Panglima Divisi 2 Kostrad Mayjen TNI Bambang Haryanto seusai memberikan kuliah umum bagi kalangan pelajar dan mahasiswa di Universitas Sintuwu Marosso pada hari Selasa (7/4) mengatakan penanganan kelompok teroris di Poso dapat dilakukan dengan berdasarkan pada teori ruang, di mana kelompok teroris itu membutuhan ruang hidup dengan berhubungan dengan manusia lainnya agar bisa mendapatkan makanan.
Oleh karenanya, menurut Haryanto, adalah hal yang penting untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat yang menjadi simpatisan kelompok teroris Poso, untuk tidak lagi memberikan bantuan makanan kepada kelompok itu.
“Pada intinya kelompok teroris itu bisa hidup atau tidak bisa hidup kita menggunakan teori ruang. Manusia tidak bisa hidup tanpa ruang hidup. Nah ruang hidup dia pasti akan berhubungan dengan manusia lain, maka dia bisa makan atau tidak bisa makan pasti ada yang menyiapkan makanan atau yang membantu menyiapkan makanan. Teorinya sebetulnya seperti itu saja,” tukas Bambang Haryanto.
Mayjen TNI Bambang Haryanto menjelaskan dari hasil operasi teritorial TNI dalam latihan PPRC yang digelar sejak 1 April menunjukkan banyak tempat bagi kelompok teroris itu untuk mendapatkan suplai makanan yang berasal dari kampung kampung terpencil yang lokasinya terpencar di sekitar kaki gugusan Gunung Biru.
Bambang berpendapat dalam kondisi tertentu masyarakat yang menetap dan terpencil itu mungkin suatu saat dapat digabungkan dalam satu kampung sehingga akan lebih mudah untuk melakukan pengawasan baik dari aparat keamanan maupun dari pemerintah Daerah.
“Banyak sekali tempat mereka itu bisa hidup apalagi kampung-kampungnya itu memang sangat terpencar yang memungkinkan mereka itu mendapat suplai di kelompok penduduknya itu terpencil. Nah mungkin pada kondisi tertentu, suatu saat masyarakat yang menetap terpencil itu, kalau itu digabungkan dalam satu kampung sehingga mungkin itu lebih mudah untuk melakukan pengawasan,” ujarnya.
Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat atau PPRC TNI dikatakannya telah membuat kelompok teroris meninggalkan Gunung Biru seperti kelompok Daeng Koro yang kemudian terlibat kontak tembak dengan personel aparat Kepolisian di wilayah kabupaten Parigi Moutong.
Kontak tembak pada Jumat 3 April 2015 di pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong itu diketahui menewaskan Sabar Subagio alias Daeng Koro serta seorang lainnya bernama Imam alias Farid sehari kemudian tewas tertembak oleh Polisi di kilometer 16 Kebun Kopi juga di wilayah Kabupaten Parigi Moutong.
“Karena kami sedang latihan kami bukan berusaha untuk memburu tetapi berkaitan dengan kejadian yang ada di Parigi kemungkinan juga ada kelompoknya Daeng Koro itu yang sebelum kami latihan informasinya memang sudah keluar dari wilayah ini dan kebetulan di Parigi terjadi kontak tembak dengan kepolisian itu,” tambah Bambang Haryanto.
Mayjen TNI Bambang Haryanto mengungkapkan penemuan sebuah pistol jenis Browning 9 mm buatan belgia berikut 48 butir amunisinya dalam sebuah patroli oleh personel Marinir TNI Angkatan Laut di wilayah aliran sungai dusun Gayatri, desa Kilo kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso pada Jumat pekan lalu mengindikasikan kelompok itu berupaya meninggalkan lokasi Gunung Biru dengan sebelumnya berupaya menyembunyikan senjata api milik mereka.