Wabah virus Ebola dalam penyebaran terbatas di Republik Demokratik Kongo telah menimbulkan kekhawatiran di antara pejabat kesehatan publik. Sebuah studi baru yang memaparkan garis besar strategi untuk menghambat penyebaran penyakit kemungkinan dapat mencegah epidemi serupa dengan yang mendera sejumlah negara-negara Afrika barat dua tahun yang lalu.
Dalam sebuah laporan yang diterima tepat waktu, yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, sebuah tim peneliti internasional menyeleksi 37 studi untuk memilih strategi paling efektif untuk menghambat penyebaran Ebola.
Seorang profesor biologi dari Pennsylvania State University, Katriona Shea, salah satu dari pelaksana studi ini, menyatakan,
“Strategi terbaik yang kami temukan dari lima strategi yang kami pelajari adalah strategi penghambatan saat pemakaman dan kampanye informasi publik untuk perawatan semacam itu di tengah masyarakat.”
Virus Ebola tersebar lewat kontak dengan cairan tubuh dari individu yang terinfeksi.
Shea menyatakan para peneliti menemukan cara no. 1 untuk menghindari penyebaran adalah mencegah anggota keluarga dekat untuk memandikan jenazah sebelum dimakamkan.
Shea mengatakan informasi tersebut paling cocok disampaikan lewat kampanye kesehatan publik yang juga menekankan pentingnya mencuci tangan, kebersihan diri dan karantina diri di daerah yang tingkat penyebarannya tinggi.
Jangan tunggu untuk mendapatkan pengobatan
Orang yang diduga terinfeksi Ebola, sebagaimana ditemukan dalam laporan tersebut, sebaiknya tidak ragu-ragu untuk pergi ke rumah sakit atau klinik untuk pelaksanaan evaluasi dan perawatan. Namun para peneliti menyimpulkan membangun lebih banyak rumah sakit sebagai respon terhadap epidemi penyakit adala cara yang paling tidak efektif untuk mencegah penyebaran Ebola di tengah masyarakat.
Shea mengatakan para peneliti melakukan studi sebagai respon terhadap epidemi Ebola yang terjadi antara 2014-2015, ketika 28.6464 orang terinfeksi. Dari jumlah ini, 11.323 orang mengalami kematian di negara-negara Guinea, Liberia, dan Sierra Leone terhitung pada bulan Maret 2016, menurut laporan tersebut.
Empat puluh kasus penyakit tersebut juga dilaporan di Republik Demokratik Kongo.
Dengan menggunakan strategi pencegahan secara garis besar yang ditulis dalam studi tersebut dan data insiden dari epidemi, para peneliti memperkirakan akan ada pengurangan 3.226 kasus Ebola dan 1.633 nyawa akan terselamatkan.
Tidak ada konsensus dalam menghambat penyebaran penyakit
Di puncak epidemi, Shea mengatakan tidak ada konsensus terkiat cara-cara terbaik untuk menghambat epidemi Ebola, dan karena itulah para peneliti memutuskan untuk meneliti masalahnya.
“Kami sungguh-sungguh ingin mencoba untuk berbuat sesuatu. Banyak dari kami yang memiliki anak, dan tersentuh dengan kisah-kisah yang kami dengar, kengerian yang dihadapi orang-orang dan lain-lain,” ujarnya. “Yang lainnya merasa sesuatu yang dapat kita lakukan secara ilmiah mungkin dapat menjadi kontribusi agar wabah yang muncul di masa yang akan datang tidak terlalu mengerikan.”
Saat ini sudah ada tiga kematian yang dipastikan karena Ebola di bagian terpencil Republik Demokratik Kongo. Para pejabat kesehatan publik dilaporkan tengah menginvestigasi total dari sembilan kasus terduga yang diakibatkan oleh infeksi virus yang mematikan.
Dengan ancaman sekali lagi yang ditimbulkan virus terhadap kesehatan publik, Shea mengatakan tidak terlalu dini untuk mengambil tindakan agresif untuk mencegah timbulnya epidemi Ebola sekali lagi. [ww]