Seorang perempuan yang lumpuh dari leher ke bawah belajar menggunakan pikirannya untuk menggerakkan lengan robot yang dirancang khusus, hasil penelitian bertahun-tahun tim peneliti AS.
WASHINGTON, DC —
Tim peneliti di Universitas Pittsburgh mengatakan lengan robot itu adalah lengan prostetik tercanggih yang dikendalikan pikiran yang pernah dibuat. Mereka membuat lengan robot itu, yang disebut Hector, untuk memulihkan sebagian gerakan motorik bagi seorang perempuan yang menderita penyakit degeneratif syaraf otot yang mebuatnya lumpuh dari leher ke bawah.
Lengan kanan bermesin itu, dengan lima jari lengkap berserta pergelangan tangannya, memungkinkan perempuan itu mengangkat dan memegang benda-benda, serta makan sendiri. Gerakan tangan itu semata-mata dikendalikan impuls listerik otak perempuan itu.
Pakar biologi syaraf Andrew Schwartz, kepala tim penelitian itu, mengatakan, ilmuwan memasang sekitar 200 elektroda di bagian otak yang disebut korteks serebral kiri perempuan itu, bagian otak yang terkait dengan gerakan tangan kanan. Elektroda-elektroda itu, dipasang bulan Februari, merekam apa yang disebut potensi-potensi gerakan neuron atau sel-sel otak.
Schwartz memaparkan, “Itu sudah cukup untuk menguraikan keinginan orang tersebut, cara yang ia inginkan untuk menggerakkan lengan, pergelangan tangan, dan merapatkan jari-jari tangan. Kami bisa menerjemahkan informasi dari neuron-neuron sehingga memungkinkan kami melakukannya.”
Perempuan itu, Jan Scheuermann, mengikuti program pelatihan 13 minggu untuk melatih otaknya menggunakan lengan prostetik canggih itu. Hanya dalam dua minggu ia sudah bisa menggunakan pikirannya untuk menggerakkan tangan robot itu.
Scheuermann mengatakan kepada tim peneliti, ia berencana menggunakan Hector untuk makan cokelat sendiri. Ia berhasil melakukannya, membuat tim peneliti itu sangat gembira.
Schwartz mengatakan ia dan timnya berencana mengembangkan lengan buatan kedua untuk pasien-pasien seperti Scheuermann, sehingga mereka bisa memegang dan menggunakan berbagai benda dengan memfungsikan kedua tangan. “Bagian yang memuaskan adalah kami bukan hanya membuat gerakan mesin. Kami menciptakan lagi gerakan-gerakan manusia yang alami. Jadi, kami semua menangkap keindahan, keluwesan, dan ketrampilan gerakan nyata, memungkinkan orang-orang ini menggunakan sebagian fungsi tubuh seperti sebelumnya,” paparnya lagi.
Tim peneliti itu ingin menciptakan sistem tanpa kabel, yang menghubungkan otak dengan mesin mengubah impuls neuron ke dalam sinyal komputer, supaya orang bisa secara independen menggunakannya di rumah tanpa kabel atau pengawasan tim ilmuwan.
Artikel oleh tim peneliti Universitas Pittsburgh yang mengetengahkan lengan prostetik bernama Hektor diterbitkan dalam jurnal the Lancet.
Lengan kanan bermesin itu, dengan lima jari lengkap berserta pergelangan tangannya, memungkinkan perempuan itu mengangkat dan memegang benda-benda, serta makan sendiri. Gerakan tangan itu semata-mata dikendalikan impuls listerik otak perempuan itu.
Pakar biologi syaraf Andrew Schwartz, kepala tim penelitian itu, mengatakan, ilmuwan memasang sekitar 200 elektroda di bagian otak yang disebut korteks serebral kiri perempuan itu, bagian otak yang terkait dengan gerakan tangan kanan. Elektroda-elektroda itu, dipasang bulan Februari, merekam apa yang disebut potensi-potensi gerakan neuron atau sel-sel otak.
Schwartz memaparkan, “Itu sudah cukup untuk menguraikan keinginan orang tersebut, cara yang ia inginkan untuk menggerakkan lengan, pergelangan tangan, dan merapatkan jari-jari tangan. Kami bisa menerjemahkan informasi dari neuron-neuron sehingga memungkinkan kami melakukannya.”
Perempuan itu, Jan Scheuermann, mengikuti program pelatihan 13 minggu untuk melatih otaknya menggunakan lengan prostetik canggih itu. Hanya dalam dua minggu ia sudah bisa menggunakan pikirannya untuk menggerakkan tangan robot itu.
Scheuermann mengatakan kepada tim peneliti, ia berencana menggunakan Hector untuk makan cokelat sendiri. Ia berhasil melakukannya, membuat tim peneliti itu sangat gembira.
Schwartz mengatakan ia dan timnya berencana mengembangkan lengan buatan kedua untuk pasien-pasien seperti Scheuermann, sehingga mereka bisa memegang dan menggunakan berbagai benda dengan memfungsikan kedua tangan. “Bagian yang memuaskan adalah kami bukan hanya membuat gerakan mesin. Kami menciptakan lagi gerakan-gerakan manusia yang alami. Jadi, kami semua menangkap keindahan, keluwesan, dan ketrampilan gerakan nyata, memungkinkan orang-orang ini menggunakan sebagian fungsi tubuh seperti sebelumnya,” paparnya lagi.
Tim peneliti itu ingin menciptakan sistem tanpa kabel, yang menghubungkan otak dengan mesin mengubah impuls neuron ke dalam sinyal komputer, supaya orang bisa secara independen menggunakannya di rumah tanpa kabel atau pengawasan tim ilmuwan.
Artikel oleh tim peneliti Universitas Pittsburgh yang mengetengahkan lengan prostetik bernama Hektor diterbitkan dalam jurnal the Lancet.