka harus menyesuaikan diri, mereka tidak kerasan lalu pulang. Tetapi kalau anak-anak di daerah itu setelah tamat SMA kemudian mereka mendapatkan beasiswa untuk menjadi bidan, sehingga setiap desa ada bidan, saya kira juga itu akan menolong mengurangi angka kematian ibu melahirkan,” ujarnya.