Semakin banyak orang yang melakukan tindakan bunuh diri dibandingkan sebelumnya, menurut laporan U.S. Centers for Disease Control (Pusat Pengendalian Penyakit AS), namun bunuh diri bukan satu-satunya masalah yang dihadapi oleh warga Amerika. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap 40 detik, seseorang di dunia mengakhiri hidupnya.
Para pakar mengatakan kunci pencegahan bunuh diri adalah mendapatkan pertolongan sedini mungkin dan menghilangkan stigma seputar penyakit mental dan bunuh diri.
Dorothy Paugh baru berusia 9 tahun saat ayahnya melakukan bunuh diri.
“Saya anggap hari itu sebagai hari terakhir masa kanak-kanakku,” ujarnya, “karena sejak saat itu, saya tidak lagi memiliki rasa aman.”
Ayah Paugh dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Arlington, tempat yang khusus didekasikan untuk para pahlawan perang.
“Penting untukku agar orang tidak menjuluki mereka yang mati karena bunuh diri sebagai pengecut,” ujarnya, “karena ayahku seorang pemberani. Ia berjuang selama Perang Dunia II dan … saya rasa ia tidak mampu lagi menanggung beban.”
Hampir 50 tahun kemudian, kehidupan Dorothy Paugh terguncang lagi oleh peristiwa bunuh diri lainnya.
“Saya kehilangan putraku di tahun 2012,” ujarnya.
“Ini foto favoritku tentang Peter karena ia menunjukkan secercah senyum. Senyumnya sangat bersahaja, namun sorotan mata birunya sangat tajam. Ia selalu memberi perhatian. Ia memandang dunia dengan penuh kasih, saya rasa.”
Setiap tahunnya, sekitar 800.000 orang di seluruh dunia kehilangan nyawanya akibat tindakan bunuh diri – dan angka itu tidak termasuk jumlah yang tak terhingga dari mereka yang mencoba melakukan tindakan bunuh diri. World Health Organization (WHO) mengatakan satu orang melakukan tindakan bunuh diri setiap 40 detik. Namun dampaknya terhadap keluarga, masyarakat, dan komunitas jauh lebih besar.
“Efek riaknya besar sekali,” ujar Paugh. Dampaknya terhadap saudara lelaki, kekasih, saya sendiri, dan ayah dari putraku besar sekali. Kejadian tersebut sangat mengguncang dan butuh bertahun-tahun bagi kami untuk dapat pulih … untuk menemukan kembali pijakan.”
Meskipun demikian para pakar mengatakan tindakan bunuh diri dapat dicegah apabila pemerintah menciptakan kebijakan untuk mencegah penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, membuat perlindungan terhadap penyalahgunaan senjata, menghilangkan stigma terhadap tindakan bunuh diri, dan memberi dukungan pada mereka yang menderita depresi atau penyakit yang menyebabkan depresi.
Paul Gionfrieddo, yang mengepalai Mental Health America, menjadi pendukung perawatan dini saat putranya mulai terjangkit penyakit mental.
“Tindakan bunuh diri adalah stadium empat untuk banyak orang yang menderita penyakit mental serius dan, sejujurnya, ini juga stadium empat akhir, kejadian tahap akhir bagi banyak orang dengan berbagai macam penyakit kronis, yang bisa jadi tidak menderita penyakit mental,” ujar Gionfrieddo.
Karena pengalamannya, Paugh menjadi seorang pendukung untuk pencegahan tindakan bunuh diri.
“Apabila kita pikir seseorang sedang dalam masalah, tanyakan langsung pada mereka apakah mereka berpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri,” ujar Paugh. “Percakapan ini mungkin tidak nyaman, namun jauh lebih nyaman daripada menghadiri acara pemakaman. Itulah harapanku dan tujuanku berbicara tentang masalah bunuh diri – sehingga orang-orang tahu tindakan itu dapat dicegah.”
Para pakar kesehatan mental mengatakan upaya untuk mengidentifikasi kesehatan mental akan dapat membantu orang untuk mendapatkan perawatan sebelum masalah depresi mereka menjadi sangat parah. Rekomendasi-rekomendasi lainnya termasuk menghilangkan stigma sosial yang dikaitkan dengan penyakit mental dan membuat perawatan penyakit mental lebih tersedia secara luas. [ww/dw]