Hubungan Amerika dengan NATO kembali dicermati pekan ini ketika Presiden AS Donald Trump menjadi tuan rumah KTT Baltik di Gedung Putih, Selasa (3/4).
Menurut pernyataan Gedung Putih, Trump dan Presiden Kersti Kaljulaid dari Estonia, Presiden Raimonds Vejonis dari Latvia, dan Presiden Dalia Grybauskaite dari Lituania akan membahas cara memperkuat kemitraan keamanan, bisnis, perdagangan, energi, dan budaya antara Amerika dengan ketiga negara sekutu NATO ini.
Gedung Putih mengatakan pertemuan itu juga akan menyoroti keberhasilan terbaru negara-negara itu dalam memenuhi janji anggaran pertahanan NATO.
Presiden Trump berulang kali mengecam negara-negara anggota NATO karena tidak menyumbangkan bagian mereka secara adil kepada aliansi dan tidak memenuhi patokan 2% anggaran pertahanan mereka. Dalam pidatonya kepada anggota NATO tahun lalu, ia tidak bersedia mempertegas kembali komitmen Amerika pada Pasal 5 janji pertahanan bersama NATO yang mengguncang sekutu-sekutunya.
Sejak Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014, Estonia, Latvia, dan Lithuania semakin khawatir tentang peningkatan militer regional Rusia dan kemungkinan mereka bisa mengalami nasib yang sama seperti Krimea.
Negara-negara itu telah berjanji untuk meningkatkan anggaran pertahanannya, mengandalkan sekutu NATO untuk memberikan bantuan militer seandainya Rusia bertindak di kawasan itu.
Presiden Latvia Raimons Vejonis mengatakan kepada televisi Latvia pekan lalu ia mengharapkan Washington secara terbuka menyampaikan komitmen terhadap keamanan kawasan itu.
"NATO berencana untuk mengadopsi deklarasi, dimana kita mengharapkan pesan politik yang sangat kuat dari Amerika yang menyatakan dukungan untuk memperkuat keamanan Baltik dan mengekspresikan, sekali lagi, mendukung kemerdekaan negara-negara Baltik," katanya.
KTT Amerika-Baltik dilangsungkan di tengah ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Barat.
AS dan negara-negara Baltik menuduh Rusia melakukan serangkaian serangan dunia maya dan menyebarkan berita palsu, propaganda, dan disinformasi online dalam upaya untuk mencampuri sistem politik negara-negara Eropa dan mempengaruhi opini publik yang mendukung agenda Rusia. Pejabat tinggi intelijen AS menuduh Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016 dan mengambil langkah-langkah untuk melemahkan pemilihan sela 2018.
"Saya kira apa yang kita saksikan dalam empat atau tiga tahun terakhir adalah komunitas negara-negara demokratis sedang diserang," kata Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics baru-baru ini kepada VOA Rusia, mengacu pada campur tangan Rusia.
"Landasan lembaga demokrasi kita diserang melalui media sosial oleh berita palsu, dan juga melalui pengaruh uang, dan sangat penting agar kita bersatu". [my/jm]