Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memuji perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang disepakati 12 negara Pasifik hari Selasa (6/10) dan menyuarakan dukungan bagi China untuk bergabung.
"Hal ini akan berkontribusi besar bagi keamanan negara kita dan stabilitas regional Asia-Pasifik, dan akan memiliki arti strategis signifikan jika China bergabung dengan sistem ini," ujar Abe dalam konferensi pers.
Para advokat perjanjian yang dipimpin AS itu akan meliberalisasi perdagangan untuk 40 persen dari ekonomi dunia yang dianggap diperlukan untuk bersaing dengan kekuatan ekonomi China yang berkembang.
Tapi para pendukung inisiatif ini tidak melawan jika Beijing bergabung. Mereka mengatakan jika China bergabung, hal itu akan memberlakukan standar-standar perdagangan yang lebih adil di ekonomi terbesar dunia.
Detil-detil perjanjian belum dirilis, namun Representatif Perdagangan AS mengatakan TPP akan menghapus lebih dari 18.000 tarif atas ekspor-ekspor Amerika saja dan akan memberlakukan regulasi buruh, lingkungan dan anti-korupsi yang ketat.
Perjanjian itu masih harus diratifikasi oleh para pembuat undang-undang di negara-negara peserta: Australia, Brunei, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat dan Vietnam.
Koichi Nakano, profesor ilmu politik di Sophia University di Tokyo, mengatakan tidak ada pemenang atau pecundang diantara para negara anggota.
"Hal itu bergantung pada posisi ekonomi negara-negara itu, apakah ini perjanjian yang baik atau tidak," ujar Nakano.
Daging, Mobil dan Obat-obatan
Di Jepang, Koalisi Partai Demokrat Liberal yang berafiliasi dengan Abe memerlukan suara di parlemen untuk menyetujui TPP tapi kemungkinan besar akan menghadapi oposisi kuat dari sektor pertanian yang harus bersaing dengan daging sapi yang lebih murah dan impor lain karena tarif yang lebih rendah.
Namun industri otomotif Jepang kemungkinan besar akan mendapat keuntungan karena dapat menggunakan lebih banyak suku cadang dari Asia untuk kendaraan-kendaraan yang dijual di Amerika Serikat.
Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb mengatakan bahwa negaranya nantinya dapat menggandakan ekspor gula ke Amerika Serikat dari 107.000 ton sampai 207.000 ton.
Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengatakan bahwa pengurangan tarif 93 persen dari produk ekspor yang sebagian besar produk susu masih kurang dari yang diinginkan tapi secara keseluruhan merepresentasikan perjanjian yang baik.
Para produsen manufaktur yang beroperasi di negara-negara berupah rendah seperti Vietnam akan mendapat manfaat dari peningkatan akses ke pasar-pasar AS dan Jepang, namun juga akan diwajibkan untuk mematuhi standar-standar tenaga kerja dan lingkungan hidup.
TPP juga kemungkinan akan berakibat pada harga-harga lebih tinggi untuk produk-produk impor seperti obat dan pengobatan. Di bawah TPP, perusahaan-perusahaan obat mengembangkan obat baru yang akan mendapat monopoli efektif sekitar delapan tahun sebelum menghadapi persaingan harga yang lebih rendah dan generik.
Korea Selatan, yang telah lebih fokus pada pengembangan perdagangan bebas bilateral, menyebut perjanjian itu "kerangka ekonomi terbesar di wilayah Asia-Pasifik," dan memperlihatkan ketertarikan untuk menjadi anggota.
"Posisi pemerintah adalah bahwa kami berencana mempertimbangkan partisipasi dalam TPP," ujar Wakil Perdana Menteri Choi Kyung-hwan.
Thailand dan Filipina juga mempertimbangkan untuk bergabung.
Bisnis vs. Kepentingan Publik
Pihak-pihak yang tidak setuju dengan TPP mengatakan bahwa perjanjian negosiasi rahasia seperti TPP mendapat manfaat bisnis dengan mengorbankan kepentingan publik.
Sebagai contoh, TPP menyertakan sistem penyelesaian sengketa investor-negara (ISDS) yang memberi para investor asing hak untuk menuntut pemerintah nasional atas regulasi-regulasi yang mungkin mengurangi keuntungan mereka.
Perusahaan-perusahaan tembakau menggunakan ISDS dalam perjanjian investasi Hong Kong-Australia untuk menuntut Australia untuk menghapus peringatan keselamatan oleh negara, dalam bentuk foto-foto eksplisit beragam bentuk kanker di bungkus rokok.
Namun Representatif Perdagangan AS dalam pernyataannya mengatakan TPP secara spesifik membahas "isu-isu kesehatan publik seputar tembakau, mempertahankan kemampuan AS dan negara-negara TPP lainnya untuk mengatur tembakau."
Para skeptis seperti Profesor Nakano ragu hak-hak pekerja akan dilindungi dengan kuat karena kepentingan korporasi dalam perjanjian perdagangan.
"Bahkan jika kita diberitahu pada tahap ini bahwa akan ada keuntungan untuk para pekerja di seluruh dunia termasuk negara-negara berkembang seperti Vietnam, mereka tidak memiliki perwakilan dalam negosiasi-negosiasi sejauh ini," ujarnya.
Di Asia, seperti di AS, ujarnya, TPP akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi juga akan memperlebar kesenjangan upah, dan memicu penolakan publik yang kuat dan protes terhadap globalisasi dan kapitalisme. [hd/eis]