Pertempuran di Burma antara pemerintah dan pemberontak kelompok etnis Kachin yang telah mendekat ke perbatasan Tiongkok, telah menjadi perhatian Beijing.
Laskar Kemerdekaan Kachin Burma mengatakan tiga warga sipil tewas dalam serangan artileri, dalam pertempuran antara pemberontak etnis dan pasukan pemerintah hari Senin.
Kira-kira 15.000 orang pengungsi telah berlindung di kamp Laiza di Burma utara sejak konflik dimulai 18 bulan lalu. Dalam beberapa pekan terakhir, Laiza sendiri telah menjadi zona perang, ketika tentara Burma menggunakan kekuatan udara dan artileri untuk menyerang kubu pemberontak.
Pertempuran itu mendekat ke perbatasan Tiongkok, dan pemberontak mengatakan beberapa tembakan meriam Burma telah mengenai wilayah Tiongkok. Surat kabar Tiongkok Global Times melaporkan Senin bahwa pihak berwenang di sekitar desa-desa Tiongkok sedang mempersiapkan masuknya sebanyak 10.000 pengungsi.
La Rip, koordinator badan pengungsi Kachin, mengatakan tidak ada komunikasi dengan pejabat Tiongkok tentang memindahkan orang-orang yang mengungsi akibat kekerasan itu.
"Mereka mestinya telah memperkirakan masuknya para pengungsi itu. Tapi saya tidak mengetahui apakah mereka berniat untuk menerima atau memukimkan para pengungsi itu di Tiongkok. Tapi saya belum melihat atau mendengar bagaimana mereka mempersiapkan atau menempatkan para pengungsi itu nantinya,” kata Rip.
Agustus lalu, para pejabat Tiongkok memaksa keluar puluhan ribu pengungsi Kachin yang mencari perlindungan di Tiongkok. Dalam konferensi pers hari Senin, juru bicara Menteri Luar Negeri Tiongkok Hong Lei tidak membenarkan atau membantah laporan apakah Tiongkok menerima pengungsi. Dia berharap pemerintah Myanmar dapat meredakan ketegangan melalui negosiasi damai dengan pihak-pihak terkait, mencegah meningkatnya konflik dan menyelesaikan sengketa dengan baik.
Hong Lei mengatakan Tiongkok telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan pengawasan perbatasan demi keselamatan warga Tiongkok dan properti mereka di perbatasan.
Sejak awal konflik, perdagangan perbatasan telah menurun drastis, dan merugikan perekonomian lokal diYunnan.
Sementara pembicaraan damai antara pemerintah dan Kachin masih berlangsung, banyak orang yang meragukan bahwa mereka akan mampu mencapai kesepakatan. Analis Burma Bertil Lintner mengatakan proses perdamaian sudah tidak murni lagi karena serangan terus berlangsung selama perundingan-perundingan itu.
Presiden Burma Thein Sein, yang dipuji karena upaya reformasinya, dalam media milik pemerintah pada hari Jumat, memuji militer atas kontribusi mereka terhadap proses perdamaian, meski adanya laporan mengenai jatuhnya korban sipil.
Amerika dan negara-negara Barat lainnya telah menyatakan keprihatinan tentang perang itu dan mendesak semua pihak untuk terlibat dalam perundingan damai.
Kira-kira 15.000 orang pengungsi telah berlindung di kamp Laiza di Burma utara sejak konflik dimulai 18 bulan lalu. Dalam beberapa pekan terakhir, Laiza sendiri telah menjadi zona perang, ketika tentara Burma menggunakan kekuatan udara dan artileri untuk menyerang kubu pemberontak.
Pertempuran itu mendekat ke perbatasan Tiongkok, dan pemberontak mengatakan beberapa tembakan meriam Burma telah mengenai wilayah Tiongkok. Surat kabar Tiongkok Global Times melaporkan Senin bahwa pihak berwenang di sekitar desa-desa Tiongkok sedang mempersiapkan masuknya sebanyak 10.000 pengungsi.
La Rip, koordinator badan pengungsi Kachin, mengatakan tidak ada komunikasi dengan pejabat Tiongkok tentang memindahkan orang-orang yang mengungsi akibat kekerasan itu.
"Mereka mestinya telah memperkirakan masuknya para pengungsi itu. Tapi saya tidak mengetahui apakah mereka berniat untuk menerima atau memukimkan para pengungsi itu di Tiongkok. Tapi saya belum melihat atau mendengar bagaimana mereka mempersiapkan atau menempatkan para pengungsi itu nantinya,” kata Rip.
Agustus lalu, para pejabat Tiongkok memaksa keluar puluhan ribu pengungsi Kachin yang mencari perlindungan di Tiongkok. Dalam konferensi pers hari Senin, juru bicara Menteri Luar Negeri Tiongkok Hong Lei tidak membenarkan atau membantah laporan apakah Tiongkok menerima pengungsi. Dia berharap pemerintah Myanmar dapat meredakan ketegangan melalui negosiasi damai dengan pihak-pihak terkait, mencegah meningkatnya konflik dan menyelesaikan sengketa dengan baik.
Hong Lei mengatakan Tiongkok telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan pengawasan perbatasan demi keselamatan warga Tiongkok dan properti mereka di perbatasan.
Sejak awal konflik, perdagangan perbatasan telah menurun drastis, dan merugikan perekonomian lokal diYunnan.
Sementara pembicaraan damai antara pemerintah dan Kachin masih berlangsung, banyak orang yang meragukan bahwa mereka akan mampu mencapai kesepakatan. Analis Burma Bertil Lintner mengatakan proses perdamaian sudah tidak murni lagi karena serangan terus berlangsung selama perundingan-perundingan itu.
Presiden Burma Thein Sein, yang dipuji karena upaya reformasinya, dalam media milik pemerintah pada hari Jumat, memuji militer atas kontribusi mereka terhadap proses perdamaian, meski adanya laporan mengenai jatuhnya korban sipil.
Amerika dan negara-negara Barat lainnya telah menyatakan keprihatinan tentang perang itu dan mendesak semua pihak untuk terlibat dalam perundingan damai.