Lonjakan migran pencari suaka di perbatasan Amerika-Meksiko memaksa otoritas El Paso menyatakan keadaan darurat akhir pekan lalu.
"Yang kami lakukan di sini adalah persiapan. Kami mendeklarasi keadaan darurat pada Sabtu untuk bersiap sehingga setiap orang yang datang ke kota El Paso akan diperlakukan dengan hormat," kata Wali Kota El Paso, Oscar Leeser.
Para migran berdatangan secara massal di perbatasan menjelang dicabutnya Title 42 pada Rabu (21/12). Tetapi, Senin malam, Mahkamah Agung menangguhkan pencabutan kebijakan era Trump, yang memungkinkan petugas perbatasan langsung mengusir migran dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat seperti pandemi COVID.
Your browser doesn’t support HTML5
Meskipun Title 42 masih berlaku, otoritas El Paso menyatakan akan tetap melaksanakan rencana kontingensi deklarasi darurat mereka. Tambahan dana, kata mereka, akan membantu mereka menyediakan tempat berlindung bagi para migran sebelum mereka pergi ke tujuan akhir mereka di Amerika Serikat.
Seorang migran asal Nikaragua, Miguel Hérnandez, mengatakan, "Saya tidak pernah hidup dalam cuaca dingin atau berpengalaman seperti ini. Tetapi terima kasih Tuhan, kami baik-baik saja dan dalam keadaan sehat."
Penduduk El Paso juga bersatu mendukung migran yang tidak memiliki tempat bermalam karena penampungan penuh sesak, seperti disampaikan Luis Guillén.
"Kami di sini untuk mendukung para migran. Kami di sini untuk saling membantu. Mereka datang, kesulitan, dan kami membantu mereka," jelasnya.
Wali Kota El Paso memperkirakan 20 ribu migran lagi akan tiba dan mencoba masuk ke Amerika Serikat melalui El Paso dalam beberapa hari ke depan.[ka/lt]